Sedangkan gua/luweng Gunung Panggang, menurut Irsyad mempunyai kedalaman vertikal sekitar 8-10 meter, Chamber gua memanjang sekitar 15-20 meter, dan jalurnya tertutup batu. Dalam gua tersebut erdapat Boulder/dinding batu yang mungkin reruntuhan dari permukaan yang menutupi lorong gua.
"Di kedua gua/Luweng ini, sampai akhir eksplorasi, kami tidak menemukan potensi sumber air," kata Jefri(21) menambahi.
Jefri adalah Mahasiswa UGM asal Sulawesi, dia adalah satu dari 9 anak Kapalasastra yang ikut ambil bagian dalam kegiatan ini. Dalam penelusuran gua/luweng ini, dia dan teman temannya,menggunakan teknik penelusuran Single Rope Tehcnique(SRT).
Kendati tidak menemukan sumber air, menurut Jefri, data tentang gua yang berhasil dikumpulkan bisa menjadi rekomendasi bagi masyarakat tentang pemetaan gua sebagai bahan kajian lebih lanjut.
Baca Juga: Kisah Ngeri Pembantaian PKI di Gua Grubug, Dipaksa Terjun ke Lubang Sedalam 98 Meter
"Masyarakat juga perlu mengetahui keberadaan gua/luweng di daerah mereka, sehingga keberadaanya dapat dilindungi. Masyarakat juga perlu mengetahui keberadaan gua/luweng di daerah mereka, sehingga keberadaanya dapat dilindungi," pungkas Jefri.
Disela sela memberesi peralatan Caving, kami kemudian banyak berbincang dengan anggota Sanggar Lumbung Kawruh, tentang kelanjutan upaya untuk mengatasi maslah air di Padukuhan Ngurak Urak,.ataupun Kalurahan Petir pada umumnya.
Ribut(35), pendiri sekaligus pengelola Sanggar Lumbung Kawruh ini kemudian banyak bercerita tentang keadaan alam di desanya. Pemuda berambut gimbal ini mengatakan sebetulnya masih ada dua gua/luweng yang belum dieksplorasi, yaitu luweng Jaran dan Song Terus, nanti kita akan agendakan lagi.
"Ada empat telaga di desa kami, semuanya kering, telaga telaga ini kering karena pohon besar/resan yang roboh dan mati dan karena dibangun talud permanen," lanjut Ribut.
Menurutnya, sebelum mengering fungsi telaga telaga ini sebetulnya sangat membantu masyarakat, baik untuk keperluan mandi, mencuci serta memandikan dan memberi minum ternak ternak petani.
Baca Juga: Viral Kakek Hidup Sebatang Kara di Tepus, Inem Jogja Beri Penjelasan Alasan Mengunggahnya
"Sekarang ini, air telaga paling bertahan hanya satu bulan di musim kemarau, setelah itu kering kerontang," imbuhnya.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
-
Kisah Ngeri Pembantaian PKI di Gua Grubug, Dipaksa Terjun ke Lubang Sedalam 98 Meter
-
Viral Kakek Hidup Sebatang Kara di Tepus, Inem Jogja Beri Penjelasan Alasan Mengunggahnya
-
Tinggal di Kandang Sapi, Pasutri di Gunungkidul Dibantu Bripka Oktaviani Beli Tanah
-
Muncul Klaster Hajatan Saat Penerapan PPKM, Satu RT di Gunungkidul Masih Masuk Zona Merah
-
Diduga karena Masalah Asmara, Remaja di Gunungkidul Nekat Gantung Diri
Terpopuler
- Beda Timnas Indonesia dengan China di Mata Pemain Argentina: Mereka Tim yang Buruk
- Ibrahim Sjarief Assegaf Suami Najwa Shihab Meninggal Dunia, Ini Profilnya
- Riko Simanjuntak Dikeroyok Pemain Persija, Bajunya Hampir Dibuka
- Pencipta Lagu Tagih Royalti ke Penyanyi, Armand Maulana: Padahal Dulunya Memohon Dinyanyikan
- Berapa Biaya Pembuatan QRIS?
Pilihan
-
Bimo Wijayanto Dipilih Prabowo Jadi Bos Pajak Baru, Sri Mulyani: Yang Tabah Pak Suryo!
-
Sah! Sri Mulyani Lantik Bimo Wijayanto dan Djaka Budi Utama jadi Bos Pajak dan Bea Cukai
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Punya Hubungan Dekat dengan Bintang Barcelona
-
Cerita Simon Tahamata Terlibat Skandal Match-Fixing: Titik Terendah Karier Saya
-
Panduan dan Petunjuk Pembentukan Koperasi Merah Putih: Tahapan, Usaha, Serta Pengurus
Terkini
-
Ringankan Beban Ekonomi Masyarakat, Pemkab Sleman Gelar Pasar Murah
-
Drama Lempuyangan Memanas, PT KAI Minta Warga Kosongkan Rumah dalam Waktu Tujuh Hari
-
Cocok Buat Healing, Cek 5 Rekomendasi Tempat Wisata di Makassar yang Layak Dikunjungi!
-
Jangan Sampai Ketinggalan! Klaim 3 Link Saldo DANA Kaget Ini, Berpeluang Raih Rp749 Ribu
-
Prediksi Cuaca DI Yogyakarta Hari Ini, Hujan Masih Terjadi Imbas Kemarau Basah