SuaraJogja.id - Musim panen pertama tahun 2025 di wilayah Selatan Kabupaten Gunungkidul telah dimulai. Para petani di kawasan ini melaporkan hasil panen yang memuaskan, terutama untuk padi gogo dan palawija, berkat kondisi cuaca yang mendukung dan intensitas hujan yang baik selama musim tanam.
Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kapanewon Tepus, Edi Januari menjelaskan bahwa panen tumpangsari padi gogo dengan palawija sedang berlangsung di beberapa lokasi, termasuk Kelompok Tani (Poktan) Lestari Makmur di Dusun Kotekan, Kalurahan Purwodadi.
Berdasarkan hasil ubinan, produksi padi varietas Segreng mencapai 3,5 ton per hektare Gabah Kering Giling (GKG). Selain itu, jagung hibrida jenis Bisi menghasilkan 6,6 ton glondong per hektare (setara 3,3 ton pipil kering), sementara kacang tanah memberikan hasil 4 ton gelondong kering panen per hektare (atau 2 ton wose per hektare).
“Dengan pola tanam tumpangsari, petani di satu hektare lahan dapat menghasilkan gabah 3 ton dan jagung pipil 3,3 ton. ini lebih bagus dari tahun lalu,"kata dia.
Baca Juga: Kasus Pencurian 5 Potong Kayu di Gunungkidul Berakhir Melalui Restorative Justice
Dengan harga jual saat ini, gabah dihargai Rp6.500 per kg dan jagung pipil Rp5.500 per kg, sehingga pendapatan kotor per hektare mencapai Rp37 juta. Capaian ini cukup bagus mengingat kondisi cuaca yang sering berubah.
Di Kapanewon Semanu, panen kacang tanah juga menunjukkan hasil yang baik. Menurut laporan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di daerah tersebut, Sudiyatna, hasil ubinan kacang tanah di Poktan KWT Marsudi Luhur Kepuh Pacarejo mencapai 3,6 ton glondong kacang tanah per hektare atau 1,8 ton wose per hektare. Harga glondong kacang tanah saat ini mencapai Rp9.000 per kg.
Ketua Tim Produksi Tanaman Pangan, Danang Sutopo, S.Hut.T., menegaskan bahwa hasil panen yang baik ini didukung oleh curah hujan yang cukup, sehingga pemupukan berjalan optimal. Selain itu, tidak ada laporan signifikan terkait serangan hama di wilayah ini.
“Perkiraan panen massif akan terjadi pada awal Februari 2025, terutama di Zona Selatan, karena banyak petani menanam di bulan Oktober 2024. Data menunjukkan luas tanam pada bulan Oktober mencapai 8.335 hektare untuk padi, 8.845 hektare untuk jagung, dan 1.292 hektare untuk kacang tanah,” jelas Danang.
Dengan hasil panen yang meningkat, petani diharapkan dapat terus memanfaatkan pola tanam tumpangsari dan menerapkan teknik budidaya yang baik untuk meningkatkan produktivitas lahan tadah hujan di masa mendatang.
Baca Juga: Usai Viral, Penahanan Pencuri 5 Potong Kayu di Gunungkidul Ditangguhkan
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
-
Cara Ikut Panen Hadiah BRI Simpedes, Syaratnya Mudah!
-
Momen Prabowo Naiki Traktor saat Pimpin Panen Raya di Majalengka
-
Naik Helikopter Berangkat ke Majalengka, Prabowo Ikut Panen Raya
-
Solusi Anti-Mainstream Prabowo: Burung Hantu Jadi Andalan Berantas Hama Tikus di Sawah
-
Menjelajahi Desa Wisata Nglanggeran: Desa Wisata Terbaik Dunia
Terpopuler
- Marselino Ferdinan Dicoret Patrick Kluivert! Ini 3 Calon Penggantinya di Timnas Indonesia
- 17 HP Xiaomi Ini Tidak Didukung HyperOS 2.1, Ada Perangkatmu?
- Sebut Pegawai Luhut Sosok Asli di Foto Ijazah UGM, Roy Suryo: Saya Pastikan 99,9 Persen Bukan Jokowi
- 8 Kode Redeem FF Hari Ini 14 April 2025 Masih Aktif Siap Dipakai, Klaim Sekarang!
- Ini Syarat Pemutihan Pajak Kendaraan 2025, Warga Jateng Siap-siap Bebas Denda!
Pilihan
-
Piala Dunia U-17 2025: Perlunya Tambahan Pemain Diaspora di Timnas Indonesia U-17
-
Perhatian! Harga Logam Mulia Diprediksi Akan Terus Alami Kenaikan
-
Baru Masuk Indonesia, Xpeng Diramalkan Segera Gulung Tikar
-
Profil Helmy Yahya yang Ditunjuk Dedi Mulyadi jadi Komisaris Independen Bank BJB
-
Aspirasi Tersampaikan, Ini Momen Aksi TPUA di Rumah Jokowi Dikawal Humanis Polresta Solo
Terkini
-
Waspada Jebakan Kerja di Luar Negeri, Menteri Ungkap Modus PMI Unprosedural Incar Anak Muda
-
Dana Hibah Pariwisata Sleman Dikorupsi? Bupati Harda Kiswaya Beri Klarifikasi Usai Diperiksa Kejari
-
Empat Kali Lurah di Sleman Tersandung Kasus Tanah Kas Desa, Pengawasan Makin Diperketat
-
Guru Besar UGM: Hapus Kuota Impor AS? Petani Lokal Bisa Mati Kutu
-
Pengukuran 14 Rumah di Lempuyangan Batal, Warga Pasang Badan