SuaraJogja.id - Pedukuhan Ketingan menjadi salah satu wilayah di Kabupaten Sleman yang terkena dampak proyek pembangunan jalan tol. Meski diperkirakan sekitar 95 persen lahan pertanian produktif ludes, tetapi proyek tersebut tidak mengenai permukiman warga.
Dukuh Ketingan Supartinah mengatakan, memang hampir semua lahan pertanian produktif di Ketingan terdampak proyek pembangunan jalan tol. Namun, proyek besar itu tidak mengenai atau memberi dampak langsung kepada rumah warga yang berada di wilayah Ketingan.
"Di Ketingan yang lahan pertaniannya terdampak ya sekitar 95 persen, hampir semuanya, tapi permukiman utuh," kata Supartinah saat ditemui SuaraJogja.id, Rabu (16/12/2020).
Supartinah meyakini bahwa tidak terdampaknya permukiman warga di Ketingan disebabkan oleh burung-burung kuntul yang hidup di pohon-pohon milik warga. Menurutnya, habitat burung kuntul yang ada di Ketingan menjadi berkah tersendiri bagi warga.
Baca Juga: Masih Menggantung, Rencana Proyek Jalan Tol di Ketingan Buat Warga Resah
"Berkat adanya burung-burung kuntul, permukiman di Ketingan aman. Mungkin kalau tidak ada burung itu, ya bisa kena dampak jalan tol juga," tuturnya.
Disampaikan Supartinah bahwa burung-burung kuntul itu memang telah dilindungi oleh pemerintah sejak lama. Warga setempat juga turut melindungi ekosistem kuntul itu dengan baik.
"Iya itu dilindungi. Bahkan kalau ada orang yang cari telur burung kuntul di pohon-pohon itu dilarang oleh warga setempat karena ya memang dilindungi. Daripada nanti kena urusan pidana," terangnya.
Warga terdampak proyek pembangunan jalan tol di Ketingan, Suseno, juga menyampaikan hal serupa. Ia yakin bahwa habibat kuntul yang sudah sejak lama berada di Ketingan menghindarkan permukiman warga dari dampak pembangunan tol.
"Saya pikir pemerintah juga sudah punya rencana tersendiri mempertimbangkan juga habibat dari burung-burung kuntul itu," ujar Suseno.
Baca Juga: Ricuh, Demo Korban Penggusuran Proyek Tol Bandara di Depan Kantor Wali Kota
Suseno menyebutkan, sebenarnya di Ketingan juga ada situs cagar budaya yang perlu dilindungi. Situs tersebut adalah Makam Kyai Kromoijoyo atau Mbah Celeng, yang dipercaya masyarakat setempat merupakan orang pertama di Ketingan atau nenek moyang orang Ketingan.
Berita Terkait
-
Pemerintah Ungkap Nasib Pembangunan Tol Puncak Setelah Efisiensi Anggaran
-
Dari Driver Gocar Jadi Investor? Maruarar Sirait Terinspirasi Kisah Anak Muda Ini!
-
Israel Berulah Lagi di Gaza: Qatar Kecam Badan Penggusuran dan Perluasan Permukiman Ilegal
-
Waskita Karya Garap Bendungan Berstatus PSN
-
Heboh! Kementerian PKP Undang Dewa 19 di Peluncuran Logo, Muncul Tuduhan Pakai Duit APBN
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Sama-sama Bermesin 250 cc, XMAX Kalah Murah: Intip Pesona Motor Sporty Yamaha Terbaru
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
Pilihan
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Laga Sulit di Goodison Park: Ini Link Live Streaming Everton vs Manchester City
-
Pemain Keturunan Jawa Bertemu Patrick Kluivert, Akhirnya Gabung Timnas Indonesia?
-
Jadwal Dan Rute Lengkap Bus Trans Metro Dewata di Bali Mulai Besok 20 April 2025
-
Polemik Tolak Rencana Kremasi Murdaya Poo di Borobudur
Terkini
-
Insiden Laka Laut di DIY Masih Berulang, Aturan Wisatawan Pakai Life Jacket Diwacanakan
-
Tingkatkan Kenyamanan Pengguna Asing, BRImo Kini Hadir dalam Dua Bahasa
-
Ribuan Personel Polresta Yogyakarta Diterjunkan Amankan Perayaan Paskah Selama 24 Jam
-
Kebijakan Pemerintah Disebut Belum Pro Rakyat, Ekonom Sebut Kelas Menengah Terancam Miskin
-
Soroti Maraknya Kasus Kekerasan Seksual Dokter Spesialis, RSA UGM Perkuat Etika dan Pengawasan