SuaraJogja.id - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta mengungkap hasil pemantauan kondisi air dan udara di wilayahnya pada tahun 2023. Tercatat status air sungai, embung, air tanah atau sumur, dan mata air di Kota Yogyakarta dalam kondisi cemar sedangkan kualitas udara dalam kategori baik-sedang.
Hasil penentuan status mutu dengan metode Indeks Pencemaran (IP) menunjukkan bahwa status mutu air sungai secara keseluruhan tergolong dalam kategori cemar sedang. Urutan sungai di Kota Yogyakarta dengan kondisi paling tercemar dari tinggi ke rendah antara lain Sungai Winongo, Sungai Code dan Sungai Gajah Wong.
Sementara hasil pemantauan parameter wajib kualitas air sungai pada tahun 2023 berdasarkan pemeringkatan parameter pencemar sungai dari yang tertinggi hingga terendah di antaranya Fecal coliform, Total Fosfat, BOD, COD, TSS, Nitrat sebagai N, pH dan DO.
"Kalau dari hasil pemantauan itu menunjukkan adanya fluktuasi parameter kualitas air sungai, ditinjau dari penurunan dan kenaikan jumlah sampel yang melebihi ambang batas baku mutu. Sehingga untuk air sungai sendiri tidak layak untuk dikonsumsi," kata Ketua Tim Kerja Pengawas Lingkungan Hidup, Intan Dewani, dalam keterangannya, Minggu (22/9/2024).
Baca Juga: Rekrutmen KPPS Pilkada Kota Yogyakarta Dibuka, Intip Besaran Gajinya
Disampaikan Intan, Nilai Indeks Kualitas Udara (IKU) memiliki rentang 0-100. Semakin tinggi nilainya menunjukan kualitas udara yang semakin baik.
Sementara IKU di Kota Yogyakarta pada tahun 2023 dengan metode pengambilan passive sampler sebesar 84,95 yang termasuk dalam kategori baik.
PM2,5 atau partikel udara yang berukuran 2,5 mikrometer atau kurang yang berasal dari berbagai sumber misalnya asap dari kebakaran, asap dari pemanas kayu, knalpot mobil dan truk, emisi dari industri, debu hasil aktivitas pertanian dan rumah tangga.
Zat ini menjadi parameter kritis karena muncul sebagai parameter tertinggi dalam 12 bulan pengukuran kualitas udara di Kota Yogyakarta tahun 2023.
"Pencemaran yang terjadi di sungai sebagian besar penyebabnya adalah dari limbah rumah tangga berupa tinja atau aktivitas mandi, limbah cucian warga yang berada di wilayah bantaran sungai," ujarnya.
"Kemudian pencemaran juga bisa berasal dari limbah industri kecil. Selain itu juga pengolahan sampah rumah tangga yang tidak maksimal, yang harusnya sampah diolah tapi malah dibuang begitu saja," imbuhnya
Berita Terkait
-
Stasiun Jogja Diserbu Pemudik: Puncak Arus Balik Lebaran Diprediksi Besok!
-
Jakarta Bernapas Lega: Kualitas Udara Membaik di Hari Lebaran! Kota Lain Bagaimana?
-
20 Ribu Warga Berkunjung ke TMII, Air Mancur Goyang dengan Drone Show Digelar Selama Libur Lebaran
-
Ditanya Banjir Sampai Sampah saat Halalbihalal ke Megawati, Pramono: Alhamdulillah Bisa Kita Jawab
-
Tak Lagi Khawatir Kekeringan Air, Pertamina Bangun Sanitasi Air Bersih di 131 Daerah
Terpopuler
- Mudik Lebaran Berujung Petaka, Honda BR-V Terbakar Gara-Gara Ulang Iseng Bocah
- Persija Jakarta: Kalau Transfer Fee Oke, Rizky Ridho Mau Ya Silahkan
- 3 Pemain Liga Inggris yang Bisa Dinaturalisasi Timnas Indonesia untuk Lawan China dan Jepang
- Pemain Kelahiran Jakarta Ini Musim Depan Jadi Lawan Kevin Diks di Bundesliga?
- Infinix Hot 50 vs Redmi 13: Sama-sama Sejutaan Tapi Beda Performa Begini
Pilihan
-
Mees Hilgers Dituduh Pura-pura Cedera, Pengamat Pasang Badan
-
Anthony Elanga, Sang Mantan Hancurkan Manchester United
-
BREAKING NEWS! Daftar 23 Pemain Timnas Indonesia U-17 di Piala Asia U-17 2025
-
Terungkap! MisteriHilangnya Oksigen di Stadion GBK Saat Timnas Indonesia vs Bahrain
-
Tolak Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Ini Bakal Setim dengan Cristiano Ronaldo
Terkini
-
H+2 Lebaran, Pergerakan Manusia ke Yogyakarta Masih Tinggi
-
Exit Tol Tamanmartani Tidak Lagi untuk Arus Balik, Pengaturan Dikembalikan Seperti Mudik
-
Putra Prabowo Berkunjung ke Kediaman Megawati, Waketum PAN: Meneduhkan Dinamika Politik
-
BMKG Minta Warga Yogyakarta Waspadai Cuaca Ekstrem Selama Tiga Hari ke Depan
-
Berencana Balik Lebaran Lewat Tol Tamanmartani, Simak Rekayasa Lalu Lintasnya