Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 12 Mei 2021 | 08:46 WIB
Ustaz Abu Kahfi bersama dengan beberapa santri yang masih berada di Pondok Pesantren Rumah Tahfidz Tunarungu Darul A’Shom yang berada di Dusun Kayen, Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Selasa (11/5/2021). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Sehingga memang penyampaian materi itu dapat dipahami dan ditangkap oleh kemampuan masing-masing dari anak yang bersangkutan.

Hal itu berpengaruh kepada sistem pengelompokan anak-anak atau para santri. Berbeda dengan kelas pada umumnya, di ponpes ini siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan masing-masing bukan umur.

"Di sini kelas mereka bukan kelas umur tapi kelas kemampuan. Kadang-kadang siswa yang berumur 12 tahun dan 6 tahun bersamaan karena kemampuan intelektual sama," ujarnya.

Menurutnya kemampuan berbahasa atau kosakata yang masih minin dari yang bersangkutan berpengaruh pada pengetahuan yang dimiliki. Begitu pula sebaliknya, jika kosakata makin banyak nantinya pengetahuan juga semakin mudah disampaikan atau diserap.

Baca Juga: Kisah Warga Lapas Cebongan Mencari Tuhan, 4 Bulan Mualaf Ingin Jadi Hafidz

Sehingga memang program yang ada ponpes tunarungu ini yang pertama adalah Tahfidz Al-Qur'an. Sebab Tahfidz Al-Qur'an tidak menuntut kemampuan berbahasa lebih banyak atau lebih pintar.

Ustaz Abu Kahfi bersama dengan beberapa santri yang masih berada di Pondok Pesantren Rumah Tahfidz Tunarungu Darul A’Shom yang berada di Dusun Kayen, Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Selasa (11/5/2021). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Melainkan yang terpenting anak tersebut berkeinginan ikut belajar Al-Qur'an. Nantinya anak tersebut diyakini akan tetap bisa hafal.

Setelah hafidz Al-Qur'an mereka akan sedikit demi sedikit diajari lebih lanjut mengenai bahasa. Hingga nanti bahasa yang dipahami bisa setara dengan umum atau hampir setara dengan umum.

Sehingga bisa mencerna keilmuan yang lain, mulai dari fikih, akhlak dan ilmu-ilmu yang lain.

"Bahasa kan jembatan ilmu, kalau anak tidak bisa berbahasa sudah dipastikan ilmunya tidak sampai ke mereka. Pembelajaran di luar negeri yang basicnya inggris kan foundationnya aja setahun untuk bahasa inggrisnya dulu. Begitu pun kita juga sama kita pun mengajarkan ilmu ke mereka ilmunya diperbaiki dulu," ungkapnya.

Baca Juga: Disuntik Vaksin, Bupati Rembang Abdul Hafidz: Lebih Sakit Ditampar Istri

Saat ini rentan usia para santri yang tergabung dalam ponpes tunarungu Darul A’Shom adalah 7 tahun hingga 28 tahun.

Ditanya mengenai pembekalan dengan keahlian khusus, Ustaz Abu menyebut akan tetap dimasukkan dalam program ke depan. Saat ini pihaknya tengah berkonsentrasi terkait Al-Qur'an dan kemandirian yang terus diasah.

"Sehingga nanti saat kemampuan kemandiriannya bagus, sudah mandiri baru kita diarahkan ke ketrampilan khusus untuk bekal nanti di kehidupan. Ada nanti InsyaAllah, nanti di pertanian akan dibina juga, peternakan, ada kolaborasi gitu. Selain hafal Al-Qur'an juga bisa wirausaha tidak tergantung dengan orang seperti itu," tegasnya.

Disinggung mengenai biaya operasional yang dibutuhkan oleh ponpes sendiri, Ustaz Abu menuturkan selama ini semua dilakukan secara mandiri. Dalam artian dana yang masuk dari para santri yang juga seikhlasnya itu dikelola sendiri.

"Kami dari awal untuk pembiayaan terutama kita lakukan secara mandiri. Dalam artian kita mengelola dana dari santri seadanya, santri kemampuan seikhlasnya berapa, tidak ada iuran SPP yang tetap nilainya," ujarnya.

Selain itu hingga saat ini juga belum ada donatur tetap yang rutin memberikan bantuan. Kendati begitu tetap ada sejumlah donatur yang secara suka rela memberikan bantuan sewaktu-waktu.

Load More