SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY menyoroti kasus keracunan di Tempel dan Mlati, Sleman. Ditengarai kebersihan lokasi pembuatan makanan menjadi salah satu penyebab ratusan orang mengalami gejala keracunan.
"Nah sebenarnya yang kami tengarai adalah apakah itu ya pihak penyedia jasa boga ini atau makanan ini sudah tanda petik patuh pada layanan yang hygiene, yang sehat, yang bersih kan gitu," kata Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie kepada awak media, Selasa (11/2/2025).
Kebersihan tempat pembuatan makanan menjadi salah satu hal yang paling disoroti. Pasalnya, Pembajun bilang dari salah satu makanan yang dikonsumi warga itu ditengarai terdeteksi amuba.
"Salah satu yang kita tengarai kemarin terdeteksi bahwa di sana amuba. Berarti ada masalah dengan kebersihan makanannya begitu," ungkap dia.
Kendati demikian, Pembajun masih enggan merinci makanan apa yang ditengarai terdeteksi amuba tersebut. Namun memang ada beberapa jenis makanan yang dibawa pulang.
"Nah ini yang kan yang dibawa pulang itu kan siomay dan uborampe-nya ya. Jadi ada sekian persen hanya kecil yang ternyata terselamatkan memakan itu karena digoreng lagi terlebih dahulu menurut infonya begitu," tuturnya.
"Nah kemungkinan itu tadi yang saya bilang, jadi saya enggak sebut itu tadi kalau mas bilang siomay ya mungkin juga tapi memang infonya begitu itu," imbuhnya.
Dia belum dapat memastikan penyebab pasti keracunan ratusan warga di dua wilayah Sleman tersebut. Namun pengolahan makanan yang sudah cukup lama sebelum disajikan diduga juga bisa menjadi penyebab.
"Mungkin dibuat sudah di malam kemudian tidak dipanaskan sampai pagi, dikasihkan itu mungkin. Nah atau juga bisa jadi pengangkutannya," ujarnya.
Baca Juga: Ratusan Warga di Sleman Keracunan Makanan, Dinkes DIY Desak Sertifikasi Katering
"Perlu diingat bahwa produk makanan jadi itu kan ada masa tenggang waktunya. Jadi mulai selesai dimasak kemudian diantar, dikonsumsi itu ada waktunya, enggak boleh lebih atau kurang lebih 6 jam. Kalau mau disajikan jam 8 ya harus dibuat jangan malam sebelumnya itu berisiko bukan kemudian pasti nanti jadi busuk enggak, berisiko," tambahnya.
Pembajun mengimbau kepada masyarakat khususnya itu penyedia makanan untuk menjaga kesehatan sumber daya manusia (SDM) yang terlibat. Pembuat makanan perlu memerhatikan penyajian higenis dan sanitasi.
Selain didukung pula dengan lingkungan yang juga memadai. Mulai dari air hingga kondisi ruangan lingkungan dapur yang semua harus dipastikan bersih.
"Pemakaian sarung tangan dan masker itu perlu, karena tidak semua penjamah itu atau penyedia, atau pembuatan makanan itu bersih tangannya, bisa jadi dia sibuk apa terus langsung pegang makanan," kata dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Jelang Lawan Timnas Indonesia, Pemain China Emosi: Saya Lihat Itu dari Kamar Hotel
- Jay Idzes Akhirnya Pamerkan Jersey Biru Bergaris!
- Dear Erick Thohir! Striker Pencetak 29 Gol Keturunan Kota Petir Ini Layak Dinaturalisasi
- Kontroversi Bojan Hodak di Kroasia, Sebut Persib Bandung Hanya Tim Papan Bawah
- 7 Rekomendasi Mobil Murah dengan Sunroof, Harga mulai Rp 80 Jutaan
Pilihan
-
Ustaz Yahya Waloni Meninggal Dunia saat Khutbah Jumat, Ini Profilnya
-
12 Mobil Bekas di Bawah Rp100 Juta Bukan Innova, Kabin Lapang Muat Banyak Keluarga
-
3 Rekomendasi HP Murah Terbaik 2025: Harga Mulai Rp 300 Ribuan, RAM 6 GB dan Cocok untuk Pelajar!
-
7 Rekomendasi Hybrid Sunscreen SPF 50, Tangkis Sinar UV Cegah Penuaan Dini
-
Daftar 7 Mobil Bekas Murah Semewah Alphard, Harga Mulai Rp 60 Jutaan dan Nyaman Buat Keluarga!
Terkini
-
Pemkab Sleman Pastikan Ketersediaan Hewan Kurban Terpenuhi, Ternak dari Luar Daerah jadi Opsi
-
8 Tersangka, 53 Miliar Raib: KPK Sikat Habis Mafia Pungli TKA di Kemenaker
-
Dapur Kurban Terbuka, Gotong Royong Warga Kauman Yogyakarta di Hari Idul Adha
-
Masjid Gedhe Kauman Sembelih Puluhan Hewan Kurban, Ada dari Gubernur DIY
-
Cacing Hati Mengintai, Fapet UGM Kerahkan Mahasiswa Jaga Kualitas Daging Kurban di Jogja