Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Kamis, 26 September 2024 | 13:15 WIB
Abdul Halim Muslih, petahana yang kembali maju dalam kontestasi Pilkada Bantul. Berikut profil dan kisah tokoh NU yang masih kerabat Gus Mus. [Abdul Halim Muslih/Instagram]

SuaraJogja.id - Abdul Halim Muslih dipastikan kembali maju dalam kontestasi Pilkada Bantul.

Petahana Bupati Bantul tersebut maju di Pilkada 2024 menggandeng Aris Suharyanta yang diusung koalisi sembilan partai yakni PKB, Gerindra, NasDem, Golkar, PSI, Partai Garda Republik Indonesia, Partai Kebangkitan Nusantara, Partai Gelombang Rakyat Indonesia serta Partai Buruh.

Berikut profil singkat sosok Abdul Halim Muslih yang masih memiliki hubungan dekat dengan ulama kharismatik.

Abdul Halim Muslih lahir di Rembang, 29 April 1970.

Baca Juga: Dua Stadion Ini Bakal Jadi Lokasi Kampanye Akbar Pilkada Kota Yogyakarta 2024

Keluarga

Ia diketahui memiliki istri bernama Emi Masruroh.

Dari pernikahan tersebut Abdul Halim Muslih dan Emi dikaruniai dua anak yakni Alwa Sofa serta Naila Marwa.

Pendidikan

Pejabat yang kini tinggal di kawasan Singosaren, Wukirsari, Imogiri, Bantul tersebut menghabiskan masa mudanya di Rembang.

Baca Juga: Dari Kasus Fufufafa, Pilkada 2024 Jadi Ajang Bongkar Jejak Digital Calon Kepala Daerah

Dikutip dari website resmi Pemkab Bantul, pendidikan dasar Abdul Halim Muslih semuanya dijalani ketika di Rembang, Jawa Tengah.

Ia tercatat menyelesaikan SD di SD Nawawiah Rembang (1977-1983), kemudian melanjutkan ke MTs Muallimin Muallimat Rembang (1981-1986). Selanjutnya meneruskan ke MA Muallimin Muallimat Rembang (1994-2000).

Disamping melakoni pendidikan formal, Abdul Halim Muslih juga menghabiskan masa mudanya mendalami agama dengan nyantri di Ponpes Al-Irsyad Rembang (1981-1986), kemudian di Ponpes Roudhotut Tholibin Rembang (1981-196) serta ke Ponpes Al-Mahalli Pleret (1994-2000).

Karier

Sebelum menjadi bupati, karier politiknya dimulai sebagai anggota legislatif.

Tercatat, Abdul Halim Muslih pernah menjadi anggota DPRD DIY periode 2004-2009. Kemudian berlanjut di periode keduanya yakni pada 2009-2014.

Setelah itu, Abdul Halim Muslih maju dalam kontestasi Pilkada Bantul 2015 mendampingi Suharsono.

Pasangan Suharsono-Abdul Halim Muslih memenangkan kontestasi Pilkada Bantul 2015 dengan perolehan 257.576 suara atau sekitar 53 persen.

Sedangkan lawannya kala itu Sri Surya Widati memeroleh 228.186 suara atau sekitar 47 persen.

Abdul Halim pun mampu mengulang kesuksesan pada Pilkada Bantul 2020. Pada gelaran tersebut, Abdul Halim Muslih maju sebagai calon bupati berdampingan dengan Joko B Purnomo.

Organisasi

Abdul Halim Muslih diketahui juga aktif dalam berorganisasi.

Ia tercatat pernah menduduki jabatan strategis di sejumlah organisasi.

Ketua LTN PCNU Bantul periode 1995-2000.
Sekretaris DPC PKB Bantul periode 1999-2009.
Wakil Ketua DPW PKB periode 2004-2009.
Ketua DPC PKB Bantul periode 2012-sekarang.
Direktur Utama PT PKPSD DIY periode 2015-sekarang.

Latar Belakang

Mengutip dari Buku Saya dan Bantul karya Agus Wahyudi dan R Toto Sugiarto, Abdul Halim Muslih diketahui merupakan santri tulen.

Ia masih memiliki garis kerabat dengan ulama kharismatik asal Rembang yang jamak dikenal sebagai Gus Mus.

Ia juga merupakan adik ipar dari almarhum KH Mujab Mahalli.

Dikirim ke Kuwait

Seperti dikutip dari Viva.co.id, Abdul Halim Muslih ketika muda sempat dikirim ke Kuwait.

Hal itu terjadi ketika ia terpilih dalam program pertukaran pelajar ke luar negeri yang diinisiasi oleh Nahdlatul Ulama pada 1990.

Namun, bersama sejumlah santri lainnya asal Rembang, Abdul Halim Muslih sempat mengalami nasib apes.

Sekolahnya di Kuwait sempat berhenti lantaran terdampak invasi Irak di bawah presiden Saddam Husein, yang dikenal sebagai perang teluk.

Gegara perang, Abdul Halim Muslih dkk pun harus mengungsi ke Kedubes RI di Yordania lalu dipulangkan ke Indonesia dan dilarang kembali dalam jangka waktu tak tentu.

"Saya masih pelajar SMA ketika dikirim ke Kuwait itu. Begitu ada perang, saya dipulangkan kemudian melanjutkan studi ke Madrasah Aliyah di Rembang. Pendidikan ditempuh selama dua tahun, lulus pada 1992," terangnya.

Hijrah ke Yogyakarta

Abdul Halim Muslih merantau ke Yogyakarta setelah diterima di Fakultas Ekonomi UGM.

Di saat bersamaan, ia juga diterima di Jurusan Akidah dan Filsafat IAIN Sunan Kalijaga atau UIN Sunan Kalijaga sekarang.

Meski diterima di UGM, Abdul Halim hanya sanggup menjalani selama 6 semester saja. Di IAIN ia bahkan tak lulus.

Gagal melanjutkan studi di perguruan tinggi, Abdul Halim kemudian memilih nyantri di Ponpes Al Mahalli Brajan, Wonokromo, Pleret, Bantul.

Di bawah asuhan KH Mujab Mahalli itulah, ia kemudian mengenal dunia politik.

Load More