Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Minggu, 20 Oktober 2024 | 11:27 WIB
Pelaksana tugas Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman Suparmono bersama petani milenial Godean. (ANTARA/HO-Dokumen pribadi Suparmono)

Subiyanto merasakan betul manfaat menerapkan irigasi tetes di lahannya. Saat ini ia menanam ketimun baby dengan luas total 5.500 meter persegi dengan usia 10 hari karena keterbatasan alat, tanaman ketimun di lahan sawah yang menggunakan irigasi tetes baru 1.200 meter persegi saja.

“Daya hidupnya lebih tinggi, karena airnya cukup. Selain itu lebih hemat tenaga kerja karena pupuk sudah dilarutkan," kata Subiyanto.

Menurut Subiyanto, tanaman timun di lahan konvensional (tanpa teknologi irigasi tetes) keadaannya memprihatinkan, banyak biji yang tidak tumbuh dan harus disulami.

"Kami melakukan pemeliharaan secara optimal dengan melakukan penyiraman secara manual setiap pagi dan sore hari di ribuan lubang tanam ketimunnya," katanya.

Baca Juga: Bawaslu Sleman Periksa Panewu Anom Godean dan Lurah Sidoluhur Terkait Dugaan Pelanggaran Netralitas, Ini Hasilnya

Load More