SuaraJogja.id - Revitalisasi Benteng Wetan Keraton Yogyakarta telah dimulai. Beberapa bangunan sudah dirobohkan dan juga tali asih terhadap warga terdampak di Jalan Kenekan, Kemantren Keraton, Kota Jogja sudah diberikan.
Rencana pembangunan yang akan dilaksanakan pada tahun 2022 itu mendapat tanggapan dari Arkeolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Inajati Adrisijanti. Menurut dia revitalisasi benteng sebaiknya mengembalikan kondisi seperti sebelumnya. Namun perlu juga memperhatikan lingkungan sosial dan perlu biaya yang tinggi.
Dosen Pascasarjana UGM itu menjelaskan bahwa benteng berfungsi sebagai pagar keamanan saat era kerajaan di Yogyakarta. Bahkan benteng merupakan bagian penting yang ada di sebuah kota pada zaman dulu.
"Misal saat kerajaan Mataram Islam yang ada di Kotagede itu, mereka memiliki benteng. Kalau arkeolog bisa mengetahui letaknya. Nah di Jogja, benteng itu dibangun untuk pertahanan," kata Inajati ditemui SuaraJogja.id di Kantor Kedaulatan Rakyat, Rabu (20/10/2021).
Baca Juga: Diisi Akademisi hingga Seniman, Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta Dikukuhkan
Ia melanjutkan, benteng yang dibangun oleh Keraton Yogyakarta sebelumnya memiliki parit-parit yang juga berfungsi sebagai keamanan. Sehingga, saat warga atau raja yang akan masuk ke dalam keraton harus menyeberang melalui jembatan.
"Jagang (parit pertahanan) itu kan lebar dan dalam, itu digunakan untuk pertahanan. Melihat luar benteng yang ada di Jogja, jagang itu sudah berubah menjadi bangunan toko dan sebagainya. Disisakan sedikit di pojok benteng wetan (timur) dekat pohon pos polisi itu," terang wanita yang akrab disapa Poppy ini.
Benteng sendiri memiliki dua lapisan, pertama disebut Baluwarti, yaitu benteng yang ada di luar yang satu bangunan memanjang dengan Pojok Benteng atau Jokteng yang mengelilingi rumah warga.
Sementara satu lagi Cepuri, yakni benteng yang ada di dalam Baluwarti yang mengelilingi kompleks Keraton Yogyakarta.
"Jokteng Wetan itu dulunya kan dihancurkan oleh serbuan tentara Inggris. Alat tempur mereka juga lebih modern daripada kita, sehingga mengangkut hartanya Keraton termasuk naskah-naskah penting," ujar dia.
Baca Juga: Dipermalukan PSIM Yogyakarta, AHHA PS Pati Diledek Warganet: Otw Liga 3
Inajati mengatakan revitalisasi benteng Keraton juga perlu melihat kondisi sosial lingkungan dan juga pengeluaran ekonomi. Mengingat kondisi di sekitar benteng sudah ditempati masyarakat.
"Jadi dari sejarahnya sudah terlanjur ada pembangunan rumah warga di sekitar benteng itu. Maka harus diperhitungkan pengeluaran sosialnya (untuk warga), pengeluaran ekonomi. Terus terang saya tidak tahu status tanah di sekitar benteng. Namun jika memang akan direnovasi seperti dulu, berapa warga yang akan kena," ujar dia.
"Bisa saja tidak hanya rumah warga dan toko itu yang kena, jika memang mau dibuat seperti semula, tentu jalan seperti Jalan (Brigjend) Katamso juga bisa kena," kata dia.
Ia mengatakan bahwa struktur sosial masyarakat zaman saat ini berbeda dengan zaman sebelumnya. Mereka menghormati pemangku wilayah ketika harus berpindah.
"Kalau sekarang memang warga sendiko dawuh (patuh) dengan raja. Tapi kalau disuruh pindah kan tidak mau. Sudah ada perubahan sosialnya," kata dia.
Menurut inajanti, pembangunan benteng bisa saja dilakukan, meski benteng Keraton sudah menjadi bangunan cagar budaya, pemangku wilayah pasti sudah memperhitungkan revitalisasi itu.
Namun, lanjut Inajanti harus ada perawatan dan pemeliharaan dengan pengeluarannya tinggi. Selain itu agar tidak memberi dampak besar ke masyarakat, dalam ilmu arkeologi ada istilah konstruksi di atas kertas.
"Jadi jalan keluarnya yang bisa dilakukan, dalam ilmu saya yang simpel, konstruksi di atas kertas. Jadi membuat rekonstruksi yang bisa dijelaskan dengan gambar namun tidak direalisasikan. Hanya menunjukkan bangunan benteng zaman dulu," katanya.
Ia mengatakan Pemerintah atau Keraton juga bisa membuat video pendek disertai penjelasan bagaimana benteng itu berdiri. Termasuk menampilkan Yogyakarta zaman dulu.
"Sebaiknya benteng yang ada sekarang dirawat, dijaga dan dilindungi karena memiliki nilai penting baik sejarah dan kebudayaan. Orang itu harus tau dibangunnya benteng itu seperti apa dan juga sejarahnya," ujar dia.
Berita Terkait
-
Minta KPK Telepon Dulu Koruptor Target OTT, Uceng UGM Sindir Ide Anggota DPR Hasbiallah: Wow Blowing Mind Banget!
-
Segini Tarif Manggung NDX AKA: Viral Rendahkan Perempuan Saat Konser di UGM, Tuai Kecaman
-
NDX AKA Tuai Kecaman, Sindir Cewek Murahan Hingga Check in di Hotel Saat Manggung di UGM
-
RI Perlu Lompatan Pertumbuhan Ekonomi Agar Keluar dari Jebakan 'Batman'
-
Anies Baswedan Pamer Cerita saat Kuliah di UGM Bareng Pramono Anung, Warganet: Jokowi Mana Punya
Tag
Terpopuler
- Agus dan Teh Novi Segera Damai, Duit Donasi Fokus Pengobatan dan Sisanya Diserahkan Sepenuhnya
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Bak Terciprat Kekayaan, Konten Adik Irish Bella Review Mobil Hummer Haldy Sabri Dicibir: Lah Ikut Flexing
- Bukti Perselingkuhan Paula Verhoeven Diduga Tidak Sah, Baim Wong Disebut Cari-Cari Kesalahan Gegara Mau Ganti Istri
- Beda Kado Fuji dan Aaliyah Massaid buat Ultah Azura, Reaksi Atta Halilintar Tuai Sorotan
Pilihan
-
Masa Tenang Pilkada, Bawaslu Balikpapan: Bukan Masa yang Tenang
-
Usai Cuti Kampanye, Basri Rase Gelar Rapat Perdana Bersama OPD, Bahas Apa?
-
Thom Haye hingga Ragnar Oratmangoen Punya KTP DKI Jakarta, Nyoblos di TPS Mana?
-
Awali Pekan ini, Harga Emas Antam Mulai Merosot
-
Ada Marselino Ferdinan! FIFA Rilis Wonderkid Kualifikasi Piala Dunia 2026
Terkini
-
Imbas Kecurangan Takaran BBM di Sleman, Bupati Perketat Sertifikasi Tera SPBU
-
Mendag Sidak SPBU yang Diduga Curang di Sleman, Rugikan Konsumen Rp1,4 Miliar per Tahun
-
Sunarso Dinobatkan Sebagai The Best CEO untuk Most Expansive Sustainable Financing Activities
-
Reza Arap Diam-Diam Tolong Korban Kecelakaan di Jogja, Tanggung Semua Biaya RS
-
Sayur dan Susu masih Jadi Tantangan, Program Makan Siang Gratis di Bantul Dievaluasi