Selama ini dia lebih sering menerima anjing kiriman dari luar daerah. Namun, ia mengaku tidak tahu dari mana anjing-anjing tersebut diperoleh.
"Enggak tahu itu anjingnya dapat dari mana. Saya tahunya anjing-anjing yang masih hidup itu diantar ke rumah saya untuk dipotong," katanya.
Walau hanya menerima kiriman anjing, Bejo terkadang mencari anjing liar di sekitar tempat tinggalnya untuk dipotong.
Ketika akan memotong anjing yang masih hidup dan dirasa bakal menggigitnya, Bejo akan memukulinya terlebih dahulu. Tujuannya supaya anjing lebih jinak sehingga mudah untuk disembelih.
Baca Juga: Cakupan Vaksinasi di Kulon Progo Capai 71,4 Persen
"Karena tidak semua anjing penurut kan, kalau pas mau dipotong dia mau gigit saya ya dipukuli dulu," ujar dia.
Setelah disembelih, daging-daging anjing itu dijual kepada pedagang di sekitar DIY. Untuk satu kilogram daging anjing harganya Rp25.000.
"Per kilonya Rp25.000, biasanya yang beli minta 10 kilogram jadi bayarnya Rp250 ribu," papar Bejo.
Untuk sementara Bejo tidak menyembelih anjing setelah pekerjaannya viral di sosial media pada 19 September 2021 lalu. Dijelaskannya, saat itu terdapat sejumlah anjing yang masih terbungkus sebuah kantong. Lantas, ada tetangganya yang tanpa seizinnya mengambil gambar anjing-anjing itu.
"Ada tetangga saya melihat anjing yang akan dipotong lalu dipotret. Kemudian fotonya beredar di sosial media sampai viral. Padahal dia kan tidak tahu asal usul anjing saya dapat dari mana, anjing itu dikasih sama saudara saya untuk dipotong," ujarnya dengan nada kesal.
Baca Juga: Akses Jalan di Kulon Progo Tertutup Longsor
Ia menyampaikan, alasan mengapa saat kejadian itu banyak anjing terbungkus karung di depan rumahnya. Sebab, setiap hari Selasa Kliwon banyak permintaan akan daging anjing.
"Memang pada setiap hari Selasa Kliwon banyak permintaan. Jadi satu hari sebelumnya ada beberapa anjing yang ada di rumah saya. Yang pesan adalah penjual sengsu di seputar pantai selatan," terangnya.
Karena itu, jika memang aktivitasnya dianggap terlarang, maka harus ada aturan yang jelas. Menurutnya, sejauh ini belum ada peraturan apapun yang melarang soal pemotongan dan penjualan daging anjing.
"Kalau memang ada aturannya, tolong disosialisasikan ke orang yang pekerjaannya seperti kami karena belum banyak yang paham," tegasnya.
Bejo pun berharap ada pekerjaan pengganti apabila diminta untuk berhenti jadi tukang jagal anjing.
"Sehingga enggak cuma ngelarang saja tapi ada solusinya gitu lho," katanya.
Berita Terkait
-
Deddy Corbuzier Tanya Hukum Anjing di Islam, Jawaban Menteri Agama di Luar Dugaan
-
Viral di Bekasi, Anjing Mau Ditombak Hingga Pemilik Diancam Dibunuh
-
Penyelundupan Anjing di Kulon Progo Kasus Pertama yang Disidangkan, Ini Kata Kejari
-
Kasus Penyelundupan Anjing di Kulon Progo Siap Disidangkan, Polisi: Sudah P21
Tag
Terpopuler
- Selamat Datang Penyerang Keturunan Rp 15,6 Miliar untuk Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 6 Mobil Bekas untuk Keluarga di Bawah Rp50 Juta: Kabin Luas, Cocok untuk Perjalanan Jauh
- Pemain Keturunan Medan Rp 3,4 Miliar Mirip Elkan Baggott Tiba H-4 Timnas Indonesia vs Jepang
- Keanehan Naturalisasi Facundo Garces ke Malaysia, Keturunan Malaysia dari Mana?
- 5 Rekomendasi Mobil SUV Bekas Bermesin Gahar tapi Murah: Harga Rp60 Jutaan Beda Tipis dengan XMAX
Pilihan
-
4 Rekomendasi Skincare Mengandung Glycolic Acid, Manjur Atasi Flek Hitam Cegah Penuaan
-
Update Market Value Pemain Timnas Indonesia H-1 Lawan Jepang, Siapa Melonjak?
-
7 Rekomendasi HP Murah dari Merek Underrated: RAM hingga 12 GB, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
-
9 Mobil Bekas Tahun Muda di Bawah Rp100 Juta: Nyaman, Siap Angkut Banyak Keluarga
-
5 Mobil Bekas buat Touring: Nyaman Dalam Kabin Lapang, Tangguh Bawa Banyak Orang
Terkini
-
Cilok vs Otak Cerdas Anak: Wali Kota Yogyakarta Ungkap Fakta Mengejutkan
-
Mandiri Sahabat Desa Fokus pada 200 Keluarga Risiko Stunting di Yogyakarta
-
Raja Ampat Darurat Tambang? KLHK Investigasi 4 Perusahaan, Kolam Jebol Hingga Izin Bodong
-
Rapat di Hotel Dibolehkan, PHRI DIY: Jangan Omon-Omon, Anggaran Mana?
-
Sinyal Hijau Mendagri: Pemda Boleh Gelar Acara di Hotel, Selamatkan Industri Pariwisata Sleman?