Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Jum'at, 17 September 2021 | 09:55 WIB
Suasana kios buku di shopping center Yogyakarta, Kamis (16/9/2021). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

"Ya jadinya gali lubang-tutup lubang untuk bisa menggaji karyawan dan memesan buku lainnya termasuk membayar sewa kios. Memang barang seperti buku kan bisa bertahan lama. Tapi jika tidak ada buku baru yang masuk percuma saja. Kadang orang-orang juga mencari buku baru itu," katanya.

Erna sapaannya, mengatakan bahwa pedagang buku di Shopping Center rata-rata menjual buku yang beraneka ragam dalam 1 kios. Adapun yang menjual buku secara spesifik namun pedagang itu memiliki kios lain yang menjual buku dengan berbagai tema.

Buku yang dijualnya antara lain, buku cerita anak, komik, buku filsafat, politik, pelajaran, novel, bahkan buku untuk budidaya dan berbisnis.

"Harganya juga standar. Mulai Rp5 ribu sampai bisa Rp200 ribu. Itu biasanya yang mahal buku kesehatan. Dulu mencari hasil Rp1 juta cukup mudah. Sekarang Rp100 ribu sangat sulit," terang dia.

Shopping center lanjut Erna, memang memberikan harga murah dibanding toko buku lain yang ada di Jogja. Bahkan kerap memberi diskon, mulai 10-25 persen. Artinya, harga buku yang dijual di toko besar lebih mahal. Hal itu juga membantu pembeli yang keterbatasan dana. Sehingga memudahkan untuk mencari buku dengan judul dan bentuk yang sama.

Bagi Erna hal itu memang terjadi kesenjangan. Namun dirinya tak mau menanggapi terlalu jauh dan menyerahkan kepada pembeli untuk memilih kiosnya atau toko buku dengan label yang lebih ternama.

"Saya pikir malah yang di toko besar itu untuk pelanggan dengan segmentasi menengah ke atas. Jadi kan punya sasaran sendiri. Jika memang mencari harga yang murah mungkin bisa ke sini," kata dia.

Suasana kios buku di shopping center Yogyakarta, Kamis (16/9/2021). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

Lebih lanjut, kondisi saat ini, pelanggan masih sangat sedikit yang datang. Sehingga ada harapan besar ketika wisata Taman Pintar dibuka oleh pemerintah. Hal itu menyusul bahwa pelanggan cukup banyak dari wisatawan Taman Pintar.

Biasanya pembeli adalah orang tua dan siswa SD. Buku-buku cerita menjadi pilihan mereka setelan lelah berwisata ke Taman Pintar.

Baca Juga: Aturan Ganjil-Genap Diterapkan Akhir Pekan, Wawali Jogja Akui Bakal Rumit

Hal itu juga menjadi harapan pedagang lainnya. Wanita yang lebih senang dipanggil dengan nama Mamah itu mengatakan pelanggan biasanya juga sering dari wisatawan. Tidak hanya Taman Pintar tapi Malioboro juga menjadi penyumbang pemasukan kepada pedagang.

"Harapannya bisa dibuka kembali Taman Pintarnya. Jadi setelah dari sana, keluarnya kan di pintu tengah shopping ini. Ya akhirnya ada orang yang datang kan, awalnya tidak ada rencana membeli, tapi karena melihat banyak buku, bisa menarik untuk membeli," kata dia.

Tidak hanya wisatawan, sasaran pedagang cukup besar ke mahasiswa. Sehingga tahun ajaran baru pada September ini seharusnya menjadi momen pendapatan yang besar bagi pedagang

Namun karena PPKM dan belum adanya PTM, penghasilan pedagang juga berkurang.

"Jadi ada musimnya juga di sini. Misal tahun ajaran baru, nah itu jadi momen untuk mendapatkan penghasilan yang banyak. Bahkan jika tidak ada pandemi Covid-19, kami sampai lupa makan karena banyak melayani pelanggan," ungkap pedagang lain, Ruri.

Bagi Ruri, penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga hanya dengan berjualan buku. Sehingga tabungan yang sebelumnya terkumpul menjadi solusi sementara untuk keluarganya bertahan hidup.

Load More