Namun, kritik seperti ini sering kali berbasis pada pola pikir argumentum ad populum—yakni mengandalkan sentimen nasionalisme sempit yang mengasumsikan bahwa semua yang lokal lebih baik, hanya karena diterima oleh mayoritas pendukung lokal. Misalnya, ada narasi bahwa
"produk asing tidak mencerminkan Indonesia," seolah-olah keberhasilan lokal hanya bisa dicapai dengan menutup diri dari dunia luar. Ini adalah ilusi kolektif yang sering kali tidak relevan dalam konteks persaingan global. Dalam kenyataannya, pasar internasional tidak
mengenal produk lokal kita tanpa jembatan global yang relevan.
Nasionalisme tertutup ini mirip dengan sebuah restoran lokal yang memaksa hanya menyajikan makanan tradisional tanpa inovasi atau kemasan menarik, sambil terus berteriak, "Ini makanan lokal, makan saja karena ini milik kita!" Padahal, tanpa branding yang menarik, pasar global tidak akan melirik. Sama halnya, tanpa kolaborasi global, budaya Indonesia mungkin tetap kaya, tetapi hanya menjadi kebanggaan internal yang kurang dikenal di luar negeri.
Sebaliknya, nasionalisme terbuka adalah tentang strategi. Misalnya, bayangkan jika Indonesia berhasil meyakinkan Ubisoft untuk membuat Assassin’s Creed: Nusantara.
Assassin’s Creed adalah seri gim terkenal buatan Ubisoft yang dikenal karena menggabungkan sejarah dunia nyata dengan fiksi dalam petualangan epik. Setiap gim membawa pemain ke lokasi bersejarah, seperti Mesir, Italia Renaisans, atau Jepang feodal, sambil menyelami intrik dan konflik antara dua faksi utama, Assassin dan Templar.
Membayangkan seri ini mengangkat sejarah Indonesia, seperti era Majapahit atau Perang Diponegoro, bukan hanya akan memperkenalkan budaya Indonesia secara mendalam kepada dunia, tetapi juga membuat sejarah lokal menjadi menarik
bagi generasi muda global.
Menolak produk asing hanya karena mereka berasal dari luar negeri, atau bahkan mengerdilkan merek besar seperti Pokemon dengan menyebut mereka "UMKM" karena sentimen anti-asing, adalah pola pikir yang dangkal. Tindakan ini mencerminkan bentuk nasionalisme yang tidak berdasar pada fakta, tetapi pada kebanggaan semu yang gagal melihat gambaran besar.
Nasionalisme bukan berarti menutup diri dari dunia luar, melainkan menggunakan kekuatan lokal secara strategis untuk bersaing di pasar global.
Kolaborasi seperti antara Garuda Indonesia dan Pokémon, atau ide seperti Assassin’s Creed: Nusantara, menunjukkan bahwa nasionalisme bukan soal menolak budaya asing, melainkan soal bagaimana menggunakan elemen global untuk memperkuat budaya lokal. Dalam dunia
yang semakin terhubung, keberhasilan identitas nasional diukur dari bagaimana ia mampu beradaptasi dan bersinar di panggung global, bukan dari isolasi semata.
Nasionalisme, seperti elang muda dalam cerita burung hantu, harus diarahkan dengan bijak. Ia bukan sekadar kebanggaan tanpa arah, tetapi kekuatan yang mampu membawa kita terbang
lebih tinggi di panggung global.
Nasionalisme sejati bukan tentang menolak pengaruh asing atau memaksakan simbolisme lokal secara kaku, melainkan tentang bagaimana menggunakan segala peluang untuk memperkuat identitas dan posisi kita.
Berita Terkait
-
Temui Jokowi dan Megawati, Gibran Sebut Didit Prabowo Jadi Sosok Pemersatu Bangsa
-
Dari Ruang Kelas ke Panggung Politik: Peran Taman Siswa dalam Membentuk Identitas Bangsa
-
Dubes Iran: Zionis Israel Ciptakan Opini Publik Agar Genosida Palestina Terlihat Biasa
-
Inklusivitas di Tempat Kerja: Kunci Pemberdayaan Perempuan Menuju Kepemimpinan Masa Depan
-
Israel Serang Rumah Sakit Nasser di Gaza: Pemimpin Hamas Tewas, Kebakaran Besar Berkobar
Terpopuler
- Mudik Lebaran Berujung Petaka, Honda BR-V Terbakar Gara-Gara Ulang Iseng Bocah
- Persija Jakarta: Kalau Transfer Fee Oke, Rizky Ridho Mau Ya Silahkan
- 3 Pemain Liga Inggris yang Bisa Dinaturalisasi Timnas Indonesia untuk Lawan China dan Jepang
- Pemain Kelahiran Jakarta Ini Musim Depan Jadi Lawan Kevin Diks di Bundesliga?
- Infinix Hot 50 vs Redmi 13: Sama-sama Sejutaan Tapi Beda Performa Begini
Pilihan
-
Mees Hilgers Dituduh Pura-pura Cedera, Pengamat Pasang Badan
-
Anthony Elanga, Sang Mantan Hancurkan Manchester United
-
BREAKING NEWS! Daftar 23 Pemain Timnas Indonesia U-17 di Piala Asia U-17 2025
-
Terungkap! MisteriHilangnya Oksigen di Stadion GBK Saat Timnas Indonesia vs Bahrain
-
Tolak Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Ini Bakal Setim dengan Cristiano Ronaldo
Terkini
-
Kilas Gunungkidul: Kecelakaan Maut Terjadi Selama Libur Lebaran, Seorang Anggota Polisi Jadi Korban
-
Malioboro Mulai Dipadati Wisatawan Saat Libur Lebaran, Pengamen Liar dan Perokok Ditertibkan
-
Urai Kepadatan di Pintu Masuk Exit Tol Tamanmartani, Polisi Terapkan Delay System
-
Diubah Jadi Searah untuk Arus Balik, Tol Jogja-Solo Prambanan-Tamanmartani Mulai Diserbu Pemudik
-
BRI Lestarikan Ekosistem di Gili Matra Lewat Program BRI Menanam Grow & Green