SuaraJogja.id - Akademisi ikut bersuara terkait ricuhnya demonstrasi mahasiswa Papua yang ada di Jogja. Aksi demo merupakan sesuatu yang wajar di era demokrasi, hanya saja jangan keluar dari jalur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pengamat politik asal UMY, Zuly Qodir mengatakan sebagian kecil warga Papua yang mengatasnamakan pejuang demokrasi dan HAM beranggapan bahwa negara dalam hal ini pemerintah pusat memperlakukan Papua itu secara tidak adil. Karena merasa selalu diperlakukan tidak adil, maka mereka selalu membuat semacam tindakan-tindakan negatif dan yang paling ekstrim adalah menuntut Papua Merdeka.
"Tetapi perlu diketahui kelompok masyarakat yang menuntut Papua Merdeka itu tidak lebih banyak dari warga Papua yang jumlahnya mencapai 2 juta orang," ujar dia, Rabu (4/12/2024).
Dia menilai ada peran-peran dunia internasional yang membackup tentang gerakan dari para aktivis baik aktivis HAM ataupun aktivitas demokrasi. Peran internasional itulah yang kemudian membuat mereka semakin bersemangat melakukan aksinya.
Baca Juga: Demo Free West Papua di Jogja Berakhir Ricuh, Sultan HB X Sampaikan Hal Penting Ini
Padahal menurut Zuly, apa yang telah dilakukan negara terhadap warga Papua jauh lebih baik jika dibandingkan dengan era presiden-presiden sebelumnya. Sehingga ekspresi dari gerakan-gerakan demokrasi dan HAM untuk menuntut Papua Merdeka sudah tidak realistis lagi.
"Tetapi kita tahu merdeka apakah akan sesuai dengan harapan?, kita lihat bagaimana yang terjadi dengan Timor Leste yang sekarang sudah menjadi negara yang lepas dari Indonesia. Apakah warga negaranya sudah sebaik dari apa yang mereka inginkan?, yaitu lepas dari Indonesia semacam itu," kata Zuly mencontohkan.
Maka dari itu, Zuly juga kembali mengingatkan sikap dari aktivis yang kerap menarasikan pelanggaran-pelanggaran HAM terhadap orang Papua yang menginginkan merdeka. Zuly juga mempertanyakan ada berapa ratus ribu warga Papua yang ingin merdeka.
Sejauh dirinya berkecimpung di dunia pendidikan, tak jarang ia membuka dialog dengan mahasiswa Papua yang mendapatkan beasiswa. Dari dua ribu lebih orang yang ada di Jogja, mayoritas ingin kembali ke daerah tinggalnya untuk kembali membangun Papua.
"Saya tanya itu ke temen-temen aktivis di Jogja, mereka tidak dapat menjawab. Paling hanya 20 orang saja. kalau begitu bagaimana coba?" tutur dia.
Baca Juga: Soroti Aksi Mahasiswa Papua di Jogja Berujung Ricuh, Gus Hilmy: Masyarakat Jengah
Zuly tak mau berspekulasi banyak nasib Papua ke depan, meski begitu jika Papua benar-benar merdeka, apakah warganya benar-benar mendapatkan kesejahteraan yang dicita-citakan?. Seperti mendapat keadilan politik, keadilan agama dan semacamnya.
Berita Terkait
-
Eks Kapolsek Mulia Puncak Jaya Papua Tewas Ditembak TPNPB-OPM di Depan Warung Kelontong Miliknya
-
Siti Zuhro: Stagnasi Bisa Ancam Kredibilitas Pemerintahan Prabowo
-
Tembak Mati Eks Kapolsek Mulia di Puncak Jaya, OPM: Kami Siap Perang sampai Dunia Kiamat!
-
Grok dan Letupan Kritik saat Demokrasi Makin Tercekik
-
Ironi Pilkada Puncak Jaya; Konflik Berdarah, Penyelenggara Pemilu dan Aparat Keamanan Dipertanyakan
Terpopuler
- Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
- Agama Titiek Puspa: Dulu, Sekarang, dan Perjalanan Spiritualnya
- Lisa Mariana Ngemis Tes DNA, Denise Chariesta Sebut Tak Ada Otak dan Harga Diri
- 6 Perangkat Xiaomi Siap Cicipi HyperOS 2.2, Bawa Fitur Kamera Baru dan AI Cerdas
- Kang Dedi Mulyadi Liburkan PKL di Bandung Sebulan dengan Bayaran Berlipat
Pilihan
-
Profil CV Sentosa Seal Surabaya, Pabrik Diduga Tahan Ijazah Karyawan Hingga Resign
-
BMKG Bantah Ada Anomali Seismik di Bogor Menyusul Gempa Merusak 10 April Kemarin
-
6 Rekomendasi HP Rp 4 Jutaan Terbaik April 2025, Kamera dan Performa Handal
-
5 Rekomendasi HP Rp 2 Jutaan Snapdragon, Performa Handal Terbaik April 2025
-
Hasil BRI Liga 1: Diwarnai Parade Gol Indah, Borneo FC Tahan Persib Bandung
Terkini
-
Pemkot Yogyakarta Gelar Pemeriksaan Kesehatan Lansia Gratis Tiap Bulan, Catat Tanggal dan Lokasinya!
-
Psikolog UGM Soroti Peran Literasi Digital dan Kontrol Diri
-
Pascaefisiensi Anggaran, Puteri Keraton Yogyakarta Pertahankan Kegiatan Budaya yang Terancam Hilang
-
Komunikasi Pemerintah Disorot: Harusnya Rangkul Publik, Bukan Bikin Kontroversi
-
Sehari Dua Kecelakaan Terjadi di Sleman, Satu Pengendara Motor Meninggal Dunia