SuaraJogja.id - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan pagelaran wayang dengan lakon "Wisanggeni Lahir" yang digelar hari ini, Jumat malam, menggambarkan suasana kebatinan partai berlambang banteng moncong putih itu.
Dia juga menekankan bahwa ada teladan dan pelajaran yang bisa direfleksikan dari dua tokoh dalam lakon itu, yakni dari Wisanggeni dan Batara Narada yang kontekstual dengan kondisi saat ini.
"Cerita Lahirnya Wisanggeni; Wisanggeni itu artinya racun api; dia menggambarkan seluruh suasana kebatinan PDI Perjuangan. Kita lahir bukan di tengah kasur empuk, tapi di tengah gemblengan sejarah. Justru di tengah gemblengan mahadashyat, hadir dalam sosok bayi yang dibuang di Candradimuka, tak hilang dan lenyap, tapi tumbuh menjadi ksatria sakti yang cinta kebenaran dan setia kepada rakyat,”"kata Hasto dalam keterangannya di Jakarta.
Hasto menceritakan singkat kisah Lahirnya Wisanggeni, anak dari Arjuna dan Batara Dresanala. Hubungan pasangan ini membuat Dewasrani (anak dari Batara Guru dan Dewi Durga) cemburu.
Dewasrani membujuk Dewi Durga agar bisa memisahkan hubungan Arjuna dan Dresanala. Dengan otoritas Batara Guru, dilakukan pemisahan paksa.
Batara Narada dengan kejernihan alam pikir dan moralnya, melakukan protes atas itu. Namun, ambisi kekuasaan Batara Guru sangat brutal hingga memerintahkan agar bayi dalam kandungan Dresanala dipaksa lahir lebih cepat, dan bayinya dibuang ke kawah Candradimuka.
Sang bayi, bernama Wisanggeni, mengalami keajaiban. Bukannya mati, namun pembuangan ke kawah justru menjadikannya sakti mandraguna, dan mampu menegakkan kebenaran dan keadilan.
Dari kisah itu, Hasto mengatakan ada beberapa pesan. Pertama, ketidakadilan bisa terjadi seperti dirasakan oleh Dreaanala lantaran dunia menjadi gelap.
Kendati demikian, pada akhirnya keadilan akan datang, karena akhir kisah Wisanggeni lahir adalah Arjuna-Dresanala akhirnya bersatu dengan Wisanggeni.
Baca Juga: Siap Bela Megawati, Kader PDIP Gunungkidul Lakukan Cap Jempol Darah
"Keadilan akan mencari jalannya sendiri, karenanya kita pun meyakini 'Satyam Eva Jayat'e bekerja di dalam diri Dresanala dan Wisanggeni," ujarnya.
Pesan kedua adalah kesetiaan kepada tugas seperti ditunjukkan Batara Narada. Sang Batara itu selalu memperjuangkan kebenaran meski harus kehilangan pangkat dan jabatan.
"Semoga kita mampu jadi Narada-Narada yang memperjuangkan kebenaran meski harus kehilangan pangkat dan jabatan, Narada tak berubah karena setia pada jalan moral dan etika," tegas Hasto.
Pesan ketiga adalah bahwa dibalik persoalan kehidupan, kerap kali dimulai dari hal sederhana. Dia mencontohkan bagaimana sikap cemburu dan nafsu kekuasaan memicu kekacauan.
"Maka mari kita introspeksi, dengan kritik dan otokritik, kita sadari kelemahan kita, dan memperbaiki secara organisatoris. Sehingga PDI Perjuangan di usia 52 tahun mampu menyerap nilai-nilai ini dan hadir menjadi kekuatan yang berguna bagi negeri ini," tuturnya.
Keempat, belajar dari Wisanggeni bahwa jalan menjadi kesatria takkan mudah. Dibuang di kawah Candradimuka, Wisanggeni bukannya menyerah, namun mampu menyerapnya dan menjadikannya makin berilmu.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Batik Malessa Mendapatkan Pendampingan dari BRI untuk Pembekalan Bisnis dan Siap Ekspor
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi