Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 17 April 2022 | 11:04 WIB
Ilustrasi kejahatan jalanan (Suara.com/Iqbal Asaputro)

SuaraJogja.id - Kemunculan kasus kejahatan jalanan masih menjadi perhatian serius oleh semua pihak khususnya di Yogyakarta. Tidak sedikit diketahui juga bahwa pelakunya berasal dari anak-anak muda di bawah umur atau pelajar.

Inisiator Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) DIY, Muhammad Nur Rizal mengungkapkan bahwa pandemi bisa menjadi salah satu pemicu maraknya fenomena kejahatan jalanan. Mengingat banyak perubahan dan tekanan yang dirasakan terlebih bagi para remaja.

"Manusia butuh aktualisasi diri. Tapi belakangan ini anak muda tidak punya ruang untuk berekspresi baik di sekolah, di keluarga, maupun di masyarakat sekitarnya," kata Rizal, Minggu (17/4/2022).

Minimnya ruang anak untuk menyalurkan ekspresi dirinya membuat fenomena negatif itu yang kemudian muncul. Belum lagi ketika dinamika di dalam lingkungan sekitarnya penuh dengan perubahan.

Baca Juga: Dosen UGM Diduga Komentari Pemukulan Ade Armando, Pihak Kampus Tindak Lanjut

Ruang interaksi di lingkungan masyarakat juga tergerus yang digantikan oleh berbagai interaksi secara daring. Walaupun memang ada banyak waktu di rumah tetapi ketika tidak adanya relasi yang baik di dalam keluarga maka permasalahan tetap akan muncul.

"Apalagi banyak orang tua mengalami efek pandemi dan terpuruk secara ekonomi sehingga mereka lupa untuk membangun kedekatan dan komunikasi yang intensif dengan anak," ujarnya.

Dosen UGM itu menjelaskan bahwa persoalan itu tidak hanya dialami oleh orang tua atau orang dewasa saja. Melainkan anak-anak pun juga merasakan persoalannya sendiri. 

Sehingga diperlukan perharian dan pendampingan yang secara maksimal dari orang tua. Bukan justru kemudian dibiarkan begitu saja dengan memberikan berbagai kecanggihan teknologi sebagai pelariannya 

"Ketika ruang interaksi dan partisipasi berkurang, anak ya kemudian lari ke dunia teknologi. Bagi sejumlah anak, ketika dia terpapar pada hal-hal negatif dia kemudian mencoba menerapkannya," terangnya.

Baca Juga: Sultan Ground Tak Dilepas untuk Tol, Pakar UGM Sebut Keraton Jogja Dapat Hambat Pembangunan

Disampaikan Rizal, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mencegah para remaja terjerumus ke dalam perilaku negatif itu. Salah satu hal yang utama adalah dengan menciptakan lingkungan positif di sekitarnya 

Lingkungan positif itu, lanjut Rizal, perlu dimaknai sebagai lingkungan dapat memberikan rasa aman bagi para remaja. Terlebih untuk melakukan berbagai kegiatan positif atau sesuai dengan aturan yang berlaku.

"Bisa juga dimaknai dengan adanya peran masyarakat yang terkecil dalam membangun kegiatan yang partisipatif," jelasnya.

Tidak lupa juga, Rizal berujar keluarga dan sekolah dapat berupaya dan perlu untuk membangun penalaran serta kesadaran dari anak-anak itu. Selain juga menyediakan ruang refleksi sebagai tempat belajar bukan hanya untuk mengasah potensi dalam diri saja tetapi juga memahami emosinya.

Ia menilai anak-anak remaja itu memerlukan lebih banyak lagi kegiatan belajar yang sudah kemudian berbasis masalah. Sehingga mendorong mereka untuk bisa mencari jalan keluar dari masalah itu dengan cara atau aktivitas yang positif bagi lingkungan sekitarnya.

"Anak tidak boleh teralienasi dari masyarakat. Belajar membangun rasa empati, dan sejak muda dia mengerti bahwa ilmu pengetahuan, keterampilan diri, dan kompetensi sosialnya bermanfaat bagi orang lain, dengan begitu anak tidak merasa sebagai useless generation," pungkasnya. 

Sisi Psikologis Kemanusiaan

Sementara itu, Ketua Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MBK) SMA/MA Sleman, Eko Yuliyanto, menuturkan bahwa fokus utama yang perlu dilakukan guna mengatasi kejahatan jalanan itu adalah dari sisi psikologis kemanusiaan. Hal tersebut perlu dilakukan secara persuasif dibarengi dengan peraturan yang juga tetap harus ditegakkan.

"Diperlukan Ketegasan dan konsistensi untuk mendukung terciptanya kondisi yang aman dan nyaman di sekolah," kata Eko, saat dikonfirmasi awak media, Kamis (14/4/2022).

Lebih jauh, kata Eko, ada sejumlah langkah yang perlu diperhatikan guna memaksimalkan penanganan itu sendiri. Dimulai dari tindakan preemtif atau upaya awal guna mencegah munculnya bibit kejahatan jalanan. 

Penanaman nilai hingga norma perlu dktekankan kembali kepada para siswa. Hal itu diperlukan guna menghapus niatan untuk bertindak di luar batasan walaupun memang yang bersangkutan memiliki kesempatan itu.

Load More