Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 31 Maret 2021 | 06:57 WIB
Ilustrasi Virus Corona (Unsplash/CDC)

SuaraJogja.id - Penambahan kasus positif Covid-19 masih terus terjadi di klaster takziah yang muncul di Sleman. Terbaru untuk klaster takziah di Dusun Blekik, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman bertambah menjadi 64 orang.

Kepastian ini disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Joko Hastaryo saat dikonfirmasi awak media, Selasa (30/3/2021). Hasil itu didapat dari tracing warga kontak erat kasus positif sebelumnya.

"Ada tambahan info untuk [klaster takziah] Blekik [hasil hari ini], antigen positif 56, PCR positif 8, total positif 64 orang," ujar Joko.

Joko menjelaskan mengenai kasus positif yang terus bertambah itu hanya berasal dari satu Padukuhan Blekik saja.

Baca Juga: Muncul Dua Klaster Takziah, Sri Sultan Minta Sleman Tak Seenaknya Sendiri

Dalam kesempatan yang sama, Joko sekaligus meluruskan kabar yang beredar bahwa ada satu kasus positif yang meninggal di klaster takziah Plalangan.

Sejauh ini, kata Joko, dari dua klaster takziah yang ada di Sleman yakni klaster takziah Blekik, Sardonoharjo dan Plalangan, Pandowoharjo tidak ada pasien Covid-19 yang dinyatakan meninggal dunia.

"Tidak ada yang meninggal dunia karena Covid-19 di dua padukuhan tersebut," tegasnya.

Sementara itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengharapkan Kabupaten Sleman dapat lebih memperketat pengawasan protokol kesehatan di wilayahnya.

"Saya hanya punya harapan bagaimana Sleman itu makin ketat. Mengketati dalam arti pengawasan untuk tidak berkerumun. Ya [sekarang ini] sering seenaknya sendiri," kata Sultan.

Baca Juga: Klaster Takziah di Sleman Merebak, 44 Warga Dikarantina di Rusun Gemawang

Menurut Sultan, Pemkab Sleman sudah seharusnya lebih memperhatikan lagi perihal mobilitas warganya. Terlebih saat mereka kembali beraktivitas di luar rumah dan bertemu orang lain.

Sultan menilai masih banyak orang yang keluar rumah dengan alasan mencari makan padahal hanya nongkrong. Belum lagi dengan pesta pernikahan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

"Tidak ada perkawinan [katanya], [padahal] ada perkawinan ning didelikke [tapi disembunyikan] gitu lo. Saya kira itu yang rugi masyarakat sendiri. Jadi saya mohon sleman itu memperhatikan mobilitas masyarakat untuk tidak seenaknya sendiri," ujarnya. 

Load More