Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Selasa, 15 Februari 2022 | 12:25 WIB
Warga tanam pohon pisang di Jalur Patuk-Dlingo sebagai bentuk protes lantaran jalur tersebut banyak yang berlubang. [Kontributor / Julianto]

SuaraJogja.id - Warga Padukuhan Pandeyan, Kalurahan Sitimulyo Kapanewon Piyungan resah. Lingkungan mereka menjadi tidak nyaman  usai pengelola Hutan Pinus Pengger yang berada di Kapanewon Dlingo mengurug lubang jalur Patuk-Dlingo menggunakan batu kapur yang dihancurkan.

Salah satu warga Pandeyan yang rumahnya di pinggir jalan Patuk-Dlingo, Handayani (42) menuturkan, beberapa tahun terakhir kondisi jalur Patuk-Dlingo terus menurun. Banyak lubang menganga yang membahayakan dan membuat pengendara yang melintas.

"Sekarang kondisinya parah,"papar dia, Selasa (15/2/2022).

Di ruas jalan yang melewati Padukuhan Pandeyan, ada dua lokasi yang kondisi lubang jalannya cukup parah. Di mana lubang jalannya menganga cukup dalam dan lebar serta jumlahnya cukup banyak. Hal ini tentu membuat kenyamanan pengendara terutama wisatawan terganggu.

Baca Juga: Geledah Rumah Guru SD Terduga Teroris di Gunungkidul, Densus 88 Amankan Laptop dan Busur Panah

Kondisi semakin parah karena yang melintas didominasi kendaraan besar. Selain bus pariwisata yang cukup banyak, jalur ini juga sering dilalui truk-truk besar yang mengangkut kayu dalam jumlah yang banyak. Kendaraan besar bertonase besar ini tentu membuat kerusakan jalan semakin parah.

"Kerusakannya semakin banyak. Padahal ini jalur utama wisata menuju ke Dlingo seperti Hutan Pinus Pengger sampai Becici dan Pinus Mangunan. Tentu wisatawan yang lewat banyak,"tutur dia.

Karena dianggap mengganggu kenyamanan wisatawan, maka pengelola Obyek Wisata Pinys Pengger akhirnya berinisiatif menguruk jalan yang rusak tersebut dengan batu kapur yang sudah dihancurkan. Harapannya jalan kembali nyaman ketika dilalui.

Namun maksud baik Pengelola Obyek wisata Pengger ini ternyata berdampak buruk bagi warga Pandeyan. Karena pengurugan jalan menggunakan batu kapur yang telah dihancurkan tersebut menimbulkan debu sangat pekat jika ada kendaraan yang melintas.

"Kalau ada mobil, bus, truk lewat debunya menakutkan,"kata pedagang angkringan dan bakso ini. 

Baca Juga: Hindari Balap Liar, Bus Jurusan Gunungkidul-Jakarta Terperosok ke Jurang 4 Meter

Karena debu yang muncul cukup parah, seluruh perabotan rumahnya selalu kotor dipenuhi debu. Bahkan sudah mengganggu pernafasan dan membuat warung angkringan serta bakso miliknya sepi pengunjung. Asma yang diderita anaknya juga sering kambuh.

Pihaknya sudah mencoba melakukan protes kepada pengelola Hutan Pinus Pengger agar membuat langkah mengatasi persoalan tersebut. Namun nampaknya keluhan mereka tidak ditanggapi oleh pengelola. Sudah dua minggu lebih ia terpaksa menyediakan ember berisi air dan kain untuk membersihkan debu di perabotan rumahnya.

"Mbok kasihan kami warga Pandeyan. Karena ndak ada respon ya kami tanami pisang,"tutur dia.

Ketua Koperasi Wisata Mataram (Koperasi Wisata Hutan Pinus Di Dlingo), Ipung Purwoharsono menuturkan, apa yang mereka lakukan sebenarnya merupakan upaya pengelola wisata untuk membuat nyaman wisatawan atau pengendara yang melintas Jalan Patuk-Dlingo tersebut.  Karena kondisi jalan utama ke wisata Hutan Pinus di Dlingo memang rusak parah.

"Ya kami lantas mengurugnya. Kalau menimbulkan ketidaknyamanan warga kami meminta maaf,"papar dia.

Karena di musim penghujan maka dampak negatif tersebut tidak akan berlangsung lama. Tanah kapur tersebut nanti akan cepat hilang terbawa aliran air hujan. Sehingga ia meminta warga bersabar sembari menunggu kebijakan pemerintah memperbaiki jalur Patuk-Dlingo ini.

Kontributor : Julianto

Load More