SuaraJogja.id - Dinas Pendidikan Sleman mengevaluasi sejumlah hal dalam pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Sleman, yang resmi berakhir pekan lalu.
Sekretaris Disdik Sleman Sri Adi Marsanto mengatakan, setelah direkapitulasi menyeluruh, total ada 23 sekolah dengan jumlah pendaftar di bawah 10 orang.
Sementara itu, para wali murid yang ikut dalam pelaksanaan PPDB juga telah terbiasa dengan sistem PPDB.
"Kalaupun ada yang datang ke Posko PPDB, itu hanya ingin memantapkan benar tidaknya informasi yang mereka terima atau didapatkan dari sistem," ungkapnya, Kamis (23/6/2022).
Ditanyai penyebab adanya sekolah yang memiliki minim peminat, menurut dia hal itu diduga karena minimnya lulusan TK atau usia SD, di wilayah tersebut.
"Kalau mau ditarik lebih jauh lagi ya karena keberhasilan program Keluarga Berencana," kata dia.
Penyebab lainnya, tingginya minat wali murid menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah swasta maupun pondok pesantren atau sekolah berasrama.
Saat ini, ada banyak sekolah swasta yang berdiri dan memiliki teknik kegiatan belajar mengajar yang baik. Dengan demikian, wajar apabila wali murid juga berminat menyekolahkan anak mereka ke sana.
"Kita juga harus membiarkan sekolah swasta berkembang. Setiap orang tua punya pilihan masing-masing bagi anaknya, yang menurut mereka itu yang terbaik bagi anak," ucapnya.
Baca Juga: Kronologis Kepala Sekolah SMKN 5 Bandung Ditangkap karena Pungli PPDB
Kala ditanyai soal opsi regrouping bagi sekolah-sekolah minim peminat, Adi belum dapat memberikan jawaban tegas.
"Perlu koordinasi dan kajian. Tidak mudah meregrouping," tuturnya.
Ketika akan memutuskan regroup sekolah, akan ada banyak pertimbangan. Baik itu melibatkan guru, tenaga kependidikan, warga sekitar hingga siswa itu sendiri.
Apalagi bila harus memutuskan regrouping karena alasan minimnya peminat saat PPDB. Sekolah maupun Disdik tentunya bukan hanya memikirkan siswa di kelas I atau tingkat pertama.
"Sekolah itu kan ada siswa kelas II, III, IV dan selanjutnya. Bagaimana dengan mereka? Kan harus dipikirkan juga," ucapnya.
"Belum lagi orang tua dan siswa. Yang awalnya berminat memasukkan anaknya ke sekolah A namun terpaksa harus sekolah di B, karena sekolah A diregroup dengan sekolah B," tambahnya.
Berita Terkait
-
Skuad Lengkap, Taisei Marukawa Sebut PSIS Semarang Siap Hadapi PSS Sleman
-
Hadapi Dua Laga Sisa Piala Presiden 2022, PSS Sleman Boyong 26 Pemain
-
Bakal Debut dengan PSS Sleman, Ze Valente Curhat Soal Adaptasi dengan Lalu Lintas di Sleman
-
Prakiraan Cuaca Jogja Hari Ini, Kamis 23 Juni 2022: Siang Hujan Lebat di Sleman
-
Usung Konsep Lebih Horor, Sleman City Hall Buka Misteri Kampung Penari Series 2
Terpopuler
- Pendidikan Gustika Hatta, Pantas Berani Sebut Indonesia Dipimpin Penculik dan Anak Haram Konstitusi
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Putrinya Bukan Darah Daging Ridwan Kamil, Lisa Mariana: Berarti Anak Tuyul
Pilihan
-
Heboh Warga Solo Dituduh Buron 14 Tahun, Kuasa Hukum Tak Habis Pikir: Padahal di Penjara
-
7 Rekomendasi HP Gaming Rp 2 Jutaan RAM 8 GB Terbaru Agustus 2025, Murah Performa Lancar
-
Neraca Pembayaran RI Minus Rp109 Triliun, Biang Keroknya Defisit Transaksi Berjalan
-
Kak Ros dan Realita Pahit Generasi Sandwich
-
Immanuel Ebenezer: Saya Lebih Baik Kehilangan Jabatan
Terkini
-
Erix Soekamti, dari Panggung Musik ke Lapangan Padel: Gebrakan Baru untuk Olahraga Jogja?
-
Penganiayaan Santri Putri: Pondok Klaim Sudah Tangani Sesuai Prosedur, Tapi Keluarga Korban Tak Terima
-
Santri Diduga Dianiaya di Ponpes Sleman, Orang Tua Kecewa dan Lapor Polisi Usai Dianggap Bertengkar
-
Koperasi Sleman Siap Saingi Minimarket? Ini Jurus Ampuh Tingkatkan Daya Saing
-
Disperindag Sleman Ungkap Penyebab Harga Beras Naik: Bukan Hanya Soal Stok