SuaraJogja.id - Penemuan kasus tuberkulosis (TB) di Kabupaten Sleman masih tergolong rendah. Pada 2021 saja penemuan kasus TB hanya sebanyak 1.398 kasus dari target temuan kasus sebanyak 2.545 kasus atau hanya 50 persen.
"Sleman untuk penemuan kasus TB masih belum menggembirakan. Kita masih sekitar 60 persen dari target. Jadi ini masih terus kita pacu supaya bisa mencapai target," ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman, Cahya Purnama, ditemui di Kantor Kalurahan Tamanmartani, Kamis (8/6/2023).
Cahya menyebut masih rendahnya penemuan kasus di Bumi Sembada itu diperlukan sebuah inovasi. Untuk kemudian dapat mendukung percepatan eliminasi TB yang ditarget 2030 mendatang.
Oleh sebab itu pihaknya bergerak cepat untuk jemput bola dengan melakukan active case finding. Termasuk mencanangkan inovasi program Sleman Sigap Kendali dan Atasi Tuberkulosis (SIKAT TB).
Baca Juga: Dinkes Sleman Catat Ada Peningkatan Perokok Pemula, Terutama Rokok Elektrik
SIKAT TB sendiri adalah layanan komprehensif multisektor untuk menjamin akses pelayanan standar pemeriksaan terduga TB lebih efektif, efisien, setara dan aktif menjangkau keluarga rentan kurang mampu dengan sistem informasi digital.
Salah satu rancangan kegiatan SIKAT TB adalah terlaksananya skrining TB pada masyarakat kumuh padat – kumuh miskin (kupat kumis). Workshop kepada kader-kader kesehatan tengah dilakukan untuk mendukung keberhasilan program itu.
"Dengan implementasi SIKAT TB ini nanti masyarakat diharapkan bisa lebih berdaya. Dalam artian kalau dalam usia produktif mereka terkena TB otomatis akan mengganggu pekerjaan mereka. Ini diharapkan kalau sudah ditangani mereka tidak akan tertanggu sehingga pendapatan keluarga juga bisa meningkat," terangnya.
Tak hanya dari penanganan kasus TB saja, kata Cahya, diharapkan dengan berbagai upaya itu juga dapat mengentaskan kemiskinan. Mengingat kasus TB erat dengan kondisi kemiskinan masyarakatnya.
"Diharapkan nanti dengan digropyok bareng-bareng seperti ini TB di Sleman akan bisa kita eleminasi di tahun 2030," tegasnya.
Berita Terkait
-
Ciri-Ciri TBC, Apakah Bisa Diobati Dengan Antibiotik?
-
Sejarah TBC di Indonesia Hingga Jadi Negara Dengan Kasus Tuberkulosis Tertinggi di Dunia
-
Tantangan Kesehatan Indonesia: Pencegahan dan Terapi untuk Penyintas TB dan Penyakit Paru Kronis
-
WHO Tetapkan TB Penyakit Menular Paling Mematikan, Eliminasi Harus Dimulai dari Pencegahan
-
Terbanyak di Indonesia, Guru Besar FKUI Wanti-wanti Prabowo soal Kasus TB: Situasi di Dunia Masih Jauh dari Harapan
Terpopuler
- 1 Detik Setelah Pascal Struijk Naturalisasi, Harga Pasar Timnas Indonesia Termahal ke-4 di Asia
- 5 Rekomendasi Mobil Bekas Rp50 Jutaan Mei 2025: Mesin Tak Merepotkan, Irit Bensin, Pajak Murah
- Petinggi Venezia Ucapkan Terima Kasih ke Inter Milan, Resmi Lepas Jay Idzes?
- Selamat Tinggal Persib, Nick Kuipers Hengkang ke Eropa Musim Depan?
- Rekomendasi 7 HP 5G Murah dengan Spek Ciamik, Harga Mulai Rp1 Jutaan
Pilihan
-
Bus Persik Diserang Oknum Suporter, Arema FC: Itu di Luar Kendali Kami
-
Dari Kanjuruhan Kita Tidak Belajar: Doa Pemain Persik Dibalas Aksi Barbar
-
Tak Kapok Tragedi Kanjuruhan, Oknum Aremania Berulah Lempari Bus Persik Kediri
-
Data dan Fakta El Clasico Jilid 4 Musim Ini: Barcelona Kalahkan Real Madrid?
-
Butuh Dana Cepat? Kenali Pinjol Aman dan Hindari Risiko Bunga Tinggi
Terkini
-
Pelajar Asal Magelang Tewas Dibacok di Bantul, Luka Parah Tembus Paru-Paru
-
Juli 2025 Sekolah Rakyat Tamansiswa Harus Jalan: Mungkinkah? Wamen Turun Tangan, Pemkot Siapkan Ini
-
Wisuda SMA/SMP Jadi Polemik? DIY Ganti dengan Acara Perpisahan yang Lebih Bermakna
-
Wamen PU: Tamansiswa Butuh Renovasi Besar Sebelum Jadi Sekolah Rakyat
-
Sekolah Rakyat: Solusi Pendidikan untuk Kaum Miskin Ekstrem? Wamen Tinjau Langsung Tamansiswa