SuaraJogja.id - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) nampaknya juga terdampak efisiensi anggaran yang digulirkan Presiden Prabowo Subianto. BMKG mengalami pemotongan anggaran sebesar Rp1,423 triliun atau 50,35 persen dari yang semula sebesar Rp2,826 triliun.
Efisiensi anggaran ini berdampak pada banyak Alat Operasional Utama (Aloptama) karena kemampuan untuk pemeliharaan berkurang hingga sebesar 71 persen.
Kebijakan ini diharapkan tidak mempengaruhi deteksi bencana di daerah, termasuk di Yogyakarta. Sebab Yogyakarta diketahui menjadi salah satu wilayah rawan bencana seperti gempa bumi, banjir dan longsor.
"Jadi, anggaran yang dipangkas adalah anggaran yang tidak berkaitan langsung dengan pelayanan masyarakat. Anggaran BMKG yang terkait dengan prediksi cuaca diharapkan tetap berjalan," papar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Noviar Rahmad di Yogyakarta, Selasa (11/2/2025).
Menurut Noviar, BPBD berhubungan dengan BMKG terkait prediksi cuaca harian, mingguan atau bulanan. Hingga saat ini program tersebut masih berjalan.
Informasi mengenai kejadian gempa pun masih tetap berjalan secara otomatis karena semuanya sudah menggunakan sistem aplikasi.
"Jadi, jika terjadi gempa, BMKG langsung menginformasikan dalam hitungan detik kepada kami melalui aplikasi," ujarnya.
Karenanya meski anggaran BMKG dipangkas, efisiensi tersebut diharapkan tidak akan berdampak pada layanan utama BMKG, termasuk ke BPBD. Apalagi anggaran yang dipangkas sifatnya administratif, seperti sosialisasi dan perjalanan dinas.
"Jadi bukan pelayanan masyarakat, pelayanan masyarakat tetap berjalan. Apalagi [ketersediaan dan pemeliharaan peralatan BMKG] tidak terkait langsung dengan BPBD, karena pengelolaan alat merupakan tanggung jawab BMKG, bukan BPBD. Jadi, jika ada pemangkasan anggaran untuk alat, itu terjadi di BMKG, bukan di BPBD," katanya.
Baca Juga: Dinkes Minta Seluruh Jasa Katering di DIY Kantongi SLHS
Noviar menambahkan, penanganan bencana, khususnya pelayanan masyarakat sangat penting diprioritaskan untuk mengantisipasi dampak bencana alam. Sebut saja saat siklon 99 S dan 90 S yang mendekati Samudra Hindia beberapa waktu lalu dan berdampak pada cuaca di Yogyakarta.
Siklon tersebut akhirnya tidak mengakibatkan angin kencang di kota ini karena pada 5-7 Februari 2025 lalu BMKG bersama BNPB dan BPBD Jawa Timur melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) dengan menaburkan 7 ton garam di Samudra Hindia, Jawa Timur.
"[Penaburan garam] ini berdampak pada cuaca di DIY, sehingga kondisi yang sebelumnya diprediksi buruk tidak terjadi di DIY," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- Pemain Keturunan Jerman Ogah Kembali ke Indonesia, Bongkar 2 Faktor
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
BRI Sahabat Disabilitas Dorong Kemandirian Difabel di Sektor UMKM
-
PORTA by Ambarrukmo Sajikan Kehangatan Natal dan Tahun Baru Bertemakan "Starry Christmas"
-
Pakar UGM: Prioritaskan Kebutuhan Dasar dan Dukungan Psikososial Penyintas Banjir Sumatera
-
Natal dan Tahun Baru di Ambang Ketidakpastian: Sopir Bajaj Yogyakarta Terjepit Aturan Abu-Abu
-
Wali Kota Yogyakarta Wanti-Wanti Soal Korupsi: Sistem Canggih Tak Ada Gunanya