SuaraJogja.id - Pemkot Yogyakarta akhirnya membuka 14 depo dan 3 Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) untuk menanggulangi darurat sampah. Pembukaan depo dan TPST dilakukan pada 3-5 Agustus 2023.
Namun tumpukan sampah masih saja terlihat di sejumlah titik. Sebut saja di sekitar lapangan Kenari di Jalan Kenari, tumpukan sampah berserakan meski ada tulisan larangan membuang sampah pada Jumat (04/08/2023). Kondisi serupa juga terlihat beberapa titik sisi selatan Lapangan Mandala Krida serta di kawasan Beskalan atau Patuk.
Penjabat (pj) Walikota Yogyakarta, Singgih Raharjo, Jumat (04/08/2023) sore pun berharap warga Kota Yogyakarta tidak lagi membuang sampah secara sembarangan. Sebab 14 depo dan 3 TPST sudah dibuka untuk pembuangan sampah, khususnya sampah residu.
"Kalau yang kasus kemarin ini yang di Patuk atau Beskalan sudah bersih dan saya berharap tidak ada lagi karena depo sudah kita buka dan perlu kesadaran warga," paparnya.
Menurut Singgih, meski dibuka, jam operasional 14 depo dan 3 TPS di Kota Yogyakarta dibuat terbatas. Untuk warga yang ingin membuang sampah secara mandiri, depo dibuka antara pukul 06.00 WIB hingga 12.00 WIB. Sementara untuk penggerobak antara pukul 06.00 hingga 09.00 WIB.
Singgih pun meminta warga memilah sampah sebelum dibuang ke depo. Dengan demikian bisa mengurangi sampah yang akan dibawa ke TPST Piyungan setelah berada di depo.
Apalagi kapasitas TPST Piyungan juga masih terbatas dalam menampung sampah dari Kota Yogyakarta. Setiap hari TPST Piyungan hanya mampu menampung 100 ton per hari sampah dari Kota Yogyakarta.
Sedangkan Kulon Progo hanya bisa menampung 15 ton sampah dari Kota Yogyakarta per hari. Padahal rata-rata sampah yang dihasilkan Kota Yogyakarta sekitar 200 ton per harinya.
"Jadi pilahlah sampah sejak dari rumah tangga, sampah residu bisa dibawa ke depo," ungkapnya.
Baca Juga: Viral, Warga Jogja Berebut Buang Sampah ke Truk Pengangkut Usai TPST Piyungan Ditutup
Sementara untuk menghadapi libur akhir pekan, Singgih mengajak wisatawan untuk mengurangi produksi sampah. Mereka bisa memilah antara sampah organik dan anorganik agar penguraian di tingkat depo dan TPS semakin mudah dilakukan.
"Kalau kita produksi sampah terus tentu akan memperparah situasi, kalau kita bisa kurangi dan dilakukan pemilahan yang mana bisa diolah antara sampah organik dan anorganik di tingkat hulu," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Tinggal Jay Idzes, Mohon Maaf Pintu Klub Sudah Ditutup
- Resmi! Thijs Dallinga Pemain Termahal Timnas Indonesia 1 Detik Usai Naturalisasi
- Makin Menguat, Striker Cetak 3 Gol di Serie A Liga Italia Dinaturalisasi Bersama Mauro Zijlstra
- Thijs Dallinga Ogah Bahas Peluang Bela Belanda, Sepakat Perkuat Timnas Indonesia?
- 1 Detik Naturalisasi 9 Pemain Keturunan Ini Harga Pasaran Timnas Indonesia Tembus Rp 1 Triliunan!
Pilihan
-
OJK Beberkan Fintech Penyumbang Terbanyak Pengaduan Debt Collector Galak
-
Tarif Trump 19% Berlaku 7 Agustus, RI & Thailand Kena 'Diskon' Sama, Singapura Paling Murah!
-
Pemerintah Dunia dan Tenryuubito: Antagonis One Piece yang Pungut Pajak Seenaknya
-
Persija Jakarta Bisa Lampaui Persib di Super League 2025/2026? Eks MU Beri Tanggapan
-
Tiga Hari Merosot Tajam, Harga Saham BBCA Diramal Tembus Segini
Terkini
-
Target PAD Pariwisata Bantul Terlalu Ambisius? Ini Strategi Dinas untuk Mengejarnya
-
Marak Pembangunan Abaikan Lingkungan, Lanskap Ekosistem DIY Kian Terancam
-
Status Kedaruratan Ditingkatkan Pasca Kasus Leptospirosis, Pemkot Jogja Sediakan Pemeriksaan Gratis
-
Bosan Kerja Kantoran? Pemuda Ini Buktikan Keripik Pisang Bisa Jadi Bisnis Menguntungkan di Kulon Progo
-
PSBS Biak 'Kuasai' Maguwoharjo, Pemkab Sleman Beri Lampu Hijau, Bagaimana Nasib PSIM?