SuaraJogja.id - Bekerja sama dengan UNICEF, Pemkot Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan meluncurkan program Aksi Bergizi. Program tersebut dimulai sebagai upaya memberikan literasi kesehatan pada remaja, salah satunya pencegahan anemia pada remaja putri.
“Banyak remaja putri yang melakukan diet ketat karena tidak ingin menjadi gemuk. Terkadang, kondisi seperti ini justru membuat mereka kekurangan gizi dan mengalami anemia,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, anemia pada remaja putri akan memberikan dampak kurang baik pada kondisi kesehatan, bahkan prestasi di sekolah.
Selain itu, saat remaja putri tersebut menginjak usia dewasa dan menikah, kemudian hamil, kondisi anemia juga bisa menimbulkan dampak pada pertumbuhan dan perkembangan janin.
“Janin berpotensi tidak berkembang optimal, bahkan bisa menyebabkan komplikasi pada kehamilan dan persalinan yang berbahaya, karena bisa menyebabkan kematian ibu atau bayi dan bayi yang dilahirkan bisa mengalami stunting,” katanya.
Oleh karenanya, lanjut Emma, melalui program Aksi Bergizi tersebut, remaja putri melalui siswa yang menjadi kader di sekolah diajak untuk mengenal pola makan yang baik melalui Isi Piringku yang mencakup keseimbangan untuk kebutuhan makanan pokok, lauk pauk, buah, dan sayuran.
Berdasarkan skrining anemia pada 2019 di 10 sekolah di Kota Yogyakarta dengan sasaran 1.500 siswa, diketahui 23 persen diantaranya mengalami anemia.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta juga berupaya melakukan pencegahan anemia dengan suplementasi tablet tambah darah sejak 2014.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan Pemerintah Kota Yogyakarta sudah memiliki Peraturan Wali Kota Yogyakarta Nomor 41 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Daerah Mempersiapkan Generasi Unggul melalui Program 8.000 Hari Pertama Kehidupan.
Baca Juga: Ingin Kurus dan Langsing, Remaja Putri Malah Rentan Anemia karena Salah Diet
“Peraturan wali kota tersebut merupakan kelanjutan dari program nasional 1.000 hari pertama kehidupan,” katanya.
Dengan program 8.000 hari pertama kehidupan, diharapkan status atau kondisi anak dimulai dari dalam kandungan hingga berusia 19 tahun selalu dalam kondisi yang baik.
“Kekurangan gizi bisa saja tidak disebabkan karena kondisi ekonomi, tetapi bisa juga disebabkan karena gaya hidup yang tidak sehat, seperti diet yang berlebihan atau banyak makan makanan yang tidak sehat,” katanya.
Oleh karenanya, lanjut Heroe, anak dan remaja perlu dikenalkan dengan pola makanan bergizi seimbang agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
“Atur pola makan yang baik. Makan sesuai kebutuhan tubuh, bukan makan makanan yang tidak dibutuhkan tubuh. Siswa yang menjadi kader gizi di sekolah perlu terus mengingatkan teman-temannya untuk selalu makan dengan gizi seimbang,” katanya. (ANTARA)
Berita Terkait
-
Ingin Kurus dan Langsing, Remaja Putri Malah Rentan Anemia karena Salah Diet
-
Kabar Gembira! UNICEF Bantu Jateng Tangani Anak Terdampak Covid-19
-
Wajib Masuk Giwangan, Bus Pariwisata Bakal Dapat Stiker untuk Diizinkan Parkir di Jogja
-
Pembangunan Jalan Dr Wahidin Dilanjut, Pedagang Keluhkan Material yang Tutupi Jalan
-
PPKM Sudah Turun Level, Pemkot Yogyakarta Masih Pikir-pikir Buka Seluruh Destinasi Wisata
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
'Kuburan Demokrasi' Dibuat di UII: Mahasiswa Geram, Tuntut Pembebasan Paul dan Aktivis Lain
-
Dari Lorong Sempit Jadi Ladang Rezeki: Kisah Emak-Emak Rejosari Ubah Kampung Jadi Produktif di Jogja
-
Kondisi Lapangan Palu Bikin Pemain PSS Sleman 'Sesak Napas'? Ini Kata Pelatih
-
Jangan Sampai Ketinggalan, Ini Cara Jitu Klaim DANA Kaget & Ciri-Ciri Tautan Palsu
-
Ansyari Lubis Ungkap Resep Kemenangan PSS: Disiplin Bertahan dan Serangan Balik Jadi Momok Lawan