SuaraJogja.id - Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) kembali mendatangi lokasi kecelakaan maut di jalan Dlingo-Imogiri tepatnya Bukit Bego Padukuhan Kedungbuweng Kalurahan Wukirsari Kapanewon Imogiri Kabupaten Bantul, Senin (14/2/2022).
Bersama pihak kepolisian, Dinas Perhubungan DIY dan Kabupaten Bantul serta Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), KNKT kembali mempertegas hasil analisa mereka terkait dengan penyebab kecelakaan bus pariwisata yang mengakibatkan 13 nyawa melayang.
PLT Ketua Sub Komite Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT, Ahmad Wildan menuturkan, setelah mengumpulkan data baik kondisi kendaraan dan juga keterangan berbagai pihak, KNKT telah melakukan analisis penyebab kecelakaan maut di Bukit Bego tersebut. Analisan tersebut kembali diuji di lapangan Senin (14/2/2022) ini.
Menurut Ahmad, yang namanya jalan menurun itu akan menimbulkan gaya gravitasi yang semakin besar. Hari Senin ini, pihaknya telah meminta kepada Kepala Dishub DIY dan Bantul untuk mencoba ikut mobil Ford Ranger Double Cabin milik KNKT. Mereka bersama-sama mencoba menggunakan mobil tersebut untuk melewati jalan menurun Dlingo-Imogi.
"Tadi saya perintahkan sopir untuk menggunakan gigi (perseneling) 2 tanpa mengerem dan ngegas,"ujar Ahmad saat di lokasi, Senin.
Saat itu, mobil KNKT ternyata melaju dengan kecepatan semakin tinggi bahkan puncaknya mencapai 70 km/jam. Hal tersebut karena gaya gravitasi bumi yang mengakibatkan laju mobil semakin cepat. Mobil Ford Ranger Double Cabin saja kecepatannya bisa mencapai 70 km/jam dengan gigi 2 dari jarak 500 meter sebelum kecelakaan.
Itu artinya ketika pengemudi menginjak rem di jalan menurun, hal tersebut tidak menyelesaikan masalah. Karena kendaraan tersebut sama seperti didorong. Sehingga resiko anginnya habis kampasnya gosong itu bisa saja semakin cepat terjadi.
"Itu kemarin pengemudi (bus) menggunakan gigi tiga. Kita pakai gigi 2 saja tanpa rem tanpa ngegas kecepatannya bisa segitu. Apalagi kemarin pakai gigi 3, itu dia (sopir bus) terus memaksa melakukan pengereman berkali-kali,"kata dia.
Hal tersebut bisa dibayangkan pada bus pariwisata naas yang alami kecelakaan tersebut. Di mana ketika volume kendaraan semakin besar maka gaya gravitasi yang ditimbulkan juga semakin besar. Terlebih dari keterangan saksi, saat itu almarhum pengemudi melaju dengan menggunakan gigi perseneling 3.
Baca Juga: Pascakecelakaan Maut, Komunitas Trail Adventure Bantul Pasang Seribu Ban Bekas di Kawasan Bukit Bego
Sopir bus tersebut memaksa melakukan pengereman berkali-kali. Sistem kerja rem angin sebenarnya adalah ketika kendaraan diinjak pedal gasnya maka angin akan mengisi dan pada saat mengerem kendaraan itu membuang angin yang ada di dalam tabung.
"Nah pada saat turun itu dia tidak banyak kesempatan mengisi, dia hanya membuang terus," terangnya.
Pada saat tekanan angin kurang dari 6, lanjutnya, pengemudi hanya merasakan remnya tak berfungsi atau nyeplos. Ketika pengemudi menginjak rem masih terdengar mengeluarkan angin. Tetapi secara teknis bus tersebut tidak melakukan pengereman bus kemudian kehilangan tenaga tidak bisa mengerem lagi.
"Itu berdasarkan keterangan pembantu pengemudi. Karena pengemudi kan meninggal jadi tidak bisa dimintai keterangan,"tambahnya.
Ahmad mengaki KNKT telah memeriksa kondisi kendaraan. Di mana kondisi kendaraan secara umum masih bagus, ban juga tidak gundul serta rem tromolnya masih standar. Sehingga penyebab kecelakaan tersebut lebih banyak ke human error.
Di mana pengemudi memaksa menggunakan gigi perseneling 3 pada kondisi jalan menurun. Sehingga sistem pengereman tidak berfungsi maksimal di mana terlalu dipaksa melakukan pengereman yang justru berakibat fatal.
Tag
Berita Terkait
-
Bus Pariwisata Dilarang Lewat Jalan Dlingo-Imogiri, Begini Respons Pelaku Wisata
-
Bus Pariwisata Dipastikan Tak Boleh Lewat Jalan Dlingo-Imogiri, Begini Skenario Bila akan ke Mangunan
-
Larangan Bus Pariwisata Melintas di Jalan Dlingo-Imogiri, Bupati: Masih Wacana karena Dlingo Kawasan Potensial
-
Rawan Kecelakaan, Dishub Bantul Usul Pembangunan Jalur Penyelamat di Jalan Dlingo-Imogiri
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
ARTJOG 2026 Siap Guncang Yogyakarta, Usung Tema 'Generatio' untuk Seniman Muda
-
Komdigi Tegaskan Pembatasan Game Online Destruktif, Gandeng Kampus dan Industri Optimasi AI
-
Anak Kos Jogja Merapat! Saldo DANA Kaget Rp 299 Ribu Siap Bikin Akhir Bulan Aman, Sikat 4 Link Ini!
-
Kabel Semrawut Bikin Jengkel, Pemkab Sleman Ancam Stop Izin Tiang Baru dari Provider
-
Geger! Rusa Timor Berkeliaran di Sleman, Warga Panik Cari Pemilik Satwa Liar yang Lepas