"Jadi salah satu upayanya ya win-win solutionnya, ya jalannya lancar, jalan berkeselamatan ya upaya secara fisik dilakukan pembatasan kecepatan," sambungnya.
Di sisi lain, Agus tak menampik pemasangan rambu lalu lintas misal batas maksimal kecepatan pun kerap diabaikan para pengendara.
"Tidak hanya bicara di jalan itu (Letjen Suprapto), banyak tempat kita juga lakukan upaya untuk endingnya dari pelayanan publik itu di perhubungan itu kan keselamatan itu saja. Jadi memang upaya kita adalah bicara keselamatan," tegasnya.
Terkait spesifikasi pita penggaduh atau polisi tidur yang dirasakan sejumlah masyarakat lebih tinggi dari yang lain, Agus bilang hal itu memang digunakan untuk mengurangi kecepatan. Walaupun pada dasarnya rumble strip sebenarnya bukan alat pengurang kecepatan.
"Itu (rumble strip) kan sebenarnya untuk memberi tahu kepada pengguna jalan bahwa di depan akan ada objek tertentu. Nah kebetulan salah satu manfaatnya agar orang mengurangi kecepatannya," ungkapnya.
Kajian teknis pun telah dilakukan oleh Dishub Kota Jogja untuk pemasangan pita penggaduh. Secara ukuran, diungkap Agus, pita penggaduh di Jalan Letjen Suprapto itu memiliki tinggi 3 centimeter.
"Secara teknis, rambu yang dipasang masih di bawah standar teknis yang seharusnya. Jadi memang kalau ada yang bilang tingginya 15 cm, itu tidak benar, hanya 3 cm," paparnya.
Pita penggaduh itu mau tak mau membuat pengendara menahan laju kendaraannya lebih cepat. Sebab jika tetap nekat memaksa tancap gas saat melintas, bukan tak mungkin bodi motor yang ditunggangi bisa rontok.
"Awalnya mungkin terasa tapi saat melintas dengan kecepatan 15 km per jam, tidak akan terasa. Kecepatan maksimal di jalan kota ini adalah 30 km per jam. Maka, jika melewati titik tersebut dengan kecepatan 15 km per jam, ya tidak ada masalah," pungkasnya.
Baca Juga: Dipasang Demi Keselamatan, Rumble Strip di Jalan Letjen Suprapto Jogja justru Diprotes
Berita Terkait
-
1,3 Juta Kendaraan Pemudik Balik ke Jakarta, Polri Klaim Lalin Lancar dan Angka Kecelakaan Turun
-
3 Mahasiswi Tewas Terbakar di Mobil Listrik Xiaomi SU7: Ini Kronologi dan Tanggapan Perusahaan
-
Puncak Arus Balik, 31 Ribu Orang Diberangkatkan dari Daop 6 Yogyakarta
-
Ratusan Kecelakaan Lalu Lintas Terjadi di Masa Arus Mudik dan Balik Lebaran
-
Arus Balik Tetap Asyik, Asal Taat dan Perhatian di Jalan Tol
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- Baru Sekali Bela Timnas Indonesia, Dean James Dibidik Jawara Liga Champions
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Terungkap, Ini Alasan Ruben Onsu Rayakan Idul Fitri dengan "Keluarga" yang Tak Dikenal
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
Pilihan
-
7 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan RAM 8 GB Terbaik April 2025
-
Kurs Rupiah Selangkah Lagi Rp17.000 per Dolar AS, Donald Trump Biang Keroknya
-
Libur Lebaran Usai, Harga Emas Antam Merosot Rp23.000 Jadi Rp1.758.000/Gram
-
Jadwal Timnas Indonesia U-17 vs Yaman, Link Live Streaming dan Prediksi Susunan Pemain
-
Minuman Berkemasan Plastik Berukuran Kurang dari 1 Liter Dilarang Diproduksi di Bali
Terkini
-
Jadi Binaan BRI, UMKM Unici Songket Silungkang Mampu Tingkatkan Skala Bisnis
-
Arus Balik Lebaran 2025: BRI Hadirkan Posko BUMN di Tol dan Bandara untuk Kenyamanan Pemudik
-
Prabowo Didesak Rangkul Pengusaha, Tarif Trump 32 Persen Bisa Picu PHK Massal di Indonesia?
-
Viral, Mobil Digembosi di Jogja Dishub Bertindak Tegas, Ini Alasannya
-
Tanggapi Langkah Tarif Trump, Wali Kota Jogja: Kuatkan Produk Lokal!