SuaraJogja.id - Ngatiran (53) warga Padukuhan Ngablak RT 03 Kalurahan Sitimulyo Kapanewonan Piyungan ini mengaku hidup tidak tenang dalam dua bulan terakhir. Lelaki ini resah, sebab tempat tinggalnya akan terkena dampak perluasan Tempat Pembuangan Sampah Terakhir (TPST) Piyungan.
Rumahnya yang berada di jalur utama menuju pintu masuk TPST Piyungan bakal tergusur. Pasalnya lahan di belakang rumahnya bakal dibebaskan oleh pemerintah DIY untuk proyek perluasan TPST Piyungan. Jika lahan di belakangnya dibebaskan secara otomatis rumah yang ia tinggali di atas tanah seluas 200 meter persegi juga turut tergusur.
Padahal, tahun 1995 lalu, ia bersama keluarga juga sudah tergusur proyek yang sama, pembangunan TPST Piyungan. Saat Pemerintah DIY mulai membangun TPST Piyungan tersebut, ia bersama puluhan Kepala Keluarga terpaksa angkat kaki dari tanah kelahirannya.
"Lha langsung pindah di sini. Beberapa ratus meter dari rumah saya yang dulu karena lahannya digunakan TPST Piyungan. Sekarang kok mau digusur lagi," keluhnya, Selasa (19/5/2021) siang saat berkumpul bersama warga yang lain menolak rencana perluasan lahan TPST Piyungan di sebelah barat dusun Ngablak.
Oleh karena itu, ia bersama warga 5 RT Padukuhan Ngablak menyatakan menolak perluasan lahan TPST Piyungan di sebelah barat Padukuhan karena dampak negatif yang ditimbulkan cukup banyak. Terlebih lahan yang akan digunakan seluas 6 hektare merupakan lahan hijau dan juga terdapat sumber mata air yang menghidupi masyarakat Ngablak.
"Apapun alasannya, kalau untuk sampah warga Padukuhan Ngablak menolaknya," terang Ngatiran.
Warga yang lain, Murdani juga mengaku keberatan jika lahannya digunakan untuk pengolahan sampah. Dirinya sebenarnya sudah tanda tangan merelakan tanahnya untuk dibeli pihak ketiga. Namun saat membubuhkan tanda tangan, lelaki ini tidak mengetahui jika peruntukkannya untuk pengolahan sampah.
Di samping itu, Murdani juga bersedia tanda tangan karena saat itu makelar tanah mengatakan akan membayarnya secara kontan dalam dua bulan. Namun ternyata setelah ditunggu 6 bulan lebih lahan tersebut belum juga dilunasi oleh makelar tersebut.
"Kalau tidak melanggar hukum, saya akan cabut tanda tangan itu. Wong saya tidak tahu kalau buat sampah,"ungkapnya.
Baca Juga: Dinkes Gelar Rapid Test Antigen, 34 Warga Ponpes Piyungan Positif Covid-19
Murdani mengaku, ia memiliki lahan sekitar 1.000 meter persegi. Dirinya saat itu sengaja bersedia melepas tanah tersebut ke makelar karena memang posisi tanahnya sudah terjepit dan tidak ada akses masuk. Saat itu, ia bersedia melepas tanah seharga Rp 400.000 permeter persegi.
Koordinator warga, Sumaryono menandaskan, warga menyatakan menolak rencana pemerintah memperluas area TPST Piyungan di sebelah barat Padukuhan mereka. Selain merupakan lahan hijau, nanti setidaknya ada 180 kepala keluarga yang akan terdampak dengan keberadaan TPST tersebut.
"Apapun peruntukkannya apakah untuk pengolahan atau pabrik pengolahan sampah, kami tidak boleh," tandasnya.
Berdasarkan informasi yang ia kumpulkan dari warga, dari 6 hektare rencana yang akan digunakan, sudah ada 2,5 hektare lahan yang sudah proses negosiasi. Harga yang ditawarkan melalui makelar adalah Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu permeternya. Namun untuk pembayarannya, Maryono mengaku belum mengetahuinya.
Sumaryono mengungkapkan, sekitar dua bulan lalu warga mendapat sosialisai di akontor kelurahan Sitimulyo. Dua kali sosialisasi, warga tetap melakukan penolakan terhadap rencana perluasan TPST di sebelah barat Padukuhan Ngablak.
"Kami sebenarnya tidak menolak perluasan. Tetapi lahannya bukan di sebelah barat dusun kami. tetapi yang ada di sebelah timur,"tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
Terkini
-
Deadline Proyek di Gunungkidul Dikejar: DPRD Tak Ingin Hujan Jadi Alasan
-
Setelah Diperiksa Intensif, Mantan Bupati Sleman Sri Purnomo Resmi Ditahan Terkait Kasus Korupsi
-
WNA Tiongkok 'Nakal' di Yogyakarta: Alih-Alih Pelatihan, Malah Kerja Ilegal?
-
Trauma Mendalam, Terdakwa Kecelakaan Maut BMW Menangis di Persidangan: 'Saya Bukan Pembunuh'
-
Raih Saldo Gratis? Ini Trik Jitu dan 4 Link Aktif untuk Klaim DANA Kaget buat Warga Jogja