SuaraJogja.id - Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (TRC BPBD) DIY mencatat kasus kematian pasien Covid-19 meningkat dalam sebulan terakhir. Tercatat sudah 2.126 orang meninggal dunia terhitung mulai dari 20 Juni hingga 21 Juli 2021.
"Tingkat kematian total pun jauh lonjakannya dibanding Juni kemarin. Juni itu 525 kasus. Juli ada 2.126 kasus yang kita makamkan dengan protokol Covid-19. Dengan 400-500 di antaranya saat menjalani isoman," kata Wakil Komandan TRC BPBD DIY Indrayanto saat ditemui awak media di BPBD DIY, Jumat (23/7/2021).
Hal itu berpengaruh kepada ketersediaan tim yang harus bertugas melakukan pemulasaraan jenazah hingga pemakaman.
Mengantisipasi hal tersebut, Indra menyebut telah membagi peran dengan seluruh kabupaten/kota yang ada. Termasuk dengan penambahan sejumlah tim relawan yang turut bergabung.
Baca Juga: Kisah Sarjono, Kades Pertama di Sukoharjo yang Jadi Relawan Tim Pemakaman Jenazah Covid-19
"Kami membagi peran dengan kabupaten kota. Kabupaten Kota mendirikam tim untuk pemakaman dan pemulasaran. Sleman ada 8 tim, di Kota ada 6 regu, Kulon Progo ada, Bantul ada," ungkapnya.
Selain itu, Indra menyebut kelompok masyarakat atau Satgas Covid-19 tingkat desa pun turut digandeng guna membantu kinerja di lapangan. Menurutnya dalam kondisi saat ini Satgas Desa harus berperan aktif mempunyai tim pemulasaraan dan pemakaman jenazah.
"Kita sudah memulai memberdayakan Satgas Desa. Kita meminta semua Satgas Desa yang sudah aktif itu harus mempunyai tim pemulasaraan sama pemakaman. Itu tim yang kita siapkan untuk mendukung upaya-upaya percepatan ini karena kalau tidak begitu ora rampung," tuturnya.
Pihaknya juga belajar dari pengalaman yang sempat terjadi di RSUP Dr Sardjito ketika mengalami lonjakan kasus kematian yang cukup tinggi beberapa waktu lalu. Saat itu tim yang ada tidak cukup menangani atau mengurus jenazah hanya dalam satu hari.
"Kami belajar pengalaman Sardjito yang ledakan 63 jiwa itu. Untuk mengurai itu 1 hari itu cuma dapat 46 dari pagi sampai sore. Begitu menginjak malam kami harus mengeluarkan sisanya, akhrinya harus dua hari," terangnya.
Baca Juga: Petugas dan Relawan Pemakaman Jenazah Covid-19 di Jember Dikeroyok Warga, Mayatnya Direbut
Antrean jenazah untuk dimakamkan pun sering terjadi atau ditemui dalam beberapa kesempatan. Salah satu faktor yang menimbulkan antrean itu tidak lain dari belum siapnya keluarga terkait persoalan ketersediaan makam.
"Antre itu sebenarnya proses yang paling lama adalah keluarga mencari makam. Nah kalau itu tidak ada titik temu biasanya nunggu lama," ucapnya.
Kondisi yang juga sering ditemui adalah antrean saat di pemulasaraan. Bahkan dalam sejumlah kasus, pasien Covid-19 yang meninggal dunia pagi hari harus menunggu hingga malam untuk bisa dimakamkan.
"Yang kedua kalau jumlah besar, antre di pemulasaraan itu meninggal pagi gitu harus sampai siang selesai di pemulasaraan. Negosiasi dengan keluarga sampai sore dia dapat makam dia mulai menggali makam, malam baru bisa dimakamkan," lanjutnya.
Terkait lokasi pemakaman sendiri, disampaikan Indra juga sudah disediakan solusi per wilayah. Apabila ada masyarakat yang tidak memungkinkan dimakamkan di perkampungan maka jenazah akan dialihkan ke lahan pemakaman khusus Covid-19 milik pemerintah setempat.
"Kalau misal anak kos tidak dapat makam lalu harus bayar, ya sudah kami negosiasi dengan Dinas Sosial karena yang mengelola makamnya mereka [Dinso]. Lalu kalau makam kampung yang bayar, itu jadi tanggungan keluarga," imbuhnya.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Kisah Sarjono, Kades Pertama di Sukoharjo yang Jadi Relawan Tim Pemakaman Jenazah Covid-19
-
Petugas dan Relawan Pemakaman Jenazah Covid-19 di Jember Dikeroyok Warga, Mayatnya Direbut
-
Muncul Kasus Kematian Covid-19 Saat Isoman, BPBD DIY Buka Layanan Pemulasaraan Jenazah
-
Angka Kematian Pasien Covid-19 Cetar Rekor Terus, Satgas: Tak Bisa Ditoleransi
-
Percepat Testing Covid-19, DIY Tambah 2 PCR Robotik
Tag
Terpopuler
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
- Asisten Pelatih Liverpool: Kakek Saya Dulu KNIL, Saya Orang Maluku tapi...
- 3 Kerugian AFF usai Menolak Partisipasi Persebaya dan Malut United di ASEAN Club Championship
- Mulan Jameela Sinis Ahmad Dhani Sebut Mantan Istri dengan Panggilan 'Maia Ahmad'
- Pengganti Elkan Baggott Akhirnya Dipanggil Timnas Indonesia, Jona Giesselink Namanya
Pilihan
-
7 Rekomendasi Merek AC Terbaik yang Awet, Berteknologi Tinggi dan Hemat Listrik!
-
Daftar 7 Sepatu Running Lokal Terbaik: Tingkatkan Performa, Nyaman dengan Desain Stylish
-
Aura Farming Anak Coki Viral, Pacu Jalur Kuansing Diklaim Berasal dari Malaysia
-
Breaking News! Markas Persija Jakarta Umumkan Kehadiran Jordi Amat
-
Investor Ditagih Rp1,8 Miliar, Ajaib Sekuritas Ajak 'Damai' Tapi Ditolak
Terkini
-
AgenBRILink SDM Mart Dorong Pengembangan Usaha Masyarakat di Grobogan
-
Kesaksian Warga Soal Cekcok Order Kopi Berujung Ricuh, Driver Ojol Disebut Sempat Telat Berjam-jam
-
Polisi Pastikan Telusuri Provokator Aksi Massa Driver ShopeeFood di Sleman yang Berujung Ricuh
-
Duh! Ricuh dengan Pelanggan di Sleman, Mobil Polisi Dirusak Ratusan Driver ShopeeFood
-
Kronologi Amuk Massa Ojol di Sleman, Dari Pesanan ShopeeFood Telat hingga Perusakan Mobil Polisi