Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Rahmat jiwandono
Rabu, 09 Februari 2022 | 18:54 WIB
Tugu Pal Putih Kota Yogyakarta alias Tugu Jogja - (SUARA.com/Rosiana)

SuaraJogja.id - Bank Indonesia (BI) DIY memproyeksikan ekonomi DIY pada 2022 akan tumbuh pada kisaran 4,8-5,8 persen year-on-year (yoy). Pertumbuhan ekonomi DIY diperkirakan akan semakin solid, dengan dorongan pertumbuhan yang kian merata dan inklusif.

"Kami menilai kunci dari perbaikan ekonomi DIY kedepan adalah terkendalinya penyebaran Covid-19, menjaga daya beli masyarakat, mengakselerasi upaya digitalisasi ekonomi dan pengembangan UMKM, serta terus mendorong sumber pertumbuhan ekonomi baru diantaranya melalui penguatan strategi dan sinergi pengembangan Quality Tourism," ungkap Kepala Perwakilan BI DIY Budiharto Setyawan, Rabu (9/2/2022).

Kata Budiharto, terkendalinya penyebaran Covid-19 tetap menjadi prasyarat utama dalam pemulihan ekonomi. Namun, masyarakat perlu mewaspadai bahwa mutasi varian Covid-19 masih akan terus terjadi.

Dalam hal ini, upaya percepatan vaksinasi booster dan penerapan protokol kesehatan tetap menjadi kunci utama dalam upaya memutus mata rantai Covid-19.

Baca Juga: PPKM Level 3 Mulai Diterapkan di Jogja, Posko Satgas Covid-19 Mikro Dibuka Lagi

"Kami sangat mengapresiasi upaya pembukaan sektor-sektor utama yang diiringi dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat seperti pembelajaran tatap muka dan pembukaan pariwisata pada saat high season. Kami meyakini hal ini akan mendukung upaya proses transisi ekonomi di masa pandemi menuju endemi," katanya.

Selain itu, daya beli masyarakat harus terus dijaga di tengah tren kenaikan inflasi. Jawatannya memperkirakan inflasi di DIY akan berada pada kisaran 2,9–3,3 persen (yoy).

Persentase tersebut lebih tinggi dibanding realisasi 2021 yakni 2,29 persen. Peningkatan inflasi akan terjadi sejalan dengan perbaikan ekonomi dan menghitung dampak peningkatan harga global.

"Dalam hal ini Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY berkomitmen akan terus menjaga agar kenaikan inflasi dalam rentang yang wajar, sehingga tidak mempengaruhi daya beli masyarakat namun mampu memberi insentif ekonomi untuk tumbuh," ucapnya.

Ia menambahkan, pembangunan infrastruktur maupun transisi era digitalisasi perlu dioptimalkan untuk mendorong sumber pertumbuhan ekonomi baru. Pembangunan infrastruktur dalam jangka pendek telah mendorong pertumbuhan lapangan usaha konstruksi. Namun, dalam jangka menengah dan panjang, pasca berakhirnya fase konstruksi maka perlu disiapkan motor baru sebagai penopang ekonomi DIY.

Baca Juga: Polisi Lakukan Tindakan Represif Kepada Warga Desa Wadas, Walhi Jogja: Demokrasi dan Hukum di Indonesia Bermasalah

"Dalam hal ini kami meyakini perbaikan infrastruktur akan menjadi membuka peluang DIY untuk semakin menguatkan sektor jasa, baik dari pariwisata maupun ekspor serta pengembangan UMKM," ujarnya.

Menurut Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, untuk mampu memastikan proyeksi BI tersebut maka sinergi antar semua pihak yaitu pemerintah, pelaku usaha, asosiasi, akademisi, media dan BI harus dibangun. Utamanya untuk membangun sektor pariwisata dari yang berbasis kerumunan menuju quality tourism.

"Seluruh pihak perlu bersinergi untuk mengubah wisata berbasis kerumunan menjadi quality tourism," tuturnya.

Lebih lanjut, Raja Yogyakarta ini mengungkapkan, Kantor Perwakilan BI DIY juga harus dapat mengoptimalkan peran strategisnya dalam mendorong pengembangan sektor riil dan berupaya mewujudkan clean money policy.

"Harus dilakukan upaya ekstra dengan sinergi seluruh stakeholder untuk mempercepat pemulihan ekonomi DIY yang inklusif melalui optimalisasi realisasi fiskal, menciptakan lapangan kerja baru, menjaga inflasi dan perluasan daya dorong ekonomi," jelas Sri Sultan.

Load More