Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Rabu, 10 Januari 2024 | 21:53 WIB
Rombongan pengantin pria menuju Bangsal Sewotomo Puro Pakualaman usai akad nikah Dhaup Ageng di Masjid Agung Pakualaman, Rabu (10/1/2024). [Kontributor Suarajogja.id/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Putera bungsu Adipati Pura Pakualaman KGPAA Paku Alam X, BPH Kusumo Kuntonugroho menikahi kekasihnya Laily Annisa Kusumastuti dalam prosesi akad nikah Dhaup Ageng di Masjid Pakualaman, Rabu (10/1/2024) pagi sekitar pukul 08.00 WIB.

Menyambut hajat besar keluarga Pakualaman tersebut sejumlah rekayasa jalan dilakukan untuk mengkondisikan jalannya acara.

Sejumlah warga Jogja memberi tanggapan terkait hajat besar yang tengah digelar keluarga Pakualaman tersebut.

Siwi (55) salah satu warga yang tinggal di sekitar wilayah Pakualaman mengaku tidak terganggu dengan penutupan jalur di sekitar wilayah Pakualaman ini.

Baca Juga: Sehari Jelang Dhaup Ageng, Putra Bungsu Adipati Pura Pakualaman Gelar Prosesi Siraman

Siwi juga merupakan seorang pedagang Sop Buntut yang berjualan di jalan Bausasran, Yogyakarta (Sop Buntut Pakualaman & Lesehan 50). 

Siwi mengatakan bahwa biasanya, justru warga sekitar Pakualaman merasa senang jika ada acara-acara besar sedang digelar oleh Keraton. Karena ada pawai yang bisa ditonton oleh masyarakat sekitar.

"Selama ini kalau pihak keraton ngadain acara, setahu saya warga pada senang sih. Karena biasanya sambil ada pawai-pawai juga kan, jadinya warga ya senang, menikmati gitu.", ujar Siwi saat ditemui Suarajogja.id

Meski demikian, Siwi juga menambahkan ia tak bisa memastikan apakah seluruh warga yang berada di sana merasakan hal yang sama atau tidak. 

"Pawai/iring-iringan itu kan jadi semacam hiburan sih kalau menurut saya, warga sini juga jadi banyak yang tertarik untuk melihat pawai itu. Kalau pendatang, pengguna jalan yang bukan warga sini ya saya ga tahu juga ya.", terangnya.

Baca Juga: Tindaklanjuti Laporan Dugaan Kekerasan Seksual di Salah Satu SD Swasta Kota Jogja, Polisi Periksa Tiga Saksi

Hal senada terungkap ketika tim Suara Jogja mewawancarai Santoso (62). Pria yang berdagang bensin eceran di Jalan Bausasran ini juga mengaku tidak keberatan dengan penutupan jalan-jalan di sekitar wilayah Pakualaman.

"Saya ga keberatan sih, karena itu memang kepentingannya beliau kan.", jelas Santoso.

Ia menambahkan bahwa justru dengan penutupan jalan-jalan tertentu, terkhusus hari ini jalan yang dibuka adalah jalan Bausasran, ia menjadi diuntungkan.

Karena akan semakin banyak orang yang melewati jalan tersebut dan kemungkinan bensinnya terjual akan semakin tinggi.

"Justru saya merasa bersyukur sih, karena kan dengan penutupan jalan itu, dan jalan yang dibuka jalan sini ya orang-orang jadi makin banyak yang lewat sini kan. Bensin saya juga jadi semakin laku.", ungkap Santoso.

Selain itu, Santoso juga mengatakan bahwa ia dan beberapa warga lain yang ia ketahui di jalan tersebut tidak terlalu terdampak karena memang hanya sehari saja kegiatan tersebut diberlangsungkan.

"Lagian juga cuma sehari kan acaranya. Kecuali kalau sampai berhari-hari, ya mungkin warga sini bakalan terganggu juga ya. Setahu saya ya warga sini itu tidak terdampak ya.", ujar Santoso.

Santoso pun menambahkan bahwa alasan warga sekitar Pakualaman tidak terdampak dengan penutupan jalan adalah karena warga sekitar Pakualaman sendiri sudah mengetahui banyak jalan alternatif jika jalan-jalan besar mengalami penutupan untuk acara besar seperti ini.

"Biasanya warga sini nggak terdampak ya karena sudah tahu jalan alternatifnya juga. Kalau sini ditutup, larinya ke sini, sini tutup lagi, larinya ke situ. Justru para pendatang yang setahu saya terdampak. Karena mereka nggak tahu jalan alternatifnya kan. Jadinya bingung, mau lewat sini kok ditutup, lewat sana muternya terlalu jauh. Makanya kemungkinan terdampaknya lebih besar pendatang daripada warga sekitar sini.", jelas Santoso.

Kontributor: Fristian Setiawan

Load More