"Masih kami berikan, tapi perkembangannya belum signifikan. Saya tujuh tahun beri obat kejang itu, jadi kan bukan waktu yang sebentar," kata dia.
"Kalau misalnya saya sudah ke sana sini dan beri Pika obat medis yang ada di sini dan belum signifikan, kemudian ada sedikit harapan yang bisa saya berikan saya upayakan ya saya kejar harapan itu," sambungnya.
Ia tak membantah bahwa ada kekhawatiran dalam dirinya, Pika akan mengalami resistensi obat. Setidaknya efek samping.
Santi menyebut, dari dulu sirup yang digunakan oleh Pika sebagai obat penyakitnya dosisnya meningkat. Karena disesuaikan dengan usia dan berat badan dan intensitas kejang.
Baca Juga: Menkes: Regulasi Ganja Medis Sebentar Lagi Keluar!
"Jadi dosisnya tidak sama terus, menyesuaikan anak. Ada yang dinaikkan, diturunkan, ada yang diganti," ujarnya.
Bahkan Pika sudah harus menerima kenyataan, obat yang ia asup telah memberikan sejumlah efek samping.
"Dulu pernah konsumsi pentobarbital, itu baru dikonsumsi dua pekan, muncul ruam-ruam, bibir pecah-pecah, kayak sariawan parah berdarah-darah gitu," sebutnya.
"Lalu stop dan diganti carmabazepine atau bamgetol, itu kan awal bulan kemarin muncul ruam-ruam merah lagi, itu karena efek samping konsumsi bamgetol dalam waktu yang jangka panjang," kata dia.
Melihat kondisi itu, maka mulai akhir bulan kemarin penggunaan bamgetol bagi Pika ia coba hentikan.
Baca Juga: Respon Harapan Ma'ruf Amin, MUI Masih Kaji Pemanfaatan Ganja Medis dari Perspektif Keagamaan
"Karena badannya merah-merah, kan setiap obat itu ada efek sampingnya. Saya bukan bilang obatnya gak bagus. tapi kan obat itu kan cocok-cocokkan, mungkin di anak lain cocok, mereka gunakan itu," sambungnya.
Tapi nyatanya obat tertentu tidak cocok digunakan oleh Pika. Maka sudah barang tentu ia mencari terapi atau obat yang cocok untuk Pika.
"Obat itu kalau istilah orang Jogja, Jawa itu nyampar nyandung. Maka kami usaha, mengupayakan," imbuhnya.
Muncul Kekhawatiran Penyalahgunaan Ganja Medis, Santi: Itu di Luar Kewenangan Saya
Santi kali pertama mengetahui penggunaan CBD untuk keperluan medis dan penanganan anak dengan cerebral palsy, dari temannya.
Ia menginginkan akses penggunaan CBD karena telah membaca banyak literatur. Serta melihat hasil terapi dari anak rekanannya itu, menjadi jauh lebih baik hari ke hari.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terpopuler Sepak Bola: 9 Pemain Dicoret, Timnas Indonesia Gak Layak Lolos Piala Dunia 2026
- 7 Mobil Bekas Senyaman Innova: Murah tapi Nggak Pasaran, Mulai Rp70 Jutaan, Lengkap dengan Pajak
- 9 Mobil Bekas Murah Tahun Muda di Bawah Rp100 Juta, Kabin Nyaman Muat 8 Penumpang
- 5 Moisturizer Lokal Terbaik 2025, Anti Mahal Kualitas Setara Brand Internasional
- 10 Rekomendasi Mobil Bekas Budget Rp50 Jutaan, Irit Bahan Bakar dan Performa Oke!
Pilihan
-
7 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaik Juni 2025
-
5 Rekomendasi Body Lotion Super Murah Mulai Rp13 Ribuan, Gercep Atasi Kulit Kering
-
Winger yang Diabaikan Lionel Scaloni Segara Bela Malaysia, FAM Bayar Berapa?
-
Jejak Brutal Bek Naturalisasi Malaysia Facundo Garces: Saya Bukan Orang Gila
-
4 Rekomendasi Sepatu Lari Mills Cocok untuk Long Run, Nyaman sampai Finish
Terkini
-
Bantul Targetkan Bebaskan 330 Hektare dari Kumuh: Ini Strategi Ambisiusnya di 2026
-
AirNav Indonesia Prediksi Tak Ada Lonjakan Penumpang Pesawat saat Libur Idul Adha
-
6 Juni 2025 Idul Adha Serentak, MUI DIY Ingatkan Soal Takbir Tertib dan Solidaritas Sosial
-
TKP ABA Tutup: Pedagang & Jukir Terancam di Menara Kopi? Akses Sulit, Lahan Sempit Jadi Sorotan
-
Dari Ledakan Amunisi hingga Pengamanan Kejaksaan, Pakar UGM Soroti Soal Disiplin dan Pengawasan TNI