SuaraJogja.id - Gelombang tinggi yang disebabkan oleh pengaruh siklon tropis Sean di Samudra Hindia sebelah Barat Australia telah melanda kawasan pantai selatan Gunungkidul selama sepekan terakhir.
Akibatnya, para nelayan memutuskan untuk menghentikan aktivitas melaut. Selain demi keselamatan, minimnya hasil tangkapan ikan juga menjadi alasan mereka memarkirkan perahu di dermaga.
Ketua Nelayan Pantai Baron, Sugeng Titin, menyebutkan bahwa para nelayan secara bergiliran menjaga perahu mereka untuk mengantisipasi kerusakan akibat gelombang besar yang sewaktu-waktu dapat menghantam dermaga.
"Gelombang tinggi ini cukup ekstrem. Selain itu, ikan sedang sepi. Jadi kami memilih untuk tidak melaut dan menjaga perahu agar tidak rusak. Sudah seminggu ini kami tidak melaut," kata Sugeng, Senin (20/1/2025)
Tidak melaut bukan berarti para nelayan hanya berdiam diri. Mereka mengisi waktu dengan berbagai kegiatan produktif seperti bertani, memperbaiki alat tangkap seperti jaring dan pancing, hingga berburu tanaman di perbukitan untuk dijadikan bonsai.
Sementara itu, para nelayan berharap agar kondisi segera membaik sehingga mereka dapat kembali melaut dan mencari nafkah seperti biasa. Saat ini para nelayan hanya bisa bersabar dan berdoa agar gelombang tinggi ini segera berlalu.
"Musim tanam sudah selesai, jadi sekarang kami hanya memupuk dan menyiangi tanaman yang ada. Selain itu, kami juga berburu bonsai untuk dijual. Waktu seperti ini juga kami gunakan untuk memperbaiki alat tangkap agar siap saat cuaca kembali normal," jelas Sugeng.
Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta, Warjono, mengungkapkan bahwa siklon tropis Sean membentuk belokan angin (shearline) dan pertemuan angin (konvergensi) di wilayah Pulau Jawa, termasuk DIY. Hal ini berpotensi menimbulkan cuaca buruk dengan intensitas hujan sedang hingga lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang.
"Profil vertikal kelembapan udara di wilayah DIY berada pada level 70-95 persen, yang mendukung pertumbuhan awan hujan. Suhu permukaan air laut yang hangat juga meningkatkan potensi hujan lebat," ungkap Warjono.
Baca Juga: Mengurai Nasib Nelayan Gunungkidul: Terjerat Gaya Hidup Hedon hingga Minim Perlindungan
BMKG memprakirakan cuaca ekstrem ini akan berlangsung hingga 22 Januari 2025, dengan wilayah seperti Bantul bagian Selatan, Sleman, Kulon Progo, dan Gunungkidul bagian Selatan sebagai area yang paling berisiko.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan pohon tumbang, terutama di wilayah rawan bencana.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
Terpopuler
- RESMI! PSSI Tolak Pemain Keturunan ini Bela Timnas Indonesia di Ronde 4
- 5 Mobil Bekas 60 Jutaan Muat Banyak Keluarga, Bandel dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- Jangan Lewatkan Keseruan JCO Run 2025, Lari Sehat sambil Dapat Promo Spesial BRI
- 21 Kode Redeem FF Hari Ini 23 Juli 2025, Kesempatan Klaim Bundle Player Squid Game
- Harga Mitsubishi Destinator Resmi Diumumkan! 5 Mobil Ini Langsung Panik?
Pilihan
-
Gawat! Mayoritas UMKM Masih Informal, Pemerintah Turun Tangan Selamatkan Ekonomi Daerah!
-
Kapan Final Piala AFF U-23 2025 Timnas Indonesia U-23 vs Vietnam?
-
Menang Adu Penalti, Timnas Indonesia U-23 Lolos Final!
-
Sama Kuat! Timnas Indonesia U-23 vs Thailand Berlanjut ke Extra Time
-
Mimpi Buruk Timnas Indonesia U-23 Itu Bernama Yotsakorn Burapha
Terkini
-
Bupati Sleman Buka Pintu Maguwoharjo untuk PSIM dan PSBS Biak, Satu Syarat Ini Jadi Kunci
-
Bupati Sleman Akui Pahit, Sakit, Malu Usai Diskominfo Digeledah Kejati DIY Terkait Korupsi Internet
-
Misteri Luka di Dahi Jasad HS, Polisi Kejar Otak di Balik Kematian Pria di Bawah Jembatan Glagah
-
Lampu Hijau Bersyarat untuk PSIM di Maguwoharjo, Bupati Sleman: Jaminan Keamanan Harga Mati!
-
'Disentil' Sri Sultan, Bupati Sleman Tagih Bukti Tertulis PSIM: Jangan Cuma Omongan!