SuaraJogja.id - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Hilmy Muhammad, menanggapi wacana libur sebulan saat Ramadan. Menurutnya kebijakan itu tidak masalah untuk diterapkan.
"Kebijakan ini bagus dan perlu disambut baik karena mengajarkan esensi puasa kepada siswa. Dalam setahun, dalam 12 bulan, mari kita berikan satu bulan penuh untuk lebih menebalkan spiritual dan karakter anak," kata Hilmy dalam keterangan tertulis dikutip, Minggu (5/1/2025).
Pria yang akrab disapa Gus Hilmy, menilai kebijakan itu sebaiknya bersifat sunnah mu’akkadah atau anjuran penting untuk dilaksanakan di sekolah. Gus Hilmy menyoroti pendapat kontra umumnya datang dari masyarakat perkotaan.
"Kebijakan ini tentu tidak jadi masalah bagi pesantren dan masyarakat di desa, tapi di perkotaan, ini dilematis. Satu sisi ini kesempatan bagi keluarga dan pendidikan karakter anak, di sisi lain, orang tua khawatir tidak bisa mengawasi anaknya karena berbagai kesibukannya," ucapnya.
Baca Juga: Jadi Tujuan Wisata Favorit, Sebanyak 30 Ribu Penumpang KA Masuk Jogja dalam Sehari
"Tapi sekali lagi, sebulan saja dari 12 bulan untuk bersama anak. Tinggal dibuat kesepakatan dengan anak atau cari formula yang tepat sesuai dengan parenting yang diikuti," imbuhnya.
Untuk membantu orang tua, sekolah dapat membuat program sekolah pesantren sebagaimana pernah dilakukan pada era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
"Prinsipnya mengalihkan pembelajaran, yang semula diajarkan mata pelajaran, pada bulan Ramadhan diselenggarakan sekolah pesantren. Di masa Gus Dur dulu kan begitu. Di samping itu, siswa diberi tugas catatan kecil harian yang diserahkan kepada guru besok harinya. Ini menjadi dasar pemantauan guru atau dasar memberi nilai," ungkapnya.
Dia menilai konsep pesantren sudah teruji bertahun-tahun dengan kurikulum yang paten. Tidak hanya diberikan pelajaran tapi juga dibimbing dan diberi contoh langsung.
Libur ramadan, menurut Gus Hilmy, juga menguntungkan bagi guru untuk meningkatkan ibadah. Bagi sekolah-sekolah umum, usul Gus Hilmy, bisa bekerja sama dengan pesantren untuk merancang sekolah pesantren.
Baca Juga: Protes Gus Hilmy soal PPN 12 Persen: Pemerintah Tambah Utang, Rakyat yang Bayar?
Jika perlu sekolah bisa mendorong para orang tua untuk memasukkan sementara anaknya ke pesantren selama ramadan. Hal itu dipercaya dapat meningkatkan pemahaman antar latar belakang dan perbedaan yang ada.
Berita Terkait
-
Kamis Putih Libur Tidak? Cek Informasi Rangkaian Pekan Suci Paskah
-
Kawasan Pesisir Jakarta Jadi Primadona Wisata Selama Libur Lebaran 2025, Ini Daya Tariknya
-
Hanya Sejam dari Solo, 4 Destinasi Wisata Keluarga Ini bikin Long Weekend Anda Berkesan
-
Apakah Hari Kartini Libur Tanggal Merah? Jangan Keliru, Ini Aturan Resmi Pemerintah
-
Kerja Lembur di Hari Libur? Jangan Sampai Rugi! Ini Cara Hitung Upah Lemburmu!
Terpopuler
- Marselino Ferdinan Dicoret Patrick Kluivert! Ini 3 Calon Penggantinya di Timnas Indonesia
- 17 HP Xiaomi Ini Tidak Didukung HyperOS 2.1, Ada Perangkatmu?
- Sebut Pegawai Luhut Sosok Asli di Foto Ijazah UGM, Roy Suryo: Saya Pastikan 99,9 Persen Bukan Jokowi
- 8 Kode Redeem FF Hari Ini 14 April 2025 Masih Aktif Siap Dipakai, Klaim Sekarang!
- Ini Syarat Pemutihan Pajak Kendaraan 2025, Warga Jateng Siap-siap Bebas Denda!
Pilihan
-
Gaikindo Peringatkan Prabowo soal TKDN: Kita Tak Ingin Industri Otomotif Indonesia Ambruk!
-
Piala Dunia U-17 2025: Perlunya Tambahan Pemain Diaspora di Timnas Indonesia U-17
-
Perhatian! Harga Logam Mulia Diprediksi Akan Terus Alami Kenaikan
-
Baru Masuk Indonesia, Xpeng Diramalkan Segera Gulung Tikar
-
Profil Helmy Yahya yang Ditunjuk Dedi Mulyadi jadi Komisaris Independen Bank BJB
Terkini
-
Omzet Ratusan Juta dari Usaha Sederhana Kisah Sukses Purna PMI di Godean Ini Bikin Menteri Terinspirasi
-
Waspada Jebakan Kerja di Luar Negeri, Menteri Ungkap Modus PMI Unprosedural Incar Anak Muda
-
Dana Hibah Pariwisata Sleman Dikorupsi? Bupati Harda Kiswaya Beri Klarifikasi Usai Diperiksa Kejari
-
Empat Kali Lurah di Sleman Tersandung Kasus Tanah Kas Desa, Pengawasan Makin Diperketat
-
Guru Besar UGM: Hapus Kuota Impor AS? Petani Lokal Bisa Mati Kutu