Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Jum'at, 19 April 2024 | 18:13 WIB
Ilustrasi sawah tadah hujan di Gunungkidul gagal panen akibat perubahan cuaca ekstrem [ANTARA]

SuaraJogja.id - Usai dihantam kemarau panjang sehingga tak bisa menanam padi, kini para petani di Gunungkidul khususnya penggarap sawah tadah hujan harus gigit jari. Tanaman padi mereka gagal panen karena kembali dipermainkan oleh cuaca. Akibatnya, para petani mengalami kerugian cukup besar karena tak mampu menutupi modal dan biaya operasional mereka.

Seperti yang dialami oleh ratusan petani sawah tadah hujan di Kalurahan Banaran Kapanewon Playen. Mereka mengalami gagal panen pada musim penghujan kali ini. Hasil panenan mereka sangat minim tidak sesuai harapan. Bahkan dibanding tahun lalu, panenan mereka mengalami penurunan hingga 80 persen.

Sejumlah petani asal dusun Banaran IX, Saman mengungkapkan panenan kali ini memang jauh dari harapan. Bagaimana tidak, dari dua petak sawah tadah hujan yang ia tanami padi, dirinya hanya mendapatkan 2 karung gabah ukuran 50 kilogram. Padahal pada musim hujan tahun lalu, dirinya mampu mendapat 12 karung gabah ukuran 50 kilogram.

"Jenisnya sama, IR 64 dan pupuknya juga sama Phonska,"kata dia.

Baca Juga: ASN Tak Masuk Kerja Usai Libur Lebaran, Bupati Gunungkidul Beri Sanksi Tegas

Tentu hasil yang ia dapat ini tak mampu menutupi modal dan biaya olah tanah yang harus ia keluarkan. Dengan sistem pengairan mengharapkan air hujan, dia tetap harus merogoh kocek untuk membeli benih dan juga pupuk. Belum lagi biaya untuk mengolah lahan yang tentu lebih besar ketimbang dengan sawah pengairan irigasi.

Kondisi tersebut tidak hanya dia alami sendiri, namun juga dialami oleh petani-petani yang lain. Dan penyebabnya memang sama, di mana hujan menghilang ketika tanaman padi sudah muncul bulir padi (merkatak). Padahal sejak awal  tanam, tanaman mereka berkembang dengan baik karena hujan masih sering turun.

Namun ketika sudah muncul bulir padi pada tanaman mereka, justru hujan tiba-tiba menghilang. Hal ini tentu mengakibatkan tanaman mereka menjadi mengering dan bulir padi tidak ada isinya alias Gabug. Warga hanya bisa memanfaatkan jeraminya saja karena sudah tidak ada padi yang bisa dipanen.

"Jeraminya tetap kita bawa pulang untuk pakan ternak,"ujar dia.

Tak hanya tanaman padi, ternyata cuaca yang tidak bersahabat juga mempengaruhi tanaman jagung yang dibudidayakan petani. Para petani jagung juga tidak bisa mendapatkan hasil maksimal karena tanaman jagung yang mereka tanam buahnya kecil-kecil, tidak seperti biasanya berbuah besar.

Baca Juga: Lari 7 Km Dari Rumahnya, Bupati Gunungkidul Ajak ASN Berolahraga di Hari Pertama Masuk Kerja Usai Lebaran

Seperti yang dialami oleh Purwo WIdodo, warga yang lain. Purwo mengaku selain mengalami kerugian akibat tanaman padinya gagal panen, tanaman jagung miliknya juga tidak bisa berbuah bagus. Bulir buah jagung tidak tumbuh maksimal karena kekurangan air usai hujan menghilang di tengah jagung sudah mulai berbuah.

"Ya ndak ada air, bagaimana bisa tumbuh dengan baik,"kata dia.

Sekretaris Dinas Pertanian dan PAngan Gunungkidul, Raharja Yuwono mengaku belum mendapat laporan berkaitan dengan gagal panen di lahan sawah tadah hujan tersebut. Namun dia berjanji bakal mengumpulkan data dan informasi berkaitan dengan gagal panen yang dialami petani sawah tadah hujan.

"Belum dapat laporan,"ujar dia.

Kontributor : Julianto

Load More