Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW | Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 08 Februari 2022 | 10:56 WIB
Danarto, korban kecelakaan bus di Jalan Dlingo-Imogiri yang selamat, menceritakan kronologinya di salah satu ruang di RS PKU Muhammdiyah Bantul, Senin (7/2/2022). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Detak jantungnya berdegup kencang saat bus yang ditumpanginya keluar dari destinasi wisata Puncak Pinus Becici, Dlingo, Kabupaten Bantul, Minggu (6/2/2022) siang. Bukan tanpa sebab, jalan yang naik turun di Jalan Dlingo-Imogiri dengan kondisi menanjak membuat bus berplat nomor AD 1507 EH berhenti sesaat.

Sopir dan kernet bus dengan merek Mercedes Benz berwarna hijau itu meminta penumpangnya turun terlebih dahulu. Hal itu untuk memudahkan bus naik di jalur yang cukup menanjak.

Pria 38 tahun ini ikut turun agar bus bisa kembali melaju. Beruntung berkurangnya jumlah penumpang memberi pengaruh pada beban bus. Penumpang yang keluar bus akhirnya kembali naik dan mulai menuruni jalur.

Kekhawatirannya kembali muncul saat sopir kesulitan mengendalikan perseneling. Bahkan, saat sopir menginjak rem, tidak ada reaksi bus untuk memperlambat lajunya.

Baca Juga: Bus Dilarang Lewat Jalan Dlingo-Imogiri Buntut Kecelakaan, Faisal Harris Ngaku Difitnah

Teriakan penumpang pecah, mereka berteriak histeris hingga terdengar penumpang mengucap takbir. Rasa panik dan teriakan itu sekelebat hilang saat benturan keras terjadi.

Keheninganlah yang dia ingat saat detik-detik kecelakaan terjadi. Danarto namanya, pria asal Mranggen, Kabupaten Sukoharjo itu kembali mengisahkan bagaimana dirinya menyaksikan kecelakaan bus yang menewaskan 13 penumpang ketika hendak berlibur ke DI Yogyakarta.

"Saya terlempar keluar dan sudah ada di selokan waktu itu. Jadi masih sadar, yang saya rasakan banyak orang yang menindih saya tapi saya berusaha bangun dan mencari keluarga dulu yang utama," ungkap Danarto sambil terduduk di samping ruangan anaknya yang dirawat di RS PKU Muhammadiyah Bantul, Senin (7/2/2022).

Danarto, ayah dua anak ini, selamat dalam insiden maut tersebut. Meski ia duduk tepat di samping kursi sopir, yang diketahui tewas dalam kecelakaan, dewi fortuna tampaknya masih berpihak kepada nyawa keluarga Danarto.

"Alhamdulilah semua selamat. Saya bersama dua anak satu istri dan membawa satu mertua. Saya bersyukur masih bisa hidup saat insiden itu," kata Danarto.

Baca Juga: Buntut Kecelakaan Bus Tewaskan 13 Orang di Bantul, Polisi Larang Bus Lewat Jalan Dlingo-Imogiri Akhir Pekan Ini

Sejak awal, firasatnya mengingatkan ada yang tidak beres dari sopir dan bus yang dia tumpangi. Rombongan bus yang diketahui berjumlah 47 orang ini sempat mengalami kendala juga dapatdi Tebing Breksi, Sleman.

Sopir kerap kesulitan mengganti persneling yang menyebabkan dirinya ragu. Namun begitu ia hanya melayangkan doa agar perjalanan itu selamat.

Tidak hanya itu, saat turunan di Jalur Dlingo-Imogiri, sopir sudah terlihat panik karena hanya memainkan perseneling saja. Rem yang harusnya dapat memperlambat bus malah tidak berfungsi.

"Jadi saat macet di Puncak Becici itu sopir menyebut kalau filternya kosong, ya bermasalah. Tapi mereka bilang pekan kemarin dari Jogja kondisinya tidak apa-apa. Semakin tidak enak saya waktu itu," kata dia.

Salah seorang perawat mengarahkan pasien yang menjadi korban kecelakaan bus di Jalan Dlingo-Imogiri di RS PKU Muhammdiyah Bantul, Senin (7/2/2022). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

"Lalu hal yang mengerikan itu benar terjadi. Saat di turunan itu sudah tidak beres, saya tanya "pir (sopir) ini bisa enggak?". Sopir malah tidak menjawab, saya ikut panik, mungkin rem blong. Tapi dia tidak bicara apa-apa," ujarnya.

Dalam kondisi itu, dia melihat sopir ingin mencari tempat untuk berhenti dengan cara menabrak. Pertama yang dia lihat, sopir akan menabrak sebuah truk pasir atau membanting ke kiri jalan yang resikonya jatuh dari tebing tinggi.

Pada akhirnya sopir membanting stir ke kanan dan menabrak pembatas jalan dan beton di sekitar jalan raya di sekitar Bukit Bego, Imogiri, Bantul.

Danarto yang sejak awal sudah memiliki firasat buruk hanya bisa menahan. Hal itu agar keluarga tidak ikut panik, dan hanya menyerahkan kepada Tuhan jika memang Minggu siang itu adalah hari terakhirnya hidup di dunia.

"Saya tidak ingin keluarga ikut panik. Saat turunan itu saja saya hanya memegang besi di sekitar bus. Berharap itu bukan hari terakhir saya," kenang kepasrahannya saat insiden terjadi.

Ia menceritakan rombongannya sedang melakukan liburan bersama dengan karyawan salah satu konveksi di Sukoharjo, Jawa Tengah. Terdapat dua bus. Satu bus berisi para karyawan, sementara satu bus yang ditumpangi Danarto adalah trah keluarga dari pemilik konveksi itu.

Danarto mengaku belum mengetahui jika insiden itu menyebabkan 13 orang meninggal. Pasalnya saat insiden itu buru-buru mencari dua anak, istri dan mertuanya dahulu.

"Saya malah belum tahu, yang jelas karena saya masih sadar, langsung mencari keluarga saya. Lalu saya bantu keluar dari bus dan ke pinggir jalan," katanya.

Korban lainnya, Sri Rahayu (35), sambil bercerita kepada wartawan hanya mengingat teriakan korban lain. Meski masih ada sedikit harapan selamat saat kejadian, dirinya hanya bisa pasrah.

"Jadi hanya bisa pasrah dan saat itu hanya memegang anak saya di dalam bus," ujar Sri yang merupakan istri Danarto.

Sri duduk tepat berada di belakang sopir. Senasib dengan sang suami, nyawanya masih tertolong dalam insiden nahas itu.

"Saya sempat menghantam kaca dan pecah, tapi posisi masih duduk di dalam bus. Tidak tergencet, tapi saat melihat suami saya mendekat, saya langsung dibantu keluar bus," katanya.

Insiden tersebut masih dalam penyelidikan polisi. Kapolres Bantul, AKBP Ihsan sudah mengirim surat pemanggilan PO Gandos Abadi untuk dimintai keterangan atas kecelakaan tersebut.

"Akan kami pastikan juga apakah mereka mengecek kondisi bus di tempat yang sesuai, atau jangan-jangan di bengkel yang tidak sesuai?. Karena pemberlakuan bus ini kan berbeda," ujar dia.

Ihsan juga memastikan bahwa KIR bus AD 1507 EH masih layak. Termasuk juga STNK serta SIM pengemudi yang masih berlaku.

"Untuk KIR, STNK, dan SIM masih berlaku. Tapi untuk penyelidikan kasus yang menentukan dari tim penyidik," ujar Ihsan.

Disinggung apakah kuat dugaan kecelakaan karena sistem pengereman yang rusak, Ihsan belum memberi jawaban detail.

"Belum bisa kita pastikan, meski dari keterangan saksi tidak ada bekas pengereman atau suara rem, kecelakaan ini masih dalam penyelidikan kami," kata Ihsan.

Load More