Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Minggu, 20 Oktober 2024 | 11:27 WIB
Pelaksana tugas Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman Suparmono bersama petani milenial Godean. (ANTARA/HO-Dokumen pribadi Suparmono)

“Jaminan pasarnya ada, seberapapun hasil panennya bisa disetorkan ke pasar lelang. Jadi petani fokus memproduksi” terangnya.

Sebagaimana diketahui bahwa pasar lelang cabai dan sayuran dibentuk berdasarkan inisiasi dari Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman dan dikelola oleh Koperasi Perkumpulan Petani Hortikultura Puncak Merapi (PPHPM). Terdapat 14 titik kumpul lelang cabai dan sayuran se Kabupaten Sleman yang berpusat di Purwobinangun, Pakem.

“Meskipun jauh dari rumah, tapi saya tetap setor di pusat karena juga membutuhkan konsultasi teknologi budidaya pertanian” ucap petani yang pernah mendapatkan penghargaan sebagai Top 3 petani yang akumulasi setorannya paling tinggi di PPHPM.

Menurut Subiyanto, dengan tergabung dalam Koperasi PPHPM, selain memudahkan pemasaran hasil, kami juga belajar mengoptimalkan hasil dengan inovasi-inovasi teknologi pertanian yang semakin maju. Misalnya saja saat mengeluhkan sulitnya pasokan air untuk budidaya timun, Subiyanto dibimbing dan difasilitasi untuk menerapkan teknologi irigasi tetes untuk budidaya hortikultura.

Baca Juga: Bawaslu Sleman Periksa Panewu Anom Godean dan Lurah Sidoluhur Terkait Dugaan Pelanggaran Netralitas, Ini Hasilnya

“Kami mengikuti pelatihan, mendapat bantuan mulsa serta diberi instalasi irigasi tetes dari Dinas Pertanian Sleman melalui PPHPM” jelas Subiyanto.

Subiyanto merasakan betul manfaat menerapkan irigasi tetes di lahannya. Saat ini ia menanam ketimun baby dengan luas total 5.500 meter persegi dengan usia 10 hari karena keterbatasan alat, tanaman ketimun di lahan sawah yang menggunakan irigasi tetes baru 1.200 meter persegi saja.

“Daya hidupnya lebih tinggi, karena airnya cukup. Selain itu lebih hemat tenaga kerja karena pupuk sudah dilarutkan," kata Subiyanto.

Menurut Subiyanto, tanaman timun di lahan konvensional (tanpa teknologi irigasi tetes) keadaannya memprihatinkan, banyak biji yang tidak tumbuh dan harus disulami.

"Kami melakukan pemeliharaan secara optimal dengan melakukan penyiraman secara manual setiap pagi dan sore hari di ribuan lubang tanam ketimunnya," katanya.

Baca Juga: Dilakukan Sejak 2019, Ini Hal Mengerikan yang Dilakukan Guru Les Pelaku Pencabulan di Sleman

Load More