SuaraJogja.id - Maraknya pembangunan hotel maupun beach club di Yogyakarta dikhawatirkan banyak pihak bisa merusak ekologi air. Padahal saat ini banyak warga yang mengalami kekeringan dan kekurangan air, termasuk untuk irigasi pertanian.
Yogyakarta mestinya bisa belajar dari Jatiluwih di Kabupaten Tabanan, Bali. Dalam gambaran pelukis asal Bali, Putu Winata, desa yang terkenal dengan sistem irigasi pertanian subak itu berhasil ditetapkan menjadi warisan budaya UNESCO karena mampu memenuhi kebutuhan air dan irigasi pertanian mereka melalui organisasi pengairan subak.
"Mereka [warga Jatiluwih] menerapkan kegiatan spiritual dalam menjalankan subak untuk pertanian sekaligus menjaga ekologi air. Gambaran konsep subak dan ekologi air ini saya sampaikan lewat 12 lukisan tentang Jatiluwih bagi warga jogja," papar Putu di Kedai Kebun Forum (KKF) Yogyakarta, dikutip Kamis (4/7/2024) petang.
Putu menyatakan, tak melulu hal positif yang bisa diambil dari konsep subak dalam menjaga ekologi air yang bisa dicontoh warga ataupun pengambil kebijakan di Yogyakarta. Dampak pariwisata Subak yang mengundang banyak wisatawan ke Jatiluwih ternyata memiliki sisi gelap.
Baca Juga: DIY Jadi Provinsi Termiskin di Pulau Jawa, DPRD Desak Jumlah BLT Diperbanyak
Bilamana tidak, banyak konsep Subak membuat petani hanya bisa memanen padi dua kali dalam setahun. Selebihnya mereka harus mencari mata pencaharian lain seperti membuka kedai kopi untuk wisatawan di kawasan tersebut.
"Petani yang butuh penghasilan lain akhirnya membuka kedai kopi dan tempat untuk turis. Padahal sesuai aturan UNESCO, kelestarian lingkungan subak harus dijaga, bila tidak maka stempel warisan dunia akan dicabut. Ini menjadi pembelajaran bila sektor pariwisata mestinya tidak merusak kelestarian lingkungan. Sisi gelap ini juga coba saya gambarkan melalui warna-warna gelap dalam lukisan," tandasnya.
Putu berharap pameran lukisan abstrak kali ini menggugah kesadaran banyak pihak untuk memiliki kepedulian menjaga ekologi air. Pariwisata sah-sah saja dikembangkan secara optimal, namun kelestarian lingkungan mestinya juga diperhatikan.
Sebab permasalahan serupa bisa saja terjadi di Yogyakarta. Pemerintah daerah yang hanya memperhatikan pengembangan sektor pariwisata bisa saja merusak ekologi air atau dampak lain seperti darurat sampah bila tidak memperhatikan kelestarian lingkungan.
"Mungkin dengan pameran ini kita coba membuat kondisi yang aware pada pemerintah [dalam mengelola] pariwisata. Sekarang bagaimana kesadaran kita semua untuk menyinkronkan sistem ekologi yang baik dengan pembangunan berkarakter lingkungan," ungkapnya.
Baca Juga: Janji Tiga Hari Atasi Sampah Tak Terealisasi, Pemda DIY Desak Pemkot Buka TPS3R
Sementara Novita Riatno dari NR Manajemen mengungkapkan, pihaknya sengaja mengusung Putu Winata dalam pameran seni "Tutur Jatiluwih" yang berlangsung hingga 10 Juli 2024 ini untuk menggambarkan fenomena alam dan lanskap yang mengabaikan aturan realisme dan perspektif. Sehingga karyanya membiarkan alam tumbuh dan meluas di luar kanvas.
- 1
- 2
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi HP Samsung Murah Rp2 Jutaan: RAM Gede, Kamera Terbaik
- Cari Mobil Bekas Harga Rp35 Jutaan? Ini Rekomendasi Terbaik, Lengkap dengan Spesifikasinya!
- Dulu Hanya Sultan yang Sanggup, Kini Jadi Mobil Bekas Murah: Ini Deretan Sedan Mewah Kelas Atas
- 8 Mobil Bekas Murah 7 Seater Rp60 Jutaan, Pajaknya Lebih Murah dari Yamaha XMAX
- 5 HP Redmi Murah RAM 8 GB, Harga Sejutaan di Mei 2025
Pilihan
-
Puan Tolak Relokasi Warga Gaza, PCO: Pemerintah Cuma Mau Mengobati, Bukan Pindahkan Permanen
-
Wacana 11 Pemain Asing di Liga 1 Dibandingkan dengan Saudi Pro League
-
Dewi Fortuna di Sisi Timnas Indonesia: Lolos ke Piala Dunia 2026?
-
7 Rekomendasi Sunscreen Terbaik, Super Murah Pas buat Kantong Pelajar
-
Mitsubishi Xpander Terbaru Diluncurkan, Ini Daftar Pembaruannya
Terkini
-
Dua Laga Penentu Nasib PSS Sleman, Bupati Sleman Optimistis Super Elja Tak Terdegradasi
-
Segera Klaim! Ada 3 Link Saldo DANA Kaget, Bisa Buat Traktir Ngopi dan Nongkrong Bareng Teman
-
Banyak yang Salah Kaprah, UGM Pastikan Kasmudjo Dosen Pembimbing Akadamik Jokowi
-
Amankan Beruang Madu hingga Owa dari Rumah Warga Kulon Progo, BKSDA Peringatkan Ancaman Kepunahan
-
Polemik Lempuyangan: Keraton Bantu Mediasi, Kompensasi Penggusuran Tetap Ditolak Warga