SuaraJogja.id - Menjelang Natal dan Tahun Baru (nataru), Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) DIY menemukan 1.357 produk makanan yang tidak memiliki izin edar, kedaluwarsa dan rusak yang dijual 217 distributor, pasar modern, toko dan pasar tradisional.
Jumlah ini terdiri dari 965 produk yang tidak memiliki ijin edar. Temuan didapatkan dari hasil intensifikasi selama tiga minggu terakhir di lima kabupaten/kota.
Selain tak punya ijin edar, BBPOM DIY juga menemukan 315 produk sudah kedaluwarsa. Sedangkan 77 produk lain ditemukan dalam kondisi rusak.
Temuan produk yang rusak, kadaluarsa dan tidak punya ijin edar terbanyak ada di Bantul yang mencapai 10 sarana distribusi. Sedangkan dari Sleman tercatat 8 sarana produksi, Kota Yogyakarta dan Kulon Progo masing-masing 7 sarana distribusi dan 4 lainnya ada di Gunungkidul.
"Nilai ekonomis temuan hari ini mencapai Rp 4.094.265," ujar Kepala BBPOM DIY, Dewi Prawitasari di Kantor BBPOM DIY, Jumat (24/12/2021).
Menurut Dewi, BBPOM sudah melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke kabupaten/kota pada 1-24 Desember 2021. Temuan paling besar untuk produk tanpa ijin edar terbanyak merupakan produk dengan tambahan pangan seperti pewarna, vanili, baking powder, soda kue dan perisai.
Seluruh produk sudah diamankan dan akan dilakukan pemusnahan. Penjual pun dilarang memajang produk untuk diperjualbelikan.
"Jumlah temuan tahun ini menurun dibandingkan 2020 lalu padahal inspeksi tahun ini dua kali lipat dini menandakan kesadaran masyarakat untuk menjual produk yang sesuai aturan semakin meningkat," paparnya.
Dewi menambahkan, BBPOM juga menemukan sejumlah temuab di sarana pasar tradisional. Dari hasil pengawasan yang melibatkan mobil laboratorium keliling ditemukan bahan pangan yang dicurigai mengandung bahan berbahaya.
Baca Juga: BBPOM DIY Sebut 25 Persen Warga Masih Gunakan Boraks untuk Campuran Makanan
Dari 87 sampel, sebanyai 24 sampel atau 27,60 persen mengandung bahan berbahaya formalin, rhodamin B dan boraks. Bahan berbahaya ini ditemukan pada produk ikan asin, lanting, slondok dan lempeng gendar.
Sementara berbeda dari Jakarta, BBPOM DIY tidak menemukan produk bermasalah di distributor e-commerce di kota ini. Hal ini menandakan pelaku usaha di DIY memiliki kesadaran untuk menjaga mutu produk jualannya.
"Masyarakat banyak yang tidak tahu kalau bahan pangan yang dijual mengandung bahan berbahaya ini. Karenanya diharapkan sebelum membeli produk harus dicek dulu kemasan dan isinya," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgup Jakarta?
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
-
Menkeu Purbaya Sebut Mulai Besok Dana Jumbo Rp200 Triliun Masuk ke Enam Bank
-
iPhone di Tangan, Cicilan di Pundak: Kenapa Gen Z Rela Ngutang Demi Gaya?
-
Purbaya Effect, Saham Bank RI Pestapora Hari Ini
Terkini
-
Hari Kontrasepsi Sedunia, Sleman Beri Kejutan! Bukan Sekadar Seremonial, Tapi Bukti Nyata
-
Tarif Murah Gak Cukup! Ini 4 Jurus Ampuh Bikin Transportasi Publik Lebih Terjangkau
-
Geger! CCTV Pemda DIY Tampilkan Tulisan Provokatif: Siapa Dalang di Baliknya?
-
Drama Penangkapan Pelempar Molotov: Dari CCTV, Densus 88, Hingga Rayuan Pacar
-
Ada Pemberkasan PPPK, Antrean Pemohon SKCK di Polresta Yogyakarta Membludak