Sekira akhir 2019, Andini mendatangi Rifka Annisa Women Crisis Center (RAWCC). Dari hasil konsultasi awal di sana, membuat Andini selanjutnya memilih untuk mengambil pendampingan psikologis.
Berjuang Berdua, Menutupi Keadaan dari Keluarga
"Aku tidak mau melibatkan orang tua dan keluarga. Aku takut keluargaku tahu, aku takut kalau kampus tahu aku tidak bisa lanjut kuliah. Banyak ketakutan-ketakutanku," kata Andini kemudian menyesap minuman ringan di tangannya untuk menenangkan diri.
Andini sempat bingung saat akan melaporkan perbuatan senior-seniornya itu ke kampus. Ia merasa tak punya pendamping. Situasi kampus seakan buta bahwa ada kekerasan seksual yang mengancam mahasiswanya.
Baca Juga: Anak Korban Kekerasan Seksual Ayah Kandungnya di Balikpapan Diberi Pendampingan Psikolog
"Berdua itu kurang banget, kami bukan siapa-siapa, kami mahasiswa biasa," ucap Andini.
Sambil tetap menjalani pendampingan dari RAWCC dan sebuah klinik advokasi gender berbasis di Jakarta, Andini juga berusaha untuk mendapatkan keadilan di kampusnya.
Meski pada akhirnya perjuangannya kesana kemari akhirnya pupus, karena ia tak tahu mau melapor ke mana.
"Awalnya mau lewat organisasi mahasiswa tapi ternyata mereka tidak bisa dipercaya. Beberapa bahan laporan yang pernah aku sampaikan ke sana, diduga bocor ke telinga [terduga] pelakunya. Bingung banget mau lapor ke mana," sebut dia.
Predator Itu Masih Berkeliaran
Baca Juga: Buka Posko Pengaduan Kekerasan Seksual, Nasdem Beri Dampingan Hukum Hingga Layanan Kesehatan
Beberapa bulan berlalu pascatindak kekerasan seksual yang dialami, Andini berusaha bangkit dan kembali aktif berkegiatan di kampus.
Namun Joni, orang yang kali pertama dikenalnya sebagai monster itu, ada di kampus. Hadir dalam pertemuan organisasi. Andini sesak, diam lalu berupaya memalingkan muka.
Sementara Raul, terduga pelaku yang lain, tak pernah lagi terlihat di kampus. Kendati Andini pernah menerima pesan singkat WhatsApp berisi permintaan maaf dari lelaki itu. Ia tak menggubrisnya.
"Terus aku blok [nomornya]," sergahnya.
Walaupun saat ini upaya Andini mencari keadilan sedang terhenti, ia merasa patut mengungkapkan terima kasih yang begitu banyak bagi temannya.
Satu-satunya orang yang rela mendampingi Andini sampai kelelahan, walaupun jalan yang harus ditempuh tidak mudah.
Berita Terkait
-
Kisah Korban Kekerasan Seksual, Trauma yang akan Dibawa sampai Mati
-
Soroti Kasus Kekerasan Seksual, Jaringan Kulon Progo Bergerak Dorong Semua Pihak Lakukan Langkah Konkrit
-
Dugaan Kekerasan Seksual, Appridzani Mahasiswa Pascasarjana UGM Dilaporkan ke Polda Jatim
-
Meski Prevalensi Kasus Kekerasan Seksual Menurun, Menteri PPPA Tegaskan RUU TPKS Harus Tetap Disahkan
Tag
Terpopuler
- Beda Timnas Indonesia dengan China di Mata Pemain Argentina: Mereka Tim yang Buruk
- Ibrahim Sjarief Assegaf Suami Najwa Shihab Meninggal Dunia, Ini Profilnya
- Riko Simanjuntak Dikeroyok Pemain Persija, Bajunya Hampir Dibuka
- Pencipta Lagu Tagih Royalti ke Penyanyi, Armand Maulana: Padahal Dulunya Memohon Dinyanyikan
- Berapa Biaya Pembuatan QRIS?
Pilihan
-
Cerita Simon Tahamata Terlibat Skandal Match-Fixing: Titik Terendah Karier Saya
-
Panduan dan Petunjuk Pembentukan Koperasi Merah Putih: Tahapan, Usaha, Serta Pengurus
-
Bobotoh Bersuara: Kepergian Nick Kuipers Sangat Disayangkan
-
Pemain Muda Indonsia Ingin Dilirik Simon Tahamata? Siapkan Tulang Kering Anda
-
7 Rekomendasi HP Rp 5 Jutaan Terbaik Mei 2025, Memori Lega Performa Ngebut
Terkini
-
Prediksi Cuaca DI Yogyakarta Hari Ini, Hujan Masih Terjadi Imbas Kemarau Basah
-
Penggugat Tolak Mediasi Soal Ijazah Jokowi di PN Sleman, Kuasa Hukum UGM Bilang Begini
-
Prabowo Resmikan Koperasi Merah Putih, Siapkah Yogyakarta Jadi Contoh Ekonomi Kerakyatan?
-
90 Persen Alat Produksi PT MTG Ludes Terbakar di Sleman, 3 Kontainer Siap Ekspor Hangus
-
Kebakaran Pabrik Garmen di Sleman: Buruh Terancam PHK, Koalisi Rakyat Jogja Geruduk DPRD DIY