SuaraJogja.id - Yayuk, salah seorang warga Bong Suwung sejak beberapa hari lalu masih diliputi kebingungan. Tempat tinggalnya di kawasan emplasemen atau jalur kereta api, kini telah digusur pasca penerapan kebijakan sterilisasi oleh PT KAI.
Meski mendapatkan uang kompensasi sebesar Rp 200 ribu per meter persegi, perempuan 60 tahun yang harus menggunakan kursi roda dalam aktivitas kesehariannya tersebut tak memiliki tempat tinggal lain. Untuk menyewa atau beli rumah pasca pembongkaran juga tak mungkin di tengah tingginya harga atau sewa rumah di Yogyakarta.
"Tidak tahu harus pindah kemana karena belum nemu (menemukan-red) rumah lagi, tapi pinginnya pindah dekat rel," ujar Yayuk di Yogyakarta, Sabtu (28/9/2024).
Yayuk mengaku saat ini tinggal bersama ayahnya yang sakit asma. Dia juga sudah cerai dari suaminya dan tidak memiliki anak.
Selama ini, ayah Yayuk mencukupi kebutuhan keduanya dengan mencari rongsok. Sebab mereka luput dari bantuan sosial (bansos) pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah.
"Kalau pas tidak punya [uang], ya dibantu tetangga buat makan," jelasnya.
Yayuk berharap ada bantuan dari siapapun juga agar dia bisa kembali berdaya secara ekonomi dan memiliki tempat tinggal. Apalagi sebelum lumpuh, dia pernah berjualan di warung.
"Saya ingin jualan lagi dan punya rumah karena ini sudah mulai hujan," jelasnya.
Ketua Paguyuban Bong Suwung, Joko Nugroho, menjelaskan dari sekitar 164 warga yang tinggal di Bong Suwung, ada dua warga difabel yang selama ini banyak bergantung pada tetangga sebelah. Yayuk merupakan warga difabel yang terparah karena mengalami kelumpuhan.
Baca Juga: Geruduk Kantor PT KAI, Puluhan Warga Bong Suwung Tuntut Kenaikan Kompensasi
"Kalau bu Yayuk memang yang paling parah karena untuk aktivitas harus digendong warga kalau tidak pakai kursi roda," jelasnya.
Meski sudah menyepakati uang kompensasi sebesar Rp 200 ribu per meter persegi untuk bangunan semi permanen dan Rp 250 ribu per meter persegi, sebagian dari mereka belum mendapatkan tempat tinggal pengganti.
Apalagi banyak warga yang sudah berpuluh-puluh tahun tinggal di Bong Suwung. Mereka sudah memiliki keluarga dan tinggal di kawasan tersebut.
"Warga sudah harus bongkar [rumah] tapi belum punya tempat tinggal [pengganti]. Padahal banyak yang tidak punya penghasilan. Tidak tahu harus bagaimana," imbuhnya.
Sterilisasi Jalan Terus
Setelah mengosongkan Bong Suwung, Daop 6 berencana akan melaksanakan kebijakan serupa di sejumlah kawasan jalur rel Kereta Api (KA) lainnya.
- 1
- 2
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Tempat Netral yang Lebih Cocok Jadi Tuan Rumah Round 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- Drawing Round 4 Kualifikasi Piala Dunia: Timnas Indonesia Masuk Pot 3, Siapa Lawannya?
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Murah Berdesain Mewah: Harga Mulai Rp 60 Jutaan
- Striker Langganan STY Tak Dipanggil Patrick Kluiver Berakhir Main Tarkam
- 5 Mobil Bekas buat Touring: Nyaman Dalam Kabin Lapang, Tangguh Bawa Banyak Orang
Pilihan
-
5 Rekomendasi Mobil Bekas Kapasitas 8 Orang, Kursi Nyaman untuk Perjalanan Jauh
-
Kisah Pilu dari Ngaran Krajan: Kampung Juru Kunci Candi Borobudur yang Digusur dan Dilupakan
-
Bau Busuk Pantura, Petani Tambak Demak Merugi Puluhan Juta: Limbah Pabrik Bunuh Ribuan Ikan!
-
Timnas Indonesia Dilumat Jepang, Media Korsel: Penak Jaman STY Toh?
-
Update Ranking FIFA Timnas Indonesia, Turun Usai Dibantai Jepang!
Terkini
-
Dikritik Seknas Fitra, Jogja Usulkan Pengembangan Empat Kampung Nelayan Merah Putih
-
Helm Jatuh Picu Tabrakan di Sleman, Ini Tips Aman Berkendara di Situasi Ramai
-
BSU Efektif Dongkrak Ekonomi? Ekonom UGM Ungkap Fakta Mengejutkan Soal Dampak Jangka Panjang
-
PSIM Liga 1, Sultan Izinkan Stadion Maguwoharjo jadi Homebase
-
Sidang Ijazah Palsu Jokowi: Mediasi Berjalan, UGM Tolak Mentah-Mentah Serahkan Ijazah?