SuaraJogja.id - Gereja Kristus Raja (GKR) Baciro menggelar peragaan jalan salib pada Jumat (29/3/2024). Peragaan jalan salib tersebut merupakan bagian dari rangkaian Trihari Suci Paskah. Trihari Suci tersebut dimulai dari Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Suci.
Ketua Orang Muda Katolik (OMK) Baciro, Angela Yosanda Pradyasari mengatakan peragaan jalan salib setiap tahun dibawakan oleh pemuda pemudi katolik. Di mana setiap tahun peragaan Jalan Salib ini selalu mengambil tema yang berbeda setiap tahunnya.
"Kebetulan tahun ini, OMK memutuskan mengangkat persoalan lingkungan hidup, termasuk di dalamnya kebiasaan membuang sampah dan perusakan alam," kata dia.
Tema lingkungan hidup, kata Yosanda muncul setelah dia dan sutradara berdiskusi dengan Romo Paroki GKR Baciro, Andreas Novian Ardhi Prihatmoko. Dalam diskusi tersebut, Romo Andreas menyinggung perihal Ensiklik Paus Fransiskus "Laudato Si". Ensiklik tersebut membicarakan ibu pertiwi atau bumi sebagai rumah bersama yang harus dijaga.
Baca Juga: Gerah Masalah Darurat Sampah Yogyakarta, TPS 14 Dipoyudan Gunakan Properti Limbah untuk Pencoblosan
Dia menyebut dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering tidak sadar melakukan tindakan yang merugikan lingkungan. Contoh senderhana seperti membuang sampah sembarangan. Perilaku ini tentu bakal membawa dampak buruk jika dibiarkan begitu saja.
"Ini juga relevan dengan kondisi kekinian di mana isu sampah masih mengemuka di DIY saat ini," kata dia.
Aktor yang terlibat dalam peragaan jalan salib tersebut, katanya berasal dari bermacam daerah mulai dari Sumatera sampai Papua. Tidak hanya itu, ada juga saudara/saudari lintas iman yang terlibat seperti Kristen dan Islam.
Dalam proses latihan pun para aktor termasuk sutradara dan kru diwajibkan membawa botol untuk mengisi air minum yang telah disediakan pantia. Dengan begitu tema yang diangkat bukan sekadar formalitas namun juga benar benar diterapkan.
Romo Paroki GKR Baciro, Andreas Novian Ardhi Prihatmoko menjelaskan bahwa dalam Ensiklik Laudato Si tersebut, Paus Fransiskus menjelaskan tentang Pertobatan Ekologis. Berlatar belakang pada konteks manusia yang semakin merasa dirinya menjadi pusat semesta, seolah-olah manusia satu satunya yang berkuasa di dunia.
Baca Juga: Bangun TPST di Sedayu, Pemkab Bantul Alokasikan Anggaran Rp20 Miliar
Manusia yang merasa dirinya lebih tinggi derajatnya dari makhluk yang lain secara tidak sadar memunculkan kesombongan. Kesombongan tersebut diiringi dengan cara manusia memperlakukan alam secara serampangan. Dari situ muncul eksploitasi yang dilakukan terus menurus hanya untuk memenuhi kepentingan diri sendiri.
"Eksploitasi tersebut akan menyebabkan alam bergejolak yang mewujud dalam peristiwa kebencanaan. Manusia pun akhirnya menerima dampaknya, " tutur Romo Andreas.
Tema tersebut menurut Romo Andreas tidak akan lekang oleh zaman. Sampai kapanpun tetap relevan ketika manusia masih tidak dapat mengelola alam secara bijaksana termasuk kebiasaan membuang sampah sembarangan. Dia juga menyinggung tentang penutupan TPST Piyungan beberapa waktu lalu.
Ditutupnya TPST Piyungan mendorong masyarakat untuk mengelola dan mengolah sampahnya sendiri. Selain itu tentu perlu ada perubahan mengenai kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan. Upaya mengubah kebiasaan tersebut perlu dilakukan terus menerus dengan berbagai cara termasuk melalui sarana pementasan seperti peragaan jalan salib.
“Kalau konteks besar dalam Ensiklik itu kan sebenarnya menyoroti korporasi atau perusahaan besar yang abai dalam pengelolaan alam ciptaan," katanya.
Sutradara Peragaan Jalan Salib, Vincenttus Guntur Bayu Anjana Saputra mengatakan sub tema pertobatan ekologis penting untuk diangkat dalam peragaan jalan salib tahun ini karena di banyak tempat di belahan dunia manapun perusakan lingkungan masih terjadi. Perlu ada sikap untuk mengakui dan bertobat atas perilaku merusakan alam.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
11,7 Juta Pemudik Bakal Masuk Jogja, Pustral UGM Sebut Darurat Sampah Bisa Kembali Terjadi
-
Walhi Kritik RDF dalam Pengolahan Sampah di Jogja, Begini Penjelasan DLHK DIY
-
Soroti Pengolahan Sampah di TPST Piyungan Usai Ditutup, Walhi Yogyakarta Rekomendasikan Hal Ini
-
Ditolak Warga Sitimulyo, Sampah di Kota Jogja Menumpuk
Terpopuler
- Ibrahim Sjarief Assegaf Suami Najwa Shihab Meninggal Dunia, Ini Profilnya
- Berapa Biaya Pembuatan QRIS?
- Beda Timnas Indonesia dengan China di Mata Pemain Argentina: Mereka Tim yang Buruk
- Ketegaran Najwa Shihab Antar Kepergian Suami Tuai Sorotan: Netizen Sebut Belum Sadar seperti Mimpi
- 35 Kode Redeem FF Hari Ini 20 mei 2025, Klaim Hadiah Skin M1887 hingga Diamonds
Pilihan
-
Simon Tahamata Kerja untuk PSSI, Adik Legenda Inter Langsung Bereaksi
-
5 Rekomendasi HP Murah RAM 8 GB: Harga Sejutaan, Terbaik di Kelasnya
-
Kata Pertama Simon Tahamata Usai Resmi Jadi Kepala Pemandu Bakat
-
Mesin Lebih Besar, Bodi Lebih Kecil, Harga Lebih Murah: Perbandingan Aerox Alpha vs QJMotor AX200S
-
Nick Kuipers Resmi Tinggalkan Persib, Lanjut Karier ke Eropa atau Persija?
Terkini
-
Kebakaran Pabrik Garmen di Sleman: Buruh Terancam PHK, Koalisi Rakyat Jogja Geruduk DPRD DIY
-
Selamatkan Industri Ekspor! Strategi Jitu Hadapi Gempuran Tarif AS: TKDN Jadi Kunci?
-
Jelang Idul Adha, Penjualan Hewan Kurban di Sleman Lesu? Wabup Ungkap Penyebabnya
-
Modal dari KUR BRI, Kelor Disulap Jadi Peluang Bisnis Kuliner Menggiurkan
-
Link DANA Kaget Aktif Hari Ini Berjumlah Ratusan Ribu, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan