SuaraJogja.id - Adzan Dzuhur berkumandang dari pengeras suara di sekitar kalurahan Panembahan, Kemantren Kraton, Kota Jogja siang itu. Sejumlah anak kecil dan orang dewasa berdatangan masuk ke masjid berpintu hijau lumut tersebut.
Terlihat jelas bangunan masjid bernuansa putih itu sudah berumur cukup lama. Atap masjid bukan genteng pada umumnya tapi masih menyimpan nuansa zaman Keraton Yogyakarta yang masih berkuasa.
Masjid Sela atau beberapa orang menyebutnya Masjid Batu. Tak ada yang mengetahui pasti mengapa dinamakan Masjid Batu. Namun melihat dari dinding di luar masjid, nampak tumpukan batu yang disusun rapi membentuk tembok masjid.
Bendahara Takmir Masjid Sela, Sunar Wiyadi menerangkan bahwa masjid itu merupakan tempat sembahyang para keluarga Keraton. Diperkirakan sudah berusia sekitar 235 tahun.
"Sejak zaman Sri Sultan Hamengku Buwono I masjid ini sudah berdiri. Biasa digunakan saudara dan keluarga besar Keraton untuk beribadah, jadi bukan untuk umum," ujar Sunar Wiyadi ditemui suarajogja.id, Minggu (17/4/2022).
Ia menjelaskan dulunya sekitaran masjid adalah komplek perumahan para anggota keluarga Keraton. Berkembangnya zaman, para keluarga ini berpindah dan masjid itu terbengkalai.
"Tidak ada yang mengurus saat itu. Warga juga memilih beribadah di rumah. Saking tidak pernah terurus, warga memanfaatkan bangunan itu menjadi tempat penyimpanan keranda jenazah," katanya.
Tidak ada maksud tertentu untuk menempatkan keranda jenazah di masjid yang saat ini sudah menjadi bangunan cagar budaya itu. Pasalnya tempat untuk menyimpan tidak ada sama sekali di komplek rumah warga.
Sunar Wiyadi mengatakan awalnya memang terkesan angker karena bangunan tak difungsikan untuk ibadah. Selain itu karena terbengkalai, hawa gelap menyelimuti bangunan itu.
Baca Juga: Kuburan di Kabupaten Bogor Kelak Tak Lagi Angker dan Horor, Ini yang Akan Dilakukan Pemkab
Namun karena warga mulai merasakan bahwa untuk beribadah di masjid harus berjalan sangat jauh, mereka memilih bangunan yang ada untuk difungsikan sebagaimana awalnya.
"Mulai saat itu kita mengajukan ke Keraton untuk dijadikan tempat ibadah. Sekitar tahun 1965 kita mendapat izin dan bekerja bakti untuk memfungsikan masjid itu," katanya.
Terletak lebih rendah dari bangunan rumah milik warga. Masjid Sela kerap kebanjiran saat hujan deras, warga biasanya harus berjaga-jaga agar air tidak masuk sampai ke serambi masjid.
Solusi pun dicari agar banjir itu tak merusak bangunan di dalam masjid. Tidak jauh setelah masjid difungsikan sebagai tempat ibadah, sumur resapan akhirnya dibuat. Ada sekitar dua sumur yang disediakan warga.
Dibangun sejak 1709 Tahun Saka atau sekitar 1789 Masehi, bangunan atap masjid masih asli sejak didirikan. Pihak takmir hanya mengecat agar warna tak memudar.
Selama Ramadhan kali ini, pihaknya tetap menyediakan takjil berbuka. Namun mengingat kondisi Covid-19 meski tidak setinggi tahun lalu, jemaah dibagikan takjil seusai salat maghrib
Berita Terkait
-
Tanah di Alun-alun Utara Dikeruk, Ini Penjelasan Keraton Yogyakarta
-
Kunjungi Keraton Yogyakarta, Delegasi G20 Disuguh Lukisan Maestro Raden Saleh hingga Bir Jawa
-
Delegasi G20 Pertama di Yogyakarta Dijamu Makan Malam ala Keraton Yogyakarta
-
Wisatawan Protes Diminta Bayar Mahal di Taman Sari, Begini Jawaban Keraton Yogyakarta
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Profil Wali Kota Prabumulih: Punya 4 Istri, Viral Usai Pencopotan Kepsek SMPN 1
Pilihan
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
-
Menkeu Purbaya Klaim Gugatan Tutut Soeharto Sudah Dicabut, Tapi Perkara Masih Aktif
-
Kepsek Roni Ardiansyah Akhirnya Kembali ke Sekolah, Disambut Tangis Haru Ratusan Siswa
-
Bukan Cuma Joget! Kenalan dengan 3 Influencer yang Menginspirasi Aksi Nyata untuk Lingkungan
Terkini
-
Dari Transfer Pengetahuan ke Generasi Kreatif: DIY Beri Penghargaan 995 Insan Pendidikan
-
BBM Langka: Benarkah Pertamina 'Mengunci' Pasokan untuk SPBU Asing?
-
Kota Jogja Kewalahan Sampah,Semua OPD di Wajib Urus Sampah hingga ke Kelurahan
-
Second Account Aman? Wamenkomdigi Buka Suara soal Kebijakan Medsos yang Bikin Gen Z Panik
-
Single ID: Bukan Pembatasan Akun Medsos, Tapi Ini Strategi Pemerintah Berantas Hoaks