SuaraJogja.id - Berbagai hal menarik terjadi selama pelaksanaan pemungutan suara Pemilu di Yogyakarta, Rabu (14/02/2024). Salah satunya kreativitas warga dalam menyikapi isu-isu lingkungan yang direfleksikan pada pernak-pernik Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Sebut saja di TPS 14 Dipoyudan, Ngampilan, Kota Yogyakarta. Anak-anak muda di kampung tersebut mendekorasi TPS dengan limbah-limbah tak terpakai.
Bukan tanpa alasan. Mereka mengangkat isu darurat sampah yang terjadi di Kota Yogyakarta.
TPS 14 ini didekorasi dengan beragam ornamen sampah daur ulang dan sampah organik. Sebut saja botol bekas air mineral, ranting-ranting pohon, kardus bekas hingga gerobak sampah yang berisi limbah tanaman.
Tak hanya itu, TPS tersebut juga dihiasi mural yang dilukis di kain putih. Sejumlah pesan moral pun dituliskan seperti 'Wilayahe resik rejekine asik, pilih sing becik negarane apik (wilayahnya bersih rezekinya asik, pilihannya baik negaranya baik) di kain yang jadi latar belakang bilik suara.
"Memang sebetulnya kita mengangkatnya isu lingkungan, kalau lingkungan masih terlalu umum sehingga kita kerucutkan terkait dengan masalah darurat sampah yang jadi persoalan di kota jogja ini," ujar Koordinator Tim Pendukung TPS 14, Dimas Arifin Hamsyah disela pemungutan suara.
Dekorasi tersebut, menurut Dimas dibuat dua hari sebelum pemungutan suara. Lebih dari 20 anak muda di kampung ikut berkreasi membuat dekorasi yang unik tersebut.
Mereka berharap dengan mengangkat isu darurat sampah di Kota Yogyakarta maka para warga bisa lebih sadar dalam mengatasi masalah tersebut selain memberikan suaranya dalam pemilu. Pemimpin yang baru nanti pun diharapkan bisa memiliki kepedulian dalam mengatasi masalah-masalah lingkungan, termasuk sampah.
"Harapan kita melalui konsep kegiatan ini ya sedikit ada pesan moral kepada masyarakat yang datang menggunakan hak pilihnya, sehingga bisa sadar terkait dengan pentingnya bagaimana permasalahan sampah atau ikut membantu menyelesaikan permasalahan sampah yang ada di jogja," tandasnya.
Selain isu sampah dalam dekorasi, lanjut Dimas, para petugas TPS juga mengenakan pakaian atau seragam yang unik. Bukan pakaian formal, mereka memakai pakaian sehari-hari. Contohnya kaos oblong dengan topi caping berbentuk bundar dan juga handuk di pundaknya.
"Teman-teman menggunakan pakaian yang nuwun sewu ini bukan tidak pantas tapi memang konsepnya seperti itu, inilah kehidupan masyarakat sehari hari," jelasnya.
Konsep unik selalu mereka terapkan setiap Pemilu. Pada Pemilu 2009 mereka menggunakan pakaian wayang.
Pada 2014 berkonsep seragam SD dengan pesan sekolah demokrasi. Sedangkan pada 2019 bertema Tempat Pusing Sementara (TPS).
"[Pemilu kali] ini karena berkaitan dengan sampah dan pemilahan bukan tempat pemungutan suara tapi tempat pemilahan suara," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Kronologi Gen Z Tumbangkan Rezim di Nepal: Dari Blokir Medsos Hingga Istana Terbakar!
-
Menkeu Purbaya Masuk Kabinet, Tapi Rakyat Justru Makin Pesimistis Soal Ekonomi RI Kedepan
-
Bintang Liga Prancis Rp57,8 Miliar Tak Sabar Bela Timnas Indonesia pada Oktober
-
Inikah Kata-kata yang Bikin Keponakan Prabowo Mundur dari DPR?
-
Emas Antam Pecah Rekor Lagi, Harganya Tembus Rp 2.095.000 per Gram
Terkini
-
Teror Molotov di Jogja: Polisi Ringkus 2 Pelaku, Salah Satunya Sempat Kabur!
-
Jogja Siaga Banjir, Peta Risiko Bencana Diperbarui, Daerah Ini Masuk Zona Merah
-
DANA Kaget untuk Warga Jogja: Buruan Klaim 'Amplop Digital' Ini!
-
Heboh Arca Agastya di Sleman: BPK Ungkap Fakta Mengejutkan Soal Situs Candi
-
Gus Ipul Jamin Hak Wali Asuh SR: Honor & Insentif Sesuai Kinerja