Namun kerabatnya yang lain, sepasang suami istri enggan sama sekali beranjak dan memilih tetap berdiam di rumah keluarga Dholi. Bahkan hingga merapi erupsi hebat pada dini harinya, mereka tetap berada di sana.
Mereka berkukuh karena pada 1994 lalu, suami istri yang merupakan warga Kaliurang Barat itu, pernah merasakan efek bencana Merapi yang lebih dari ini dan selamat.
"Mereka saat itu tetap berada di rumah dalam kondisi pintu tertutup, uap awan panas memang sampai ke rumah mereka. Mereka terhindar dari marabahaya karena menutup rapat pintu dan jendela," urainya. Selanjutnya, Fadholi dan dua saudara lelakinya mengendarai motor untuk mencari tempat berlindung.
Namun baru sekitar 10 meter dari rumah, ia sudah merasakan hujan air bercampur pasir. Dholi terpaksa kembali ke rumah untuk mengambil jas hujan sebelum melanjutkan perjalanan.
Baca Juga: Bus TransJogja Kecelakaan di Sleman, Mobil Partai yang Jadi Lawan Disoroti
"Di depan RS Panti Nugroho situasi lalu lintas sudah sangat macet. Sampai di Candibinangun, kami mengambil arah menuju ke arah Pasar Rejodani," tuturnya.
Sepanjang perjalanan yang ia lihat hanyalah kendaraan yang terselimuti abu. Warga sekitar secara inisiatif langsung menyirami kaca setiap pengendara mobil yang lewat, yang sudah tertutupi abu tebal.
Dari semua kejadian itu, ada hal kocak yang tak akan terlupa olehnya. Tepatnya saat ia dan kedua saudara lelakinya mampir berlindung sementara waktu, di rumah sahabat Dholi yang ada di Mudal, Kalurahan Sariharjo, Kapanewon Ngaglik. Ia yang kala itu kehausan dengan tubuh penuh dengan abu Merapi, meminta segelas air.
"Aku mbok njaluk banyu [aku minta air]," pinta Dholi kepada temannya.
Tak ayal, temannya langsung memberikan sebotol air berukuran 1.500 ml. Dholi langsung meminum habis air di dalamnya. Lalu temannya yang keheranan akhirnya bertanya "Ooo... kowe ngelak to? Ngerti o tak jupukke wedang [ooo...kamu haus? Kalau begitu aku ambilkan air minum]," tutur Dholi seraya tergelak sejenak. Karena sebelumnya, sebotol air yang dibawakan temannya itu adalah air mentah, yang dikira akan digunakan untuk membasuh wajah yang penuh abu Merapi.
Baca Juga: Soal Kompetisi, PSS Sleman Desak PSSI dan PT LIB Segera Gelar Pertemuan
Tiga gelas air minum dibawakan oleh temannya, dipersilakan bagi tiga orang tamunya. Mereka minum dan kemudian mencoba rehat sejenak, untuk melanjutkan perjalanan bertemu dengan keluarga lain, yang sudah mengungsi lebih dahulu.
Berita Terkait
-
Tradisi Sadranan di Boyolali: Jaga Kerukunan Jelang Ramadan
-
Pelaku Penusukan Sandy Permana Bukan Tetangga yang Ramah Menurut Warga
-
Sandy Permana Ditusuk, Warga Ungkap Kebiasaan Korban Sebelum Kejadian
-
Tanpa Kejanggalan, Keseharian Sandy Permana Sebelum Tewas Ditusuk Diungkap Orang Dekat
-
Sebelum Tewas Ditusuk, Sandy Permana Sempat Tegur Pelaku Gara-gara Kebiasaan Mabuk
Tag
Terpopuler
- Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
- Agama Titiek Puspa: Dulu, Sekarang, dan Perjalanan Spiritualnya
- Lisa Mariana Ngemis Tes DNA, Denise Chariesta Sebut Tak Ada Otak dan Harga Diri
- 6 Perangkat Xiaomi Siap Cicipi HyperOS 2.2, Bawa Fitur Kamera Baru dan AI Cerdas
- Kang Dedi Mulyadi Liburkan PKL di Bandung Sebulan dengan Bayaran Berlipat
Pilihan
-
Profil CV Sentosa Seal Surabaya, Pabrik Diduga Tahan Ijazah Karyawan Hingga Resign
-
BMKG Bantah Ada Anomali Seismik di Bogor Menyusul Gempa Merusak 10 April Kemarin
-
6 Rekomendasi HP Rp 4 Jutaan Terbaik April 2025, Kamera dan Performa Handal
-
5 Rekomendasi HP Rp 2 Jutaan Snapdragon, Performa Handal Terbaik April 2025
-
Hasil BRI Liga 1: Diwarnai Parade Gol Indah, Borneo FC Tahan Persib Bandung
Terkini
-
Psikolog UGM Soroti Peran Literasi Digital dan Kontrol Diri
-
Pascaefisiensi Anggaran, Puteri Keraton Yogyakarta Pertahankan Kegiatan Budaya yang Terancam Hilang
-
Komunikasi Pemerintah Disorot: Harusnya Rangkul Publik, Bukan Bikin Kontroversi
-
Sehari Dua Kecelakaan Terjadi di Sleman, Satu Pengendara Motor Meninggal Dunia
-
Detik-Detik Penemuan Granat Nanas di Sleman, Dari Almari ke Bulak Persawahan