Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Selasa, 17 Januari 2023 | 12:53 WIB
Salah satu sisi Ndalem Mijosastran, cagar budaya yang akan direlokasi karena terdampak proyek tol Jogja-Bawen, saat disambangi, Selasa (19/7/2022). (kontributor/uli febriarni)

SuaraJogja.id - Sejumlah rumah yang berada dekat kawasan proyek tol Jogja-Bawen di Kabupaten Sleman, tepatnya Kalurahan Tirtoadi, Kapanewon Mlati, mengalami kerusakan akibat getaran alat berat yang beroperasi di sana. Tidak terkecuali rumah limasan cagar budaya Ndalem Mijosastran


Salah satu keluarga waris keluarga Mijosastro, Widagdo mengungkap, saat ini kondisi dinding semakin parah. Pasalnya, dinding banyak yang retak akibat pengerjaan proyek yang melibatkan peralatan backhoe, storm dan pengurukan. 


"Harus segera ada penyelesaian cagar budaya. Dikhawatirkan, rumah itu sekarang masih ditempati, ini membahayakan keselamatan jiwa," ujarnya, Selasa (17/1/2023).


Kala ditanya soal progres relokasi rumah yang ada di padukuhan Pundong II itu, Widagdo menyebut tahapan itu masih belum banyak perkembangan berarti. 

Baca Juga: Tol Jogja-Bawen Akan Beroperasi, Bupati Sleman Sebut Produk yang Masuk Rest Area akan Dikurasi


Satu bulan lalu, ia mendapat informasi ada rapat di Kanwil BPN DIY termasuk panewu dan lurah setempat. Dari sana ada konsep bahwa soal relokasi akan diadakan musyawarah dengan pemilik cagar budaya. 


"E, ditunggu-tunggu sampai sekarang tidak ada kabar beritanya," terangnya. 


Bukan hanya di Pundong II, Dukuh Pundong III, Pekik Basuki, juga mengungkap ada kerusakan terjadi pada rumah warganya yang berada di wilayahnya. Rumah yang retak, berlokasi tidak sampai 50 meter dari titik pengerjaan tol. 


Ia mengaku, saat ini pekerjaan di lapangan memang sedang vakum, kalaupun ada pekerjaan bentuknya hanya aktivitas kecil. 


"Tapi kalau dikerjakan lagi, biasanya ada getaran yang bisa menimbulkan retak-retak rumah, di dekatnya pembangunan itu," kata dia. 

Baca Juga: Tanah Kalurahan dan Sultan Ground Terdampak Tol Jogja-Bawen, Tidak Diganti Untung


"Ada dua warga laporan ke saya [rumahnya retak akibat terdampak getaran alat kerja proyek]. Pas ada pekerjaan dan retak, mereka minta tidak dilanjut dulu, itu berhenti [pekerjaan lapangan]. Mungkin kalau dilanjut, bisa retak lagi itu," sebut dia. 


Selain itu, bila hujan turun, keberadaan tanah uruk baru di lingkungan proyek juga turut memberikan dampak kepada lingkungan mereka. Genangan air keruh masuk sampai pekarangan warga, belum lagi air yang meresap ke tanah kemudian membuat air sumur warga setempat menjadi keruh. 

Sebelum proyek berlangsung, tidak ada masalah seperti demikian di kediaman warga setempat. 
 


Pekik juga disinggung soal belum adanya pemberian kompensasi, kepada warga yang rumahnya rusak akibat pekerjaan proyek tersebut. 


"Padahal pernah dukuh dimintai data, kami juga sudah mendata. Tapi sekian lama belum ada realisasi, justru dapat kabar realisasi ditunda atau bagaimana itu," ujarnya. 


Dalam data yang ia miliki, ada sekitar 30 rumah terdampak pekerjaan lapangan di proyek tol Jogja-Bawen, di Pundong III. Rumah-rumah itu terhitung berada 50 meter tepi kanan-kiri lokasi proyek berjalan. 


Dampak-dampak yang terjadi, yang telah ia inventarisasi, belum dilaporkan oleh pihaknya ke pemrakarsa atau pelaksana proyek. Sejauh ini hanya langsung disampaikan kepada pekerja di lapangan. 


"Kalau ada getaran dan retakan baru, stop. Jangan dilanjut dulu pokoknya," terangnya. 

Pekik berharap pihak proyek bisa memenuhi janji mereka. Untuk memberikan kompensasi kepada warganya yang terdampak kerusakan bangunan, gangguan sosial, bahkan gangguan kesehatan akibat pekerjaan tol. 


"Karena ada janji, harapan warga ya direalisasi kompensasinya. Sampai saat ini belum ada kompensasi," ucapnya. 

Menanggapi adanya laporan keluhan tersebut di atas, Humas PT Jasamarga Jogja Bawen (JJB), Danindra Ghuasmoro menyebut, pihaknya sedang berkoordinasi dan memantau lokasi pelaksanaan proyek bersama rekanan, PT Adhi Karya. 

Kontributor : Uli Febriarni

Load More