Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Rabu, 18 Januari 2023 | 12:15 WIB
Peta pembangunan tol trase Jogja-Solo sepanjang 96 kilometer yang rencananya akan dibangun pada 2021 mendatang. - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

"Kalau kami cari tanah jauh dari sini, kami dapat. Tapi kami harus menyesuaikan dengan lingkungan, dan itu dampaknya luar biasa," terangnya.


Kondisi ini membuat kemudian warga memilih berpikir-pikir terlebih dahulu, sembari bermusyawarah di tingkat warga. Untuk memutuskan langkah terbaik yang akan mereka ambil ke depannya. 


Tim Appraisal Tol Jogja-Solo Dapat 'Ulti' dari Warga: Kita Itu Zoon Politicon!


Warga Padukuhan Nglarang, Supriyadi mengatakan bahwa, ia sangat menyayangkan tim appraisal yang bertugas di Nglarang menetapkan harga ganti terlalu rendah.

Baca Juga: Duh, Belum Juga Direlokasi, Dinding Ndalem Mijosastran Retak Terdampak Getaran Alat Berat Proyek Tol Jogja-Bawen


"Tim appraisal itu penunjukkannya tidak tepat. Mereka menunjuk tim appraisal itu salah sekali. Saya per meter Rp2,9 juta, yang mangku jalan besar cuma Rp3,3 juta," tuturnya.


Ia mengira, tim appraisal akan menetapkan harga dengan tetap mempertimbangkan hati nurani mereka. 


Lahan itu adalah istana milik warga, rumah yang menjadi tempat tinggal dengan nyaman selama ini, setiap harinya. Namun, tim appraisal tidak menghargai hal tersebut. 


"Kita itu makhluk sosial, zoon politicon, artinya bermasyarakat, tidak hanya pribadi. Tim appraisal, saya curiga dia ingin punya untung atau bagaimana," ujarnya. 


Menurut dia, harga ganti lahan miliknya yang terdampak tol Jogja-Solo itu, masih jauh sekali dari harga pasar.

Baca Juga: Tol Jogja-Bawen Akan Beroperasi, Bupati Sleman Sebut Produk yang Masuk Rest Area akan Dikurasi


"Jauh sekali, harga Jogja ya, bukan harga Semarang seperti tim appraisal itu," sebutnya.

Kontributor : Uli Febriarni

Load More