SuaraJogja.id - Di tengah keterbatasan fisik, kaum disabilitas seringkali juga terkendala dalam mengakses informasi. Akibatnya banyak seniman disabilitas mengalami kesulitan untuk bisa berkarya karena tak bisa mengetahui isu-isu terkini seperti sosial, ekonomi, politik dan lainnya.
"Karenanya kami mencoba memberikan kesempatan pada teman-teman seniman disabilitas tentang lingkungan diluar dirinya karena selama ini mereka lebih banyak berbicara tentang dirinya," papar Ketua Jogja Disability Art (JDA), Sukri Budi Dharma di sela Suluh Sumurup Art Festival di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Senin (13/5/2024).
Menurut kurator tersebut, seniman disabilitas sangat membutuhkan akses informasi agar mereka memiliki jejaring lebih luas dan tak terkungkung dengan diri sendiri. Selain itu mereka bisa menghasilkan karya-karya yang lebih beragam diluar dirinya.
Bila diberi kesempatan, seniman disabilitas tak kalah dengan seniman-seniman lain yang tidak memiliki keterbatasan fisik. Mereka bahkan bisa membuat karya-karya kolaboratif.
Baca Juga: Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, 58 Ribu Tiket KA Ludes di Daop 6 Yogyakarta
"Melalui suluh sumurup bertema jumangkah kali ini, kami melibatkan seniman difabel dan memberikan ruang berkarya sekaligus unjuk karya luar biasa mereka. Ada 72 seniman difabel dari jogja dan beberapa kota lainnya yang menampilkan karya mereka," paparnya.
Sementara Nano Warsono, tim kurator mengatakan Jumangkah merupakan sebuah kata bahasa Jawa yang berarti mulai melangkah atau mulai mengerjakan. Berasal dari kata dasar jangkah yang mendapatkan sisipan um, menjadi jumangkah.
"Jangkah artinya jarak antara kaki kanan dan kaki kiri saat melangkah. Jumangkah di sini berarti sebuah proses memulai langkah dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan kemampuan diri. Secara metafora, jangkah diartikan sebagai menuju cita-cita,"jelasnya,
SSAF 2024, lanjutnya merupakan pameran kedua setelah 2023 dengan tema Gegandengan. Tahun ini tercatat 72 seniman difabel dari berbagai daerah menampilkan 202 karyanya.
Sebanyak 202 karya yang dipamerkan, dibuat oleh 7 komunitas seniman difabel Yogyakarta dan 2 dari luar Yogyakarta. Tercatat ada seniman dari Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Ambon hingga Sulawesi Utara yang ikut menampilkan karya.
Baca Juga: WAR promo The Manohara Hotel Yogyakarta!
"Lebih banyak karya seni lukis, ada patung 3 dimensi, kriya, eksperimental yang ditampilkan para seniman. Pameran akan dibuka untuk umum, 14-22 Mei," jelasnya.
Berita Terkait
-
Mengenal Nganten Keris: Upacara Pernikahan Agus Difabel yang Diwakili Keris
-
Perjalanan Habbie, UMKM yang Berkembang dengan Dukungan BRI Hingga Pecahkan MURI!
-
Warung Bu Sum: Legenda Kuliner Jogja Bertahan Berkat Resep Rahasia & Dukungan BRI
-
BNI Indonesias Horse Racing Triple Crown & Pertiwi Cup 2025 Garapan SARGA.CO Siap Pentas di Yogya
-
Cari Vila dengan Private Pool di Yogyakarta? Ini 7 Rekomendasi Terbaik
Terpopuler
- Marselino Ferdinan Dicoret Patrick Kluivert! Ini 3 Calon Penggantinya di Timnas Indonesia
- 17 HP Xiaomi Ini Tidak Didukung HyperOS 2.1, Ada Perangkatmu?
- Sebut Pegawai Luhut Sosok Asli di Foto Ijazah UGM, Roy Suryo: Saya Pastikan 99,9 Persen Bukan Jokowi
- 8 Kode Redeem FF Hari Ini 14 April 2025 Masih Aktif Siap Dipakai, Klaim Sekarang!
- Ini Syarat Pemutihan Pajak Kendaraan 2025, Warga Jateng Siap-siap Bebas Denda!
Pilihan
-
Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Kebiasaan Pakai AI: Kemajuan atau Ancaman?
-
'Di Udara' Efek Rumah Kaca: Seruan Perjuangan yang Tidak Akan Pernah Mati
-
Terus Pecah Rekor! Harga Emas Antam 1 Gram Kini Dibanderol Rp1.975.000
-
Gaikindo Peringatkan Prabowo soal TKDN: Kita Tak Ingin Industri Otomotif Indonesia Ambruk!
-
Piala Dunia U-17 2025: Perlunya Tambahan Pemain Diaspora di Timnas Indonesia U-17
Terkini
-
Omzet Ratusan Juta dari Usaha Sederhana Kisah Sukses Purna PMI di Godean Ini Bikin Menteri Terinspirasi
-
Waspada Jebakan Kerja di Luar Negeri, Menteri Ungkap Modus PMI Unprosedural Incar Anak Muda
-
Dana Hibah Pariwisata Sleman Dikorupsi? Bupati Harda Kiswaya Beri Klarifikasi Usai Diperiksa Kejari
-
Empat Kali Lurah di Sleman Tersandung Kasus Tanah Kas Desa, Pengawasan Makin Diperketat
-
Guru Besar UGM: Hapus Kuota Impor AS? Petani Lokal Bisa Mati Kutu