SuaraJogja.id - Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) masih menghantui peternak sapi di Indonesia, termasuk di Gunungkidul. Penyakit ini bahkan menyebabkan ratusan sapi mati dan berdampak pada anjloknya perdagangan ternak di pasar hewan.
Namun, di tengah kondisi tersebut, justru banyak orang yang memanfaatkan harga sapi murah untuk memborong hewan ternak. Mereka akan menjualnya kembali ketika kondisi normal dengan harga tinggi.
Lurah Pasar Sapi Siyono, Isnaningsih, mengungkapkan bahwa wabah PMK menyebabkan jumlah sapi yang diperjualbelikan di pasar hewan turun drastis. Sebelumnya rata-rata ada 400–500 ekor sapi per hari, kini hanya sekitar 90 ekor.
" Bahkan, pernah hanya ada 40 ekor sapi yang masuk pasar dalam sehari,"* kata Isnaningsih, Minggu (9/2/2025).
Dampak lain dari wabah ini adalah harga sapi yang anjlok hingga 50 persen dibanding harga normal. Banyak blantik (makelar sapi) yang memilih beralih menjadi blantik kambing, karena kambing dianggap lebih aman dari PMK.
Menurutnya kondisi pasar Sapi Siyonoharjo sepi karena banyak pemilik sapi takut membawa ternaknya ke pasar karena khawatir tertular. Namun ternyata banyak transaksi yang dilakukan di luar pasar sapi, langsung ke pemilik sapi
Banyak yang Justru Memborong Sapi Murah
Namun, anjloknya harga sapi justru dimanfaatkan sebagian orang untuk membeli dalam jumlah banyak. Mereka memborong sapi murah, merawatnya, dan menjual kembali saat harga normal.
"Mereka beli dengan harga murah, lalu dirawat. Jika sapinya sakit, mereka mengobatinya dengan cara tradisional. Setelah sembuh, dijual lagi dengan harga lebih tinggi pas waktunya tepat, seperti besaran (lebaran haji),"ujar Isnaningsih.
Baca Juga: Demi Rakyat Gunungkidul, Gerindra Siap Bersinergi dengan Bupati dari Partai Rival
Salah satu peternak yang menerapkan metode ini adalah Heru Lawan, warga Padukuhan Polaman, Kalurahan Pampang, Kapanewon Paliyan. Salah satu sapinya sempat terkena PMK, tetapi berhasil sembuh setelah menjalani perawatan terpadu.
Menurut Heru, saat pertama kali sapinya menunjukkan gejala PMK, ia langsung memberikan perawatan medis dengan bantuan dokter hewan. Selain suntikan dan vitamin, ia juga menggunakan pengobatan tradisional.
"Saya memberikan minuman pertama berupa air garam, serta jamu rebusan dari kunyit dan gula jawa. Saya berikan dua hari sekali selama lima kali," ungkapnya.
Hasilnya, sapi yang awalnya lemas kembali sehat dan nafsu makannya pulih. Keberhasilan ini memberikan harapan bagi peternak lain. Metode kombinasi antara pengobatan medis dan tradisional terbukti dapat membantu pemulihan ternak dari PMK.
"Ini bisa menjadi inspirasi bagi peternak lain agar tidak panik saat sapi terkena PMK. Dengan perawatan yang tepat, sapi bisa sembuh dan tetap memiliki nilai jual,"kata Heru.
Karena telah berhasil menyembuhkan sapi terpapar PMK, diapun kini membeli beberapa sapi untuk dipelihara. Dia bakal memberikan terapi yang sama agar sapinya bisa sehat dan jika sakit meski PMK sekalipun bisa segera sembuh.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- Pemain Keturunan Jerman Ogah Kembali ke Indonesia, Bongkar 2 Faktor
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
BRI Sahabat Disabilitas Dorong Kemandirian Difabel di Sektor UMKM
-
PORTA by Ambarrukmo Sajikan Kehangatan Natal dan Tahun Baru Bertemakan "Starry Christmas"
-
Pakar UGM: Prioritaskan Kebutuhan Dasar dan Dukungan Psikososial Penyintas Banjir Sumatera
-
Natal dan Tahun Baru di Ambang Ketidakpastian: Sopir Bajaj Yogyakarta Terjepit Aturan Abu-Abu
-
Wali Kota Yogyakarta Wanti-Wanti Soal Korupsi: Sistem Canggih Tak Ada Gunanya