Faktor lainnya yang memicu depresi adalah stigma masyarakat. Ketika ada satu orang terkonfirmasi Covid-19. Keluarga orang tersebut tentu akan mendapat pandangan yang sama karena memiliki kemungkinan terpapar virus, sehingga dijauhi.
Perubahan perilaku orang yang depresi juga bisa terlihat dengan mudah. Dokter Diola menjabarkan ciri-ciri terlihat jika orang lebih banyak merenung, sedih, tidak bergairah untuk beraktivitas. Selain itu konsentrasi menurun, merasa sendiri bahkan tidak berguna terindikasi mengalami depresi.
"Ciri-ciri lainnya jika depresi dia mengurung diri, tidak mau bertemu orang, menangis dengan waktu yang lama bahkan menjauhi lingkungan sekitar," ujarnya.
Pada perkembangan Covid-19 saat ini ciri-ciri depresi bisa ditunjukkan orang dari unggahan di media sosial. Ia menjelaskan ada istilah cry for help atau mencari perhatian.
Baca Juga: Kasus Covid-19 di DIY Tembus 21.254, Sri Sultan Curhat Begini
Pada ciri-ciri itu, orang merasa ingin bunuh diri untuk menarik perhatian orang lain. Kendati demikian, kata Diola, orang tersebut meminta bantuan. Maka dari itu perlu didekati untuk menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan.
Kasus bunuh diri di Bantul yang dipicu karena Covid-19, kata Diola sudah masuk dalam tahap gangguan jiwa berat. Biasanya, pasien memiliki halusinasi yang tidak bisa dipahami oleh orang di dekatnya.
"Jika memiliki niat atau percobaan bunuh diri sudah termasuk gangguan jiwa berat. Itu harus dilakukan rawat inap untuk pemulihannya. Pertama kami berikan obat-obatan untuk mengurangi agresifitasnya termasuk pikiran realistiknya. Setelah itu baru kami lakukan psikoterapi," ujar dia.
Lebih lanjut, pasien depresi kebanyakan usia produktif, berkisar usia 20-50 tahun. Diola juga menyebut jika mahasiswa banyak yang berobat ke RS Puri Nirmala.
"Kebanyakan stressor atau permasalahannya karena tekanan tugas yang banyak. Mendapat banyak tugas online, selalu di depan laptop, tidak ada tatap muka, tidak ada diskusi bersama. Karena tujuannya bertemu bukan hanya diskusi. Jadi misal antara satu orang butuh tepukan, atau sentuhan langsung," ujar dia.
Baca Juga: Kasus COVID-19 di DIY Masih Tinggi, Sri Sultan Larang Pembukaan Sekolah
Sleman tak ada lonjakan
Berita Terkait
-
Gaji Rp18 Juta di Jakarta atau Rp9 Juta di Jogja? Pahami Dulu Biaya Hidup Kota Ini
-
5 Rekomendasi Mie Ayam Jogja Murah Seharga Kantong Mahasiswa
-
Pasar Literasi Jogja 2025: Memupuk Literasi, Menyemai Budaya Membaca
-
7 Kampung Ngabuburit Populer di Jogja yang Harus Kamu Datangi di Akhir Pekan Ramadan
-
Terbaru! Daftar Harga Tiket Bus Jakarta-Jogja Lebaran 2025 Mulai Rp180 Ribuan
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Jay Idzes Ditunjuk Jadi Kapten ASEAN All Star vs Manchester United!
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- Kejutan! Justin Hubner Masuk Daftar Susunan Pemain dan Starter Lawan Manchester United
- Sosok Pria di Ranjang Kamar Lisa Mariana Saat Hamil 2021 Disorot: Ayah Kandung Anak?
Pilihan
-
IHSG Susah Gerak, Warga RI Tahan Belanja, Analis: Saya Khawatir!
-
Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Kebiasaan Pakai AI: Kemajuan atau Ancaman?
-
'Di Udara' Efek Rumah Kaca: Seruan Perjuangan yang Tidak Akan Pernah Mati
-
Terus Pecah Rekor! Harga Emas Antam 1 Gram Kini Dibanderol Rp1.975.000
-
Gaikindo Peringatkan Prabowo soal TKDN: Kita Tak Ingin Industri Otomotif Indonesia Ambruk!
Terkini
-
Dari Perjalanan Dinas ke Upah Harian: Yogyakarta Ubah Prioritas Anggaran untuk Berdayakan Warga Miskin
-
PNS Sleman Disekap, Foto Terikat Dikirim ke Anak: Pelaku Minta Tebusan Puluhan Juta
-
Tendangan Maut Ibu Tiri: Balita di Sleman Alami Pembusukan Perut, Polisi Ungkap Motifnya yang Bikin Geram
-
Ribuan Umat Padati Gereja, Gegana DIY Turun Tangan Amankan Paskah di Jogja
-
Layanan Wealth Management BRI Raih Penghargaan Internasional dari Euromoney