Berasal dari keluarga penyintas tragedi G30S secara tidak langsung memberikan dampak tersendiri bagi kehidupan Pipit. Terlebih saat ia masih terbilang belia dan belum mengetahui secara utuh masa lalu kedua orang tuanya.
Pipit mengatakan jika kemudian mengaitkan sejumlah kepingan yang terjadi di masa lalu memang ada kejadian yang berhubungan tentang latar belakang keluarganya. Namun memang saat itu ia tidak terlalu berpikiran macam-macam.
"Tapi memang di masa kecil karena aku tidak tahu ya santai aja maksudnya tidak ada masalah, karena aku tinggal di daerah pinggiran. Pinggiran itu dia bukan kota tapi juga bukan pelosok. Jadi lebih cair ya," tuturnya.
Pipit sendiri masih mengingat saat dulu di lingkungannya ada beberapa tetangga yang tidak suka ketika dirinya bermain drngan anak-anaknya. Hal itu dirasakan Pipit ketika masih kecil, sekitar SD tepatnya.
Baca Juga: Alasan TVRI Tak Tayangkan Film Pengkhianatan G30S PKI
"Tapi waktu itu aku tidak punya pikiran bahwa aku tidak disukai karena bapak-ibuku, enggak ada pikiran itu, tapi itu kemudian aku setelah ngerti aku baru ngeh. Oh pantesan dia tidak boleh main denganku," ucapnya.
Walaupun Pipit mengaku tidak terlalu merasakan dampak dari ketidaksenangan orang-orang lain terhadap latar belakang keluarganya. Tetapi ada kejadian yang masih teringat hingga sekarang.
"Jadi merasakannya itu setelah aku tahu jadi ngeh, tapi kemudian mulai ada kejadian yang ketika kita bermain gitu misalnya aku kalah itu paling sering banget aku dikatain 'kafir' gitu," ungkapnya.
Lagi-lagi Pipit masih tidak mengetahui kenapa label itu disematkan kepadanya saat bermain. Ia hanya berpikiran bahwa label itu diberikan kepadanya karena keluarganya berbeda agama dengan mayoritas masyarakat di lingkungannya bukan karena bapak ibunya adalah mantan tapol.
"Aku enggak ngeh, jadi bayanganku itu. Oh ternyata setelah gede kemudian paham tentang latar belakang kemudian menjadi paham, aku dituduh tadi karena bapak ibuku itu tadi. Bukan karena agama tapi karena tadi. Karena yang agamanya sama beberapa juga tidak pernah dikatakin seperti itu. Cuma aku," tuturnya.
Baca Juga: 1 Oktober 2021, Hari Kesaktian Pancasila atau Hari Lahir Pancasila? Cek Bedanya di Sini
Setelah perspektif Pipit tentang tragedi G30S mulai berubah dari cerita-cerita penyintas. Sekitar pada tahun 2004 ia juga bertemu dengan teman-teman yang berasal dari Syarikat Indonesia.
Dijelaskan Piptit, Syarikat Indonesia adalah anak-anak muda NU. Waktu itu mereka sudah mulai mencari tentang cerita-cerita masa lalu yang berhubungan dengan tragedi G30S baik dari sisi penyintas maupun dari para kyai yang waktu itu dari teman-teman muda NU.
"Jadi di situ sering ada diskusi-diskusi apa yang terjadi di masa lalu kan Syarikat Indonesia kan dulu cita-citanya rekonsiliasi akar rumput ya dan itu cukup, apa yang dilakukan Syarikat itu yang sangat membantu ku juga banyak untuk salah satu healing juga sih sebetulnya untukku," kata Pipit.
Sebab ternyata kemudian Pipit juga melihat dalam tragedi kelam itu, bukan hanya "korban" saja yang menderita. Melainkan ada juga "pelaku" yang ikut merasakan itu.
Seperti yang dirasakan oleh salah satu anak dari bapak yang dulu termasuk harus menangkapi orang-orang yang dituduh sebagai PKI. Pipit menuturkan pertemuannya dengan anak "pelaku" itu memperlihatkan bahwa ada trauma di sana.
Tag
Terpopuler
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas MPV 1500cc: Usia 5 Tahun Ada yang Cuma Rp90 Jutaan
- 5 Rekomendasi Pompa Air Terbaik yang Tidak Berisik dan Hemat Listrik
- Diperiksa KPK atas Kasus Korupsi, Berapa Harga Umrah dan Haji di Travel Ustaz Khalid Basalamah?
- 5 AC Portable Mini untuk Kamar Harga Rp300 Ribuan: Lebih Simple, Dinginnya Nampol!
Pilihan
Terkini
-
Liburan Sekolah, Sampah Menggila! Yogyakarta Siaga Hadapi Lonjakan Limbah Wisatawan
-
Duh! Dua SMP Negeri di Sleman Terdampak Proyek Jalan Tol, Tak Ada Relokasi
-
Cuan Jumat Berkah! Tersedia 3 Link Saldo DANA Kaget, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan
-
Pendapatan SDGs BRI Capai 65,46%, Wujudkan Komitmen Berkelanjutan
-
Kelana Kebun Warna: The 101 Yogyakarta Hadirkan Pameran Seni Plastik yang Unik dan Menyentuh