SuaraJogja.id - Destinasi wisata di DI Yogyakarta belum dibuka sepenuhnya. Namun, wisatawan sudah mulai berdatangan dan memenuhi lokasi wisata seperti di Malioboro.
Sebagian warga masih khawatir dengan penularan Covid-19 yang sampai sekarang belum hilang. Namun, bagi sebagian orang yakni pedagang, keramaian itu menjadi angin segar untuk penghidupannya.
Bagaimana tidak ramainya Malioboro sedikit memulihkan perekonomian mereka yang sempat tersendat hampir setahun lamanya. Pemerintah yang membatasi warga untuk beraktivitas di luar, menghentikan pendapatan pedagang.
"Kalau dulu kan wisatawan tidak ada sama sekali. Kami berjualan juga tidak ada yang membeli. Memang sempat jualan lagi, tapi karena lonjakan kasus bulab Juli-Agustus Malioboro kan ditutup lagi," ungkap Pendro, pedagang pakaian ditemui SuaraJogja.id di Malioboro, Minggu (17/01/2021).
Baca Juga: Polda DIY Sebut Belum Ada Laporan Terkait Korban Pinjol di Jogja
Nyaris tak berjualan hampir empat bulan, penghasilan pria 31 tahun itu tak menentu. Bahkan harus membuka tabungannya untuk membayar sekolah anak dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Akhirnya yang tabungan yang harusnya bisa untuk jangka panjang saya alihkan untuk sekolah anak. Kondisi kemarin itu sudah sulit," katanya.
Pendro mengaku sempat stress karena tidak berjualan. Meski sudah berjualan online dirinya tidak mendapat banyak pelanggan.
Dirinya sempat berjualan makanan untuk sekedar memenuhi kebutuhan makannya bersama istri. Namun usaha itu hanya bertahan 1 bulanan.
"Ya sudah kami berusaha seadanya, sisa tabungan itu yang akhirnya kami manfaatkan," terang dia.
Baca Juga: Detik-detik Polda DIY dan Jabar Gerebek Kantor Pinjol Ilegal di Sleman
Dirundung stress, pada akhir September 2021 kasus penularan Covid-19 di Jogja menunjukkan penurunan. Bahkan penurunan level PPKM yang sebelumnya level 4 menjadi level 3 dianggap menjadi sebuah harapan Pendro kembali berjualan.
"Memang pedagang boleh berjualan lagi. Tapi kondisi itu kan belum normal. Pendapatan juga masih menyesuaikan dengan wisatawan," kata dia.
Hingga memasuki bulan Oktober awal dan pekan ketiga ini, omzetnya bisa sedikit bernafas lega. Wisatawan yang mulai berdatangan sudah bisa mengembalikan roda perekonomian pedagang.
"Tapi saat ini masih Sabtu-Minggu saja yang ramai. Senin sampai Jumat, biasanya masih sepi," jelas dia.
Walau hanya Sabtu dan Minggu hari yang cukup ramai, Pendro bisa mengantongi pendapatan cukup. Setidaknya tiap akhir pekan menjadi harapan untuk menambal pengeluaran 4 bulannya ketika tidak berjualan.
"Ya Sabtu kemarin itu Alhamdulilah bisa dapat Rp3 juta. Kebanyakan orang Jakarta yang membeli kemarin itu. Minggu ini juga lumayan," kata dia.
Pendro tak menampik jika kondisi Covid-19 masih mengancam masyarakat ketika tidak disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan (prokes). Meski tahu kerumunan berpotensi menimbulkan penularan, dirinya lebih berhati-hati saat melayani pembeli.
"Sebenarnya ya masih takut (Covid-19). Tapi kondiso seperti ini yang kami harapkan. Tapi jika pedagang dan wisatawan saling menjaga prokes, saya kira semua aman," terang dia.
Tak berbeda jauh dengan Pendro, pelaku usaha oleh-oleh bakpia, Bejo (46) juga merasakan pendapatan yang mulai normal. Jika saat pandemi Covid-19 hanya menerima Rp10 ribu. Saat ini per hari bisa mengantongi Rp300 ribu.
"Sekarang sudah bisa mengontrol pengeluaran. Sebelumnya pendapatan kan sangat sedikit. Apalagi membayar cicilan selalu telat, tapi saat ini sudah lebih baik," ujar pria asal Sleman itu.
Kondisi ini diharapkan bisa bertahan untuk pekan hingga bulan selanjutnya. Dirinya hanya menjaga diri dengan mengencangkan prokes dengan menggunakan masker saat melayani pembeli.
Pantauan SuaraJogja.id, Malioboro sudah padat dengan wisatawan. Kebanyakan pengendara datang dengan mobil pribadi dari luar DIY.
Jalan Malioboro juga sudah ramai dengan kendaraan mobil dan motor. Bahkan menjelang petang, kemacetan mulai terjadi di jalan yang segaris dengan sumbu filosofis itu.
Berita Terkait
-
Kekayaan Hasto Kristiyanto yang Samakan Jokowi dengan Pedagang Kaki Lima
-
10 Surga Tersembunyi di Lombok, Wisata Lombok yang Lagi Hits
-
Deflasi dan PHK: Jeritan Pedagang Pasar Johar Baru, Tukang Bajaj Pun Ikut Merana
-
Sebut WHO Rancang Pandemi Baru, Epidemiolog UI Tepis Ucapan Dharma Pongrekun: Itu Omong Kosong
-
Negara Kaya Wajib Bantu Negara Berkembang? Ini Tuntutan AHF di WHO Pandemic Agreement
Terpopuler
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Seharga Raize tapi Mesin Sekelas Innova: Yuk Simak Pesona Toyota Frontlander
- Eliano Reijnders Ungkap Rencana Masa Depannya, Berniat Susul Tijjani Reijnders
- Bayern Munchen Pampang Foto Nathan Tjoe-A-On, Pindah ke Bundesliga Jerman?
- Crazy Rich Kalimantan, Begini Mewah dan Mahalnya Kado Istri Haji Isam untuk Ulang Tahun Azura
Pilihan
-
MR.DIY Mau Melantai Bursa di BEI, Ini Harga Saham dan Jadwal IPO
-
Diskusi OIKN dan BPK RI: Pembangunan IKN Harus Berlanjut dengan Tata Kelola yang Baik
-
1.266 Personel Diterjunkan, Polres Bontang Pastikan Keamanan di 277 TPS
-
Masa Tenang, Tim Gabungan Samarinda Fokus Bersihkan Alat Peraga Kampanye
-
Masa Tenang Pilkada, Bawaslu Balikpapan: Bukan Masa yang Tenang
Terkini
-
Video Asusila Mirip Anggota DPRD Gunungkidul Tersebar, Begini Respon Ketua DPRD
-
Sidak Pasar Jelang Nataru, Mendag: Harga Minyakita Akan Normal Pekan Ini
-
Imbas Kecurangan Takaran BBM di Sleman, Bupati Perketat Sertifikasi Tera SPBU
-
Mendag Sidak SPBU yang Diduga Curang di Sleman, Rugikan Konsumen Rp1,4 Miliar per Tahun
-
Sunarso Dinobatkan Sebagai The Best CEO untuk Most Expansive Sustainable Financing Activities