SuaraJogja.id - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) diprediksi menaikkan harga Pertamax hingga Rp16 ribu per liter pada April 2022 mendatang. Hal itu berdampak kepada masyarakat yang biasa bekerja dengan kendaraan bermotor.
Salah seorang driver ojol asal Sedayu, Kabupaten Bantul, Tri Sutrisna (35) menyatakan pemerintah tidak perlu menaikkan harga Pertamax hingga setinggi itu. Dirinya tak jarang menggunakan Pertamax untuk perjalanan kerja sehari-hari.
"Sebenarnya pemerintah jangan menaikkan harga setinggi itu. Sebelumnya kalau tidak salah kan Rp9 ribu, bayangkan saja kalau Rp16 ribu per liter, kalau misal orderan seret, pendapatan (omzet) kita tentu sedikit juga kan," kata Tri ditemui suarajogja.id di Jalan Sudarso, Gondokusuman, Kota Jogja, Kamis (31/3/2022).
Dalam sehari Tri harus mengeluarkan uang Rp30 ribu untuk berjalan dari Sedayu ke Kota Jogja dan menerima order hingga pukul 20.00 WIB. Ketika dia mengisi penuh tangkinya tetapi orderan sepi, pendapatannya dalam sehari memang bisa menutup uang bensin, tapi kebutuhan keluarganya minim.
Baca Juga: Viral Video Gerakan Membaca Al-Quran di Malioboro, Ini Tanggapan Tokoh Agama Islam di Yogyakarta
Terlebih lagi, jika benar harga Pertamax dinaikkan, uang Rp30 ribu itu tidak akan memenuhi tangki bensinnya.
"Kita juga yang rugi, artinya bisa saja kita menambah bensin (Pertamax) lagi padahal sehari sudah dijatah Rp30 ribu," katanya.
Tri membeberkan dalam sehari dengan kondisi pandemi Covid-19, dirinya bisa mengantongi hasil Rp40-50 ribu. Jika harus terpotong Rp30 ribu, dirinya hanya membawa pulang hasil Rp10-20 ribu saja.
Tri mengaku hanya menerima orderan makanan dari pelanggan. Sehari saja dirinya bisa melayani 4-5 orderan.
"Kalau akhir 2021 lalu bisa mencapai 12 orderan setiap hari. Hasilnya juga lumayan sampai Rp120-140 ribu. Harapannya jangan dinaikkanlah Pertamax ini," kata dia.
Baca Juga: Parodikan Pertarungan Ayam Goreng Krispi di Yogyakarta, Pemenangnya Bikin Tepuk Tangan
Driver ojol lainnya bernama Yuliyanto (43), mengaku lebih sering menggunakan Pertalite. Sebab tarif yang saat ini ditetapkan dari perusahaan tempatnya bekerja hanya sebesar Rp6.400 per 1 kilometer.
"Ya lebih baik saya pakai Pertalite dulu. Terkadang pakai Pertamax kalau memang ada tambahan uang. Tapi kalau sampai betul naik lebih pilih Pertalite saja," kata dia.
Yuli tak menampik bahwa ketika dia malas mengantre mengisi bahan bakar jenis Pertalite, dirinya akan memilih Pertamax. Jika Kementerian ESDM menaikkan sebesar Rp16 ribu per liter pada April nanti, dia rela mengantre untuk mendapatkan Pertalite.
"Lebih memilih yang murah saja. Daripada pulang bawa hasil sedikit kan. Lebih baik begitu," katanya.
Berbeda dengan Tri dan Yuliyanto, warga asal Jogja, Ari (34) tak mempersoalkan dengan kenaikan harga Pertamax. Dia akan membandingkan dulu harga antara Pertamax dan Pertalite jika nantinya naik.
Menurut Ari kenaikan itu masih berupa prediksi. Apakah naiknya mencapai Rp16 ribu atau tidak, dirinya akan menggunakan Pertamax dulu.
Ketika terjadi kenaikan pada 1 April dan harganya tidak jauh beda dengan pertalite, Ari tetap memilih Pertamax.
"Kan kalau satu jenis bahan naik, kemungkinan bahan lain seperti Pertalite juga naik. Misalkan jarak harganya terpaut jauh, ya lebih memilih yang murah," jelas Ari.
Ari yang biasa bekerja dengan sepeda motor itu cukup nyaman dengan kualitas Pertamax. Pasalnya selain tarikan lebih ringan, kondisi mesin motor lebih terjaga.
"Jadi sementara memilih Pertamax dulu. Saya kira rencana itu sudah banyak pertimbangan dari pusat. Ya saya ikuti saja," kata dia.
Meski kenaikan itu masih dalam prediksi, PT Pertamina sendiri akan mengkaji terlebih dahulu.
"Terkait harga Pertamax sedang dikaji oleh Kantor Pusat PT Pertamina (Persero) dan PT Pertamina Patra Niaga," ujar Area Manager Comm, Rel and CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah, Brasto Galih Nugroho dalam keterangan tertulisnya dikutip, Kamis.
Brasto melanjutkan bahwa kajian ini akan disesuaikan juga dengan kewilayahan yang ada di Indonesia termasuk di DI Yogyakarta, serta pemangku kepentingan yang berkait.
"Kajian itu juga sedang dikoordinasikan dengan pemangku kepentingan terkait," kata dia.
Pihaknya belum bisa membeberkan secara detail mekanisme penyesuaian harga Pertamax ke depan.
Berita Terkait
-
Pertamina Uji Coba Penggunaan Bahan Bakar Bioetanol E10 di Surabaya
-
Viral Pertamax Dituding Jadi Biang Rusaknya Fuel Pump Mobil, ITB Sampai Dipanggil
-
Toyota, Pertamina Patra Niaga dan TRAC Kolaborasi Uji Coba Bioetanol
-
Pertamina Patra Niaga Regional JBB Sigap Atasi Kebocoran Pipa BBM Akibat Proyek Pipa PU
-
Ada Endapan Abu-Abu! Viral Mekanik Ungkap Kotornya Pompa Bensin: Mesin Brebet, Pertamax Jadi Biang Kerok?
Terpopuler
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Eliano Reijnders Ungkap Rencana Masa Depannya, Berniat Susul Tijjani Reijnders
- Seharga Raize tapi Mesin Sekelas Innova: Yuk Simak Pesona Toyota Frontlander
- Crazy Rich Kalimantan, Begini Mewah dan Mahalnya Kado Istri Haji Isam untuk Ulang Tahun Azura
- Bayern Munchen Pampang Foto Nathan Tjoe-A-On, Pindah ke Bundesliga Jerman?
Pilihan
-
Viral Pertamax Dituding Jadi Biang Rusaknya Fuel Pump Mobil, ITB Sampai Dipanggil
-
MR.DIY Mau Melantai Bursa di BEI, Ini Harga Saham dan Jadwal IPO
-
Diskusi OIKN dan BPK RI: Pembangunan IKN Harus Berlanjut dengan Tata Kelola yang Baik
-
1.266 Personel Diterjunkan, Polres Bontang Pastikan Keamanan di 277 TPS
-
Masa Tenang, Tim Gabungan Samarinda Fokus Bersihkan Alat Peraga Kampanye
Terkini
-
Sendirian dan Sakit, Kakek di Gunungkidul Ditemukan Membusuk di Rumahnya
-
UMKM Dapat Pesanan Ekspor, Tapi Tak Sanggup Produksi? Ini Biang Keroknya
-
Dari Mucikari Hingga Penjual Bayi, 11 Tersangka TPPO di Yogyakarta Diringkus
-
1.410 Personel Gabungan Kawal Ketat Pilkada Sleman 2024, 16 TPS Rawan jadi Fokus
-
Isu Sosial di Gunungkidul: Banyak Warga Merantau, Anak Tertitip, Berakhir Adopsi