Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Kamis, 12 Mei 2022 | 16:56 WIB
Seorang pengelola sampah di transfer depo sampah Lempongsari, Sariharjo, Ngaglik, Kabupaten Sleman sedang memilah sampah. (kontributor/uli febriarni)

"Nanti menyusul mudah-mudahan ada empat [TPST], selama ini sampah kita [Kabupaten Sleman] kan nomor dua terbesar di DIY setelah Kota Jogja, semoga bisa teratasi," lanjut dia.

Selama ini, bila gejolak terjadi dan TPA Piyungan ditutup, sampah di Kabupaten Sleman dikelola di 13 transfer depo dan 23 TPS 3R.

Kepala DLH Sleman Ephiphana Kristyani membenarkan, biaya yang dikeluarkan untuk membangun TPST dan teknologi pengolahan sampah memang mahal.

Secara teknis, sampah masuk ke TPST dari truk akan dipilah kembali. Sampah organik diolah menjadi kompos dan anorganik menjadi rosok. Residu sisa pemilahan, akan diolah kembali.

Baca Juga: Blokade TPST Piyungan Akhirnya Dibuka, Warga Tetap Kawal Janji Pemda DIY

"Yang mahal di sini, nanti akan kami efektifkan. Jadi mahal di awal, semoga ketika operasional bisa tertib pelaksanaannya. Sehingga tidak ada penambahan operasional," paparnya.

Kontributor : Uli Febriarni

Load More